Lelaki itu menatap perempuan didepannya dengan tatapan tajamnya. Sedangkan perempuan yang sudah menjadi istrinya itu hanya tertunduk kaku, tak tahu apa yang salah dengan suaminya, matthew
"Tatap aku" ujar matt dengan suara berat. Rahangnya menegas. Ia benar benar jengah dengan sikap sok polos dari olivia
"Apa? Salahku ap-"
"Cih masih berani bertanya seperti itu?" Matt mendorong kursi nya kebelakang sambil menghempaskan tangannya ke udara.
"Jangan bersikap seakan aku orang terbodoh yang pernah kau bodohi!" Lanjutnya geram, sementara olivia masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan matthew sesungguhnya
Matthew mengeluarkan kamera kecil nya. Dimana semua bukti nya ada di sana. Di benda kecil itu. Ia memperlihatkan semua foto yang ada di kamera itu
Olivia and her 'friend'
Olivia menganga, matanya melebar. Ia menggeleng kearah matthew sambil memegang tangan lelaki itu
"Ini hanya salah paham. Dia hanya temanku. Dan kami tidak berciuman, sudut pengambilan gambar itu salah"
"Omong kosong" matt menarik tangannya dari genggaman olivia
"Please matt. Percaya padaku kali ini. Aku punya anak aku punya suami, untuk apa aku berselingkuh?"
"Jangan bertingkah sok lugu dengan airmata mu" ia mendorong bahu olivia cukup keras. Sedangkan olivia hanya bisa menahan isakan tangis nya. Tidak pernah ia diperlakukan seperti itu selama hidupnya
Matthew kasar? Matt berlebihan? Ia tidak peduli, yang ia tahu, olivia telah mengecewakannya. Ia kecewa. Untuk apa ia mempertahankan keluarga itu dan melepas sara, kalau olivia saja bisa berlaku seenaknya?
"Seharusnya aku tahu dari pertama sara bisa lebih baik bersamaku" ujar matt tiba tiba sambil melempar kamera itu ke sofa yang cukup empuk.
"Apa ku bilang, selalu perempuan itu! Lagi lagi perempuan itu! Itu yang membuatku berpaling. Kalau kau bisa mencintai lebih dari satu wanita, kenapa aku tidak?"
Matthew terdiam disana, amarahnya memuncak mendengar perkataan istrinya
"Kau balas dendam?!"
"Kalau iya kenapa?" Teriak olivia geram
"Aku kira semenjak pertengkaran beberapa hari lalu kau benar benar ingin memiliki keluarga yang bahagia bersamaku dan george. Aku berusaha melupakan sara, tapi kau? So selfish" ujar matt panjang lebar. Tak terasa airmatanya keluar
Jika sudah menyangkut george, ia benar benar lemah. George segalanya. Mempertahankan rumah tangga bersama olivia selama beberapa tahun tanpa ada rasa didalamnya sangat sulit
Mereka, olivia dan matt sama sama bertolak belakang. Matt rela memendam egonya untuk meninggalkan oliv karena apa? George. Anak laki laki itu adalah satu satunya alasan
Ia bisa saja berpisah dari dulu dengan olivia dan mengasuh george sendiri. Tapi kasih sayang ibu untuk anaknya berbeda, george membutuhkan kasih sayang ibunya.
Matt terduduk di sofa dengan lemas. Ia menarik rambutnya dengan kasar dan mengerang seperti binatang liar. Sedangkan olivia hanya terduduk dilantai dengan tangisannya
Rumah itu hening sesaat
Hanya ada isakan tangis olivia. Kedua pasangan itu tidak tahu apa yang selanjutnya akan terjadi dengan rumah tangga mereka
Mereka benar benar hancur
"Lebih baik kita berpisah. Ini benar benar tidak bisa dipaksakan" ujar olivia tiba tiba dan menatap matt dengan mantap
"The fuck? Kau bercanda?"
"Aku sudah tidak tahan. Aku ingin bercerai. Kau bisa mengambil george kalau kau mau"
"No! Kau gila. George membutuhkan keluarga yang utuh" jawab matt dengan nada meninggi. Ia sedikit tempramen akhir akhir ini
"Sara. Kau punya sara. Dia bisa jadi ibu yang baik bagi george"
***
"Bagaimana?"
"Kami memutuskan untuk berpisah" jawab matt lemah. Ia menatap wajah anaknya yang sudah tertidur pulas dipangkuan sara
Sara menatap matt tidak percaya "a-aku tidak bermaksud membuat kalian berpisah. Oh lord, sorry matthew. Seharusnya aku-"
"Sudahlah sara. Aku tidak apa apa"
"Bolehkah aku menginap disini semalam? George sudah tidur dan jarak rumah kami jauh. Ini sudah terlalu larut" jelas matthew sambil melihat jam dinding yang menunjukkan jarum di angka 12.15
"Tentu. Tentu saja kau bisa. Tidurlah di kasur grace. Grace sedang menginap di rumah orangtuanya"
Matthew tersenyum lemah kearah sara yang sedang menggendong george ke kasurnya. Sara tidak berubah, ia masih baik seperti pertama kali mereka bertemu
"Ganti bajumu dan bersiaplah tidur. Jangan terlalu dipikirkan, jika memang ini yang terbaik, kenapa tidak mencoba untuk mulai menjalani hidupmu yang sesungguhnya?" Ucap sara sambil tersenyum pada matt, berusaha membuat matt lebih bersemangat
Hanya itu yang bisa ia lakukan. Memberi semangat.
"Kau masih sama semenjak pertama kali kita bertemu" matt menatap mata hazel itu setelah lama tidak menatapnya dalam
"Sudahlah matt. Lupakan masa lalu"
"Masa laluku, mungkin saja akan menjadi masa depanku, sara" ujar matthew sebelum akhirnya beranjak ke tempat tidurnya
"Goodnight sara"
Sara hanya terdiam disana. Terpaku ditempatnya
Apa maksud matthew?
Haiiii, akhirnya chap ini selesai. Gila, lama banget ga update omg😭😭 sorry guys karena baru bisa buat lagi. Hope yall like it. Dont forget to vomment gaess.
Love💕💕😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendzone ✖ Matthew Espinosa
Fanfiction"should i smile because we are friend? or should i cry because that's the only thing we can ever be?"