Part 5

1.1K 52 0
                                    

Nisa pun membalikan badannya kembali dan mengangkat alisnya.

"Adrian Bramantio?"

"Iya Nis"

Tiba-tiba Nisa tertawa terbahak-bahak.

"Kok malah ketawa sih"

Nisa pun menjawab sambil menahan tawa

"Adrian itu sahabat gue dari kecil, kok lo bisa sih suka sama dia?"

"Lo ngeledek nih? Udah ah gue mau ke kelas aja, rese lo mah"

"Oke-oke, gue percaya lo cuma sahabatan sama Ariel, gue minta maaf ya udah salah paham, sekarang coba lo ceritain tentang lo suka sama Adrian" kata Nisa.

Aku pun akhirnya menceritakan semuanya kepada Nisa dengan pasrah, yang penting Nisa tidak salah paham lagi.

"Pantes aja Adrian kebawa emosi pas gue ngomongin Ariel sama Airin di rumahnya, jangan-jangan Adrian diem-diem juga ada perasaan sama Airin, tapi gimana sama Ghina?" batin Nisa dalam hati setelah aku selesai berbicara.

.......................

Nisa terlihat asik dengan handphone nya di ruang tamu. Tentu saja tanpa berfikir panjang aku langsung mengusiknya.

"Apaan sih lo yan!" Ucap Nisa jengkel.

"Marah mulu lo udah kayak nenek sihir" balasku sambil cekikikan.

"Adrian?" tiba-tiba raut wajah Nisa menjadi serius.

"Lo deket sama Airin?" sambung Nisa.

"Apaan sih lo Nis, kenapa jadi ngomongin Airin, nuduh gue deket sama dia lagi" jawabku dengan kesal.

"Lo enggak jawab juga gapapa kok, gue udah tau semuanya dari Airin langsung" kata Nisa membuatku terkejut.

Aku terdiam selama beberapa menit hingga akhirnya aku pun menceritakan semuanya kepada Nisa.

"Gue bingung Nis, gue suka sama Airin tapi dia pernah bilang kalo dia gak akan mau pacaran, dan diwaktu yang sama ada Ghina yang mulai deket sama gue juga... Jadinya ya gue pilih Ghina... Tapi gue sampe sekarang masih suka sama Airin"

..........................

Langit mulai mendung, sama seperti keadaan hatiku sekarang. Adrian sudah milik Ghina sekarang, entah kenapa rasanya sakit sekali. Mengingat Adrian beberapa hari yang lalu memboncengi Ghina, tanpa sadar sesuatu sudah mengalir hangat dipipiku. Dering handphone ku berbunyi membuyarkan lamunanku sejak sejam yang lalu.

Vinka: Besok ikut gue ya, ada pertemuan osis tingkat kota, yang lain lagi gak bisa hadir, jadi kita berdua doang yang wakilin

Aku: Jam?

Vinka: Setengah 7 lo udah gue jemput, pake baju batik bebas ya

Aku: Oke

Aku memang sengaja menambah kegiatanku. Mungkin dengan banyaknya kegiatan yang aku ikuti dapat membuatku cepat melupakan Adrian.

Esok harinya.

"Rin!" panggil Vinka mengejutkanku.

"Eh iya, kenapa?"

"Lo disini tapi pikiran lo enggak tau kemana" ucap Vinka kesal.

"Eh iya maaf"

Begitulah yang terjadi hari ini. Aku tetap tidak fokus pada apa yang aku kerjakan, karena selalu memikirkan Adrian.

"Lo bisa enggak jadi panitia camping nanti?"

"Hmmm, bisa kok bisa" jawabku dengan pasti.

Pertemuan kali ini ternyata untuk pembentukan panitia camping. Seru juga sih, mungkin saja ini bisa membuatku tidak terlalu memikirkan Adrian lagi, batinku.

Hari Perkemahan.

Vinka: PING!!!

Aku: Iya?

Vinka: Udah siap belum? 5 menit lagi Adrian jemput lo

Aku: Loh, kok Adrian? Emang dia ikut camping?

Vinka: Iya, kemaren Kak Iza bilang kita kurang panitia terus minta tolong gue buat nyariin satu orang lagi buat jadi panitia, yaudah gue ajak aja Adrian

Aku: Lo yakin?

Vinka: Iya, lo tenang aja Rin... Gue udah sama Tio sekarang, gue udah ngelupain yang dulu kok

Aku: Hmmm... Yaudah deh

"Tinnn tinnnn!!!" terdengar suara klakson dari depan rumah. Aku pun langsung mengambil tas-tas ku dan keluar rumah.

Sejenak aku terdiam memandangi seorang laki-laki di depan pagar rumahku.

Tinggi, kulit putih, hidung mancung, sorotan matanya yang tajam membuatku terdiam tak bisa berkata apapun dan melangkah walau hanya satu langkah. Aku merindukannya, benar-benar merindukannya. Adrian, lo kemana aja? Gue tau lo punya Ghina dan gue enggak boleh egois, tapi apa lo enggak kangen juga sama gue? Adrian, ini gue Airin yang dulu lo chat hampir 24 jam sehari, yang lo suka bercandain tiap hari.

............................

Bagaimana bisa ia terlihat begitu cantik dan manis hari ini, padahal ia hanya mengenakan seragam pramuka seperti biasanya. Airin... Ini gue, Adrian yang dulu selalu nemenin lo bahkan pas lo ngerjain tugas sampe larut malam. Gue enggak pergi Airin, gue selalu ada di belakang lo... Ngeliatin lo dari jauh tanpa lo tau.

.................................

Satu menit kami saling menatap dalam hening. Berbicara dengan hati kami sendiri. Saling bertanya dan menjawab dalam hati seakan kami bisa mendengarnya satu sama lain.

"Airin..."

Hot ChocolateTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang