One Four Three

848 104 4
                                    

Part 10

Di Rumah Rizky
Pukul 20.00

     Dinda sedang memotong cake yang dibelinya saat akan pulang dari dokter kandungan, biasa ngidam lagi. Dan entah ada angin apa, suaminya tak terdengar bersuara, Rizky memang aneh semenjak dari Dokter kandungan, sering tersenyum sendiri, tadi juga memaksa membeli barang-barang bayi jadi mereka pulang larut. Dia beranjak ke kamarnya sambil membawa sepiring cake yang atasnya penuh dengan whitecream.

     Dilihatnya Rizky sedang geleporan dilantai kamar, memasang sticker-sticker kekanak-kanakan yang berwarna-warni dipojokan kamarnya, disana juga sudah tersedia ranjang bayi berwarna putih. Lelaki itu memasangnya sambil tersenyam-senyum sendiri, seolah terlarut dalam kebahagiaannya sendiri setelah mendengar penuturan dokter kalau bayi dalam kandungan Dinda sudah berusia 5 bulan dan sehat.

     Dinda duduk disofa kamar mereka, sambil menyalakan tv, diliriknya suaminya yang masih sibuk sendiri dengan kegiatannya. PLUK. Dinda melempar rizky dengan bantal, sengaja menggoda suaminya yang tampak menggemaskan.

     "Apaan sih yang?" Rizky Protes.

     "Hehe. Kamu dari tadi sibuk sendiri, akunya dicuekin."

     "Sinih..." Rizky menepuk-nepuk lantai dipinggirnya, meminta Dinda duduk dipinggirnya.

     Dinda menurut, dia mengikuti permintaan suaminya untuk duduk disampingnya. Rizky mengambil sesuatu dari saku belakangnya, sebuah kotak kecil berwarna merah berbentuk love, Dinda mengernyit, kalau di film-film sih adegan begini pasti adegan mau lamar cewek, tapikan dia sudah menjadi istri Rizky, lalu buat apa lagi?

      Rizky membukanya perlahan, sedikit demi sedikit mulai terlihat, dua benda berbentuk cincin yang sama. "Aku udah milih kamu buat jadi bagian dalam hidup aku." Ungkapnya.

     Senyum diwajah Dinda mengembang, apa perasaan seperti ini yang dia rasakan saat Rizky melamarnya dulu, sebuah moment yang sama sekali tak diingat otaknya. Tapi yang jelas rasa ini baru dirasakannya, perasaan baru yang hangat dan mengikat.

     "Apa kamu mau jadi bagian hidup aku, nerima semua kekurang dan kesalahan aku?"

     "Ngomong apaan sih. Aku kan udah jadi istri kamu, dan itu berarti aku udah nerima semua kekurangan kamu ..."

     Belum Din. Pada saatnya nanti aku bakal jadiin kamu istri sah aku.

     Rizky hanya nyengir, meraih tangan kanan Dinda lembut, menggenggam telapak tangan Dinda dengan tangan kirinya, dan tangan kanannya melepaskan cincin lama Dinda dari jari manisnya, lalu memasukan sebuah cincin berlian baru yang cantik ke jari manis Dinda, cincinnya begitu pas dan cocok dijemari lentik Dinda.

     "Giliran kamu makein punya aku." Pinta Rizky. Dinda pun melakukan hal yang sama dengan apa yang Rizky lakukan padanya tadi.

     "Tapi kenapa kamu beli cincin nikah lagi, aku kan udah punya, meskipun aku ga pernah liat kamu pake cincin yang sama." Dinda menunjuk cincin terdahulunya dengan dagu.

     "Ah anggep aja ini masalalu, dan yang baru itu masa depan kita."

     "Ih geli..."

     "Apaan aku ga gelitikin kamu, atau mau aku gelitikin..." Tanpa aba-aba Rizky langsung mengelitik pinggang Dinda dengan jari jemarinya, Dinda yang badannya sulit bergerak apalagi berdiri bingung sendiri bagaimana harus menghindar, akhirnya dia tak punya pilihan lain selain ngesot menghindari Rizky, bukannya mengejar Dinda, Rizky malah tertawa terpingkal-pingkal.

DESTINYWhere stories live. Discover now