Mungkinkah hari ini spesial?Aku ingat waktu itu malam yang dingin. Tak ada yang begitu spesial pada saat itu. Aku lebih memilih menyudut bersandar pada tembok. Menggerakkan jemari menggoreskan tinta berwarna pada sebuah kertas, ditemani suara hujan yang tak pernah mampu memecahkan angan-angan. Semua berubah dikala suara pesan masuk. Anganku tak lagi melayang. Tangan ku tak lagi menggoreskan curahan tinta pada sebuah kertas. Tubuh ku langsung tertuju pada pesan itu. Lantas kata-kata dalam pesan itu masuk dalam benak dan rasaku.
"Kamu mau mengantarku?"
Sontak hal tersebut membuatku terkejut dan heran. Kamu tidak pernah meminta apapun dariku. Kali ini kamu memintaku. Padahal lama sekali kita tidak pernah bersua, bahkan dalam tegur sapa. Entah apa yang harus kulakukan, semua terasa tak lazim bagiku.
Jantung berdegub keras. Rintik hujan yang menimpa atap juga menandakan hujan yang deras. Rasanya aku ragu untuk menemuimu. Bukan karena hujan, tapi mungkinkah? Tanpa berpikir panjang aku tetap memaksakan egoku walaupun harus melintasi jalanan dan berpayung hujan bukan menjadi suatu masalah bagiku karena rasaku sungguh-sungguh tidak pernah reda padamu.
Aku tiba sebelum hujan reda.
Kukatakan kepadamu,
"Buat apa menunggu hujan reda? Biarlah hujan yang lelah dan putus asa karena kita tidak pernah reda oleh hujan."
Lalu kutemui wajahmu yang tersenyum. Sudah sangat kurindukan wajahmu yang hampir tidak pernah kutatap. Rasanya desiran di hati sampai pada ubun-ubunku dan memecah hujan yang masih lekat pada pori-pori kulitku.
Kita duduk berdua dan memandang hujan deras.
Hujan menjadi salah satu tanda kegembiraan tanah yang lama tidak basah. Kita mungkin merasakan hal yang sama setelah sekian lama tidak berjumpa. Kita berbicara tentang sebuah hari yang spesial. Duduk bersama orang yang spesial makin menambah malam deras penuh kenangan.
Melihat dirimu diselimuti hujan.
Setelah beberapa lama kita melihat hujan. Kali ini hujan yang benar-benar melihat kita yang riang di bawah hujan. Bahkan celotehmu menjadi lebih deras daripada rintik hujan. Basah menjadi obat sebuah kerinduan. Melihat dirimu diselimuti hujan
Kali ini aku benar-benar rindu dirimu dan rindu hujan.Mungkin kerinduanku pada dirimu tidak lagi tersampaikan dan hanya menjadi sebuah kenangan bersama hujan. Kali ini kerinduanku benar-benar telah samapai pada puncaknya. Bahkan, hujan yang menjadi saksi kala itu tidak lagi bisa mengeluarkan rintiknya.
"Kerinduanku padamu dan pada hujan benar-benar mendalam.
Mungkin ketika kita bisa bertemu, kita akan menciptakan hujan pada pipi-pipi kita.
Mungkin ketika hujan datang, kita akan bernostalgia tentang pertemuan.
Namun aku hanya ingin bertemu di bawah hujan dan mencipta hujan yang lebih deras di bawah hujan. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Flew Away My Love
Roman d'amourKukatakan kepadamu, "Buat apa menunggu hujan reda? Biarlah hujan yang lelah dan putus asa karena kita tidak pernah reda oleh hujan." Kutemui wajahmu yang tersenyum. Sudah sangat kurindukan wajahmu yang hampir tidak pernah kutatap. Rasanya desiran di...