Cinta Sebenarnya (Short Story)

546 43 0
                                    

"Arrrrgghhhh.... Kamu sini hey, anak nakal!" Teriaknya dengan keras saat seorang anak kecil berumur 8 tahun jahil menjatuhkan istana pasir yang ia bangun.

"Weekkkkkk... Nggak mau!" Lidah anak itu menjulur lalu menggoyangkan badan ke kanan-kiri kemudian lari begitu saja.

"Mamaaaaaaaaaa......." Tangisnya pecah dengan sempurna dan orang-orang di sekitar pantai menatapnya dengan aneh. Tapi siapa yang perduli akan hal itu? Hatinya lagi sedih karena bocah sialan itu.

"Ify....Ya ampun nak, kenapa nangis?" Seorang wanita paruh baya tergopoh-gopoh berjalan ke arahnya. Setelah sampai ia memeluk anak gadisnya agar tangisannya mereda.

"Mama... Anak itu nakal! Dia merusak istana Ify." Adunya dengan terisak-isak.

"Di bangun lagi ya nak. Jangan nangis gini, Ify kan udah besar." Bujuk Mamanya. Ify menggeleng cepat, hidungnya yang kembang-kempis mengartikan bahwa sebentar lagi tangisnya akan kembali terdengar.

"Ma..."

"Ayo kita buat!" Rengekan Ify terpotong oleh sebuah suara pemuda yang tiba-tiba datang pada mereka. Menyadari itu, Ify bersembunyi di balik tubuh Mamanya.

"Loh, kok malah ngumpet? Ayo kita buat lagi istananya." Ajak pemuda itu lagi.

"Ma, Ify takut." Lirih gadis itu pelan di telinga Mamanya. Sang ibu hanya tersenyum tipis memandang pemuda yang mengajak anaknya ini.

"Mmm... Nama kamu siapa, Nak?" Tanya Mama Ify.

"Rio tante." Ucapnya sopan.

"Rio, begini. Mmm... Anak saya ini..."

"Saya tau tante dan nggak ada salahnya kan saya ajak anak tante bermain? Setidaknya saya bisa menjaga dia dari anak-anak yang menjahilinya."
Mama Ify menatap Rio dengan ragu. Bukan apa-apa sebenarnya tapi heran saja masih ada yang mau mengajak Ify bermain setelah semua orang menghindari anaknya karena memiliki keterbelakangan mental. Di umur 17 Tahun seharusnya Ify menikmati masa remaja bukan malah bersikap seperti anak berumur 7 tahun.

"Tante percaya sama saya." Ujar Rio meyakinkan. Mama Ify mengangguk lalu menarik tubuh Ify untuk berada di sampingnya.

"Ify, Rio ini baik. Dia bisa jadi teman Ify. Ify jangan takut, Nak!" Ucap Mama Ify lembut.

"Hai, aku Rio." Rio mengulurkan tangannya untuk di sambut oleh gadis berdagu tirus itu. Ify menatap Mamanya meminta izin, Mama mengangguk. Kemudian Ify menatap Rio dan memasang cengiran manisnya.

"Aku Ify." Sambutnya ceria.

'Gotcha!'

***
"RIOOOOO, BASAH KAN! Ihhhh jahat ihhh..." Rio hanya bisa tertawa melihat teriakan khas anak-anak itu. Ini sudah minggu kedua semenjak pertemuannya dengan Ify dan Rio merasa gadis itu spesial dari yang lainnya. Sikap Ify yang kadang berubah-ubah sesuai mood tak menjadi masalah bagi Rio karena selama bersama Ify, ia bahagia.

Tak rugi dulu Rio sering memperhatikan Ify bermain di pantai setiap harinya, karena rumah gadis itu yang dekat sekali dengan pantai. Dan kini berujung pada hubungan sebuah pertemanan. Rio tak perduli orang-orang menganggap Rio gila karena berteman dengan gadis yang mempunyai keterbelakangan mental.

HAPPP!
"Ayo gendong!"

"IFY..." Seru Rio terkejut karena tiba-tiba gadis itu meloncat ke punggungnya. Namun sedetik kemudian pemuda itu tersenyum dan membawa Ify jalan-jalan dalam gendongannya. Sesekali candaan serta kejahilan Rio lontarkan pada Ify dan gadis itu hanya bisa merengek manja. Rio tak mempersalahkan itu, malah dia suka menghadapi sikap kekanakan Ify.

"Rio." Rio menghentikan langkahnya dan menurunkan Ify dengan berhati-hati. Gadis itu hanya mengernyit menatap Rio dan gadis yang baru saja memanggil Rio secara bergantian.

Cinta Sebenarnya (Short Story)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang