Bab 7

7.5K 738 25
                                    

©Misscel

"Daddyyyyyyyyyy!"

Teriakan Cavely spontan membangunkan Yunho, ia bahkan terlonjak kaget dan seketika terduduk dengan mata yang mendelik lebar. Yunho mendesah pelan saat melihat Cavely yang tepat ada di sampingnya di atas ranjang. Nyaris saja ia melempari pelaku pembangunan dirinya dengan bantal karena kesal, andai tidak sadar bahwa sang anak lah yang melakukannya.

Bibir Cavely mengerucut melihat Yunho yang menatapnya datar dan hendak kembali berbaring. Tidak, ia tidak akan membiarkan sang ayah kembali tidur atau sekedar bermalas-malasan begitu saja sebelum menjelaskan di mana ibunya sekarang. Benar, ibu. Hal pertama yang Cavely ingat saat tebangun beberapa menit lalu adalah Jaejoong. Ia tersenyum dan dengan riang gembira turun dari ranjang berlari ke luar kamar untuk menemukan sang ibu. Tapi nihil, ia tidak mendapati Jaejoong di luar, di kamar mandi, kamar tamu dan terakhir ia tidak menemukan Jaejoong juga di kamar Yunho.

"Daddy, Mommy kemana, kenapa tidak ada di lumah?"

Pertanyaan Cavely membuat rasa kantuk Yunho hilang menguap. Mata musangnya membuka lebar-lebar dan menggaruk tengkuknya. Sudah diduganya Cavely akan bertanya Jaejoong. Ia menghela napas ringan sebelum menjawab dengan rangkaian alasan yang sudah ia siapkan tadi malam. "Mommy sedang di rumah orang tuanya, Sayang. Mommy akan datang sebentar lagi."

Kepala Cavely di telengkan mendengar jawaban Yunho. Ia paham maksud Yunho bahwa Jaejoong sedang di rumah orang tuanya yang berarti di rumah nenek dan kakeknya dari pihak ibu. Matanya mengerjap-ngerjap lucu sebelum bertanya kembali, "Di lumah Kakek dan Nenek? Kenapa Mommy tidak mengajak Cavie, Daddy?"

Yunho tahu sekali watak Cavely, satu pertanyaan tidak akan cukup untuk menuntaskan apa yang ingin diketahui. "Cavely sedang tidur. Mommy akan datang kemari lagi dan menjaga Cavely sekolah seperti keinginan Cavely, percayalah," jawab Yunho sembari mengacak lembut rambut Cavely.

Anggukan singkat tanpa kalimat protesan dilakukan sang anak. Ini saat yang tepat untuk Yunho mendesak Cavely bersiap-siap ke sekolah, "Sekarang mandi lah, Sayang. Nanti ketika Mommy datang kau harus sudah siap sekolah."

Cavely memamerkan deretan gigi putihnya yang rapi kepada Yunho. Ia senang sekali mendengar sang ibu akan datang kembali. Mungkin saja tadi malam ibunya ingin melepas rindu dengan kakek neneknya karena sang ibu yang bekerja di luar negeri, setahunya. Kaki kecilnya segera turun dari ranjang Yunho. Detik berikutnya Cavely berlari ke luar kamar.

Buru-buru Yunho menyingkap selimutnya dan berlari menuju ruang tamu. Sekarang yang harus ia lakukan adalah menghubungi Jaejoong. Kemarin ia meletakkan data diri Jaejoong di atas meja ruang tamu. Setelah berpikir cukup keras tadi malam, lebih baik ia menutup mulut Cavely sejenak dan mengiyakan tentang jam kerja Jaejoong seperti yang mereka bicarakan. Hari ini ia akan mendapatkan solusinya untuk bisa membawa gadis itu tinggal di sini menjadi ibu Cavely hingga ia menemukan pendamping yang pas.

Yunho menghela napas lega melihat map merah yang masih ada di sana. Bersyukur Jaejoong tidak membawanya kembali saat gadis itu bergegas pergi tadi malam. Ia menyambar segera map dan membukanya. Mata musangnya sibuk berjelajah ke setiap informasi yang diberikan Yunho untuk melengkapi data diri perusahaan. Senyuman lebar tersungging di bibirnya ketika mendapatkan apa yang ia cari tertera di sana. Nomor ponsel.

.
.
.

Jaejoong baru ke luar dari kamar mandi saat ponselnya berdering. Tidak tahu siapa yang menelponnya sepagian ini. Ia cukup enggan mengambil ponsel yang ada di atas meja nakasnya. Melirik pada layar yang menampilkan sederetan nomor tidak di kenalnya. Jujur saja ia malas megangkat nomor tidak terdaftar dalam ponselnya. Ingin ia mengabaikannya tetapi sebuah hasrat penasaran yang tidak biasa membuatnya memutuskan untuk mengangkat panggilan.

CavelyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang