(Multimedia :
Sarah Hyland - Lind
Skandar Keynes - Neimn
Nicholas Braun - Rava
Rotimi - Conrad)didedikasikan untuk aminahwahyudin untuk segala kritik dan sarannya. Arigato! ^^
•||•||•||•
¹Dewa Athymus : Dewa penjaga keseimbangan dan kemakmuran alam.
²Glyth : sejenis rusa berbulu hitam yang berukuran sebesar kuda, dengan bulu putih disekitar leher mereka. Rusa ini memiliki tanduk yang cukup besar, biasa dijadikan pajangan, dagingnya baik untuk penyakit dalam, dan kulitnya biasa digunakan sebagai karpet atau bahan pakaian untuk musim dingin. Tinggal di pinggiran hutan Illinos yang berbatasan dengan hutan Rothgur (hutan terlarang).
•||•||•||•
"Cuaca yang cerah dan bersahabat. Cocok untuk berburu, benar kan, Ludko?"
Kuda jantan berbulu cokelat itu meringkik saat gadis berambut brunette mengelus-elus bulunya dengan lembut. Gadis itu kemudian menyodorkan seikat besar rumput liar yang telah ia kumpulkan kearah kuda kesayangannya. Ia tersenyum simpul.
Cuaca hari ini begitu cerah, diiringi dengan semilir angin yang lembut dan menyejukkan. Hanya ada beberapa awan kecil mengambang di atas sana, sekadar untuk menghias jubah biru langit. Suara hewan-hewan kecil terdengar sesekali, dan gemerisik dedaunan yang saling beradu akibat angin pun ikut menemani suasana siang ini.
Sempurna, batin gadis itu.
Rambut brunette sebahu itu dibiarkan terurai, bergerak-gerak kecil mengikuti semilir angin yang bertiup. Kulit eksotisnya dibiarkan tertepa sinar matahari, membuatnya seakan bersinar. Gadis itu memberi makan kuda kesayangannya sembari bersenandung lagu rakyat yang ia hafal. Hari ini terasa begitu sempurna baginya, karena ia memiliki firasat yang baik untuk hari ini. Entah kenapa.
Ia berjalan menuju beranda pondok, yang hanya berjarak beberapa meter dari tempat kudanya diikat disebuah pohon besar. Gadis itu pun duduk diatas kursi kayu sederhana yang baru ia buat beberapa hari yang lalu, kayunya ia cari sendiri di hutan, karena ia ingin memastikan sendiri kursi nyamannya ini berasal dari bahan yang berkualitas.
Sembari memejamkan matanya, ia menghirup napas dalam-dalam, menikmati udara segar di pinggiran hutan Illinos ini.
"Andai setiap hari bisa setenang ini...," gumamnya pelan, lebih menyerupai bisikan, tapi tiba-tiba ia teringat sesuatu, "Hah! Itu hanya akan terjadi jika bocah-bocah idiot itu berhenti mengangguku...."
Ia tertawa terkekeh jika mengingat sahabat-sahabatnya yang ia sebut 'bocah idiot' itu.
"Hoi, Lind! Kau sedang tidak waras, ya?" sahutan seseorang membuyarkan lamunan gadis itu, kala namanya disebut.
Gadis itu berdecak sebal. Baru saja ia bersyukur karena hari ini terasa begitu sempurna, tapi ada saja yang datang merusaknya.
"Apa maksudmu menyebutku tidak waras, hah? Dasar prajurit tolol!" balas gadis itu kasar.
Dua pria berjalan mendekati pondok dengan santai, satu berbadan kekar dan besar, sedangkan yang satu berbadan kecil dan agak kurus. Orang berbadan kekar yang dibalas itu hanya menyengir kuda, ia menggaruk rambut pirang satu sentinya sembari berjalan mendekat kearah gadis itu. "Halah! Kau ini bicara sendiri, tertawa sendiri! Ya pantas saja aku menyebutmu tak waras! Dasar Lind gila!"
Gadis yang dipanggil Lind itu langsung menjitak kepala pria berbadan kekar, berkulit segelap malam dan berwajah sangar itu. Lind mengalihkan pandangannya kearah pria yang berbadan lebih kecil lalu melempar tatapan tajam karena ia menertawainya, "Hei! Kalian berdua sedang apa kemari? Kabur lagi, huh?" tanya gadis itu ketus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aeritys
Fantasía[•] "Dunia kita berbeda," Fhreii memberi jeda, menarik napas lebih dalam dan berusaha menahan rasa sesak di dadanya, "kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersama. Di Athyra, maupun di duniamu. Aku takkan pernah bisa melawan para Dewa. Maka dari itu...