My Dee

258 32 23
                                    

selamat menikmati^

Desember

Seberkas sinar mentari menerobos melewati celah kelopak mata yang sedikit terbuka, mengganggu sang pemilik yang sedang terlelap. Perlahan ia membuka kelopak matanya mengerjapkan beberapa kali sebelum akhirnya smar samar bayangan itu menjadi lebih jelas. Sosok gadis sedang berdiri dihadapannya, terang terangan mengamatinya.

Terkejut mendapati seorang gadis mengamatinya.
Ribuan kupu kupu di perutnya menggelitik.
Wajahnya memanas walau ia yakin matahari sudah tak menyorotinya lagi.

Sedangkan gadis tadi sudah membulatkan matanya. Pipinya memanas, menyadari bahwa aksi mengamati lelaki itu diketahui sang empunya.

"A..ahh.. anu.. m..maaf" gadis itu tersenyum kikuk, "Aku Deezember, kau boleh memanggilku Dee."lanjutnya dengan uluran tangan mengarah pada lelaki dengan mata berwarna hitam legam yang menyorotnya.

Menyambut uluran tangan sang gadis, ia tersenyum hangat, "Ristiandi Gema"

^^^

Hari sudah berlalu, namun pertemuan mereka selalu saja sama, Gema yang akan tertidur di bangku taman dan Dee yang akan menutupi Gema dari sengatan matahari. Namun, berbeda dengan kemarin, Gema menikmati saat saat bersama Dee. Saat Dee menunggunya tertidur di bangku taman, saat Dee menutupi paparan sinar mentari, hingga hal terkecil dari yang Dee lakukan Gema menyukai itu.

Gema tersenyum sebelum akhirnya membuka kelopak matanya,"Terimakasih Dee."

Entah mengapa Gema sangat menyanyangi Dee.
Ia tak ingin jauh dari Dee.
Kemarin Gema dan Dee bercerita banyak tentang kehidupan mereka.

Seakan akan mereka adalah sepasang yang lama tak bertemu. Atau mungkin memang seperti itu?

^^^

Hah.. hah.. ah..

Gema terbangun dengan napas yang memburu. Ia memimpikan keluarganya.

Semua keluarganya menangis.
Mengingat mimpi itu tanpa sadar air mata Gema mengalir.
"Maafkan aku. Maaf"

Entah apa yang terjadi dengan dirinya saat ini.
Ia menangis terisak.
Mengatakan maaf berulang kali.

^^^

#GEMA POV

"Aku ingin mengingatkanmu sesuatu" ucapnya riang.

Dahiku berkerut, "Apa?"

"Keluargamu. Kehidupanmu"

Dua kata itu mampu membuatku penuh rasa tertekan. Entah mengapa.

Tanpa sadar kini aku berada di cafe yang menurutku sangat klasik. Cafe dengan nuansa yang membuatku nyaman.

Sekilas kilatan memori layaknya slide yang ditampilkan terus dan terus.
Bayangan seseorang di sudut ruangan sedang tertawa riang.

Sedetik kemudian aku berhasil menguasai diri.

Kemana dia?

Aku melihatnya, memesan sesuatu entah apa itu. Dee melangkah kemari, ditangannya memegang nampan dengan dua gelas dan satu dessert.

"Apa ini?" Tanyaku setelah Dee meletakan nampan itu.

Dee menyesap mochalattenya, "cafe ini sebenarnya tutup sudah beberapa hari" ia menyesap perlahan minuman hangat itu, "aku tak bisa lagi mengurus cafe ini"

The Last DeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang