Part 1

4K 30 6
                                    

Author pov

Gadis itu menatap sendu laki laki di hadapannya, menautkan kedua jari lentiknya dengan perasaan gugup yang begitu ketara. Sedangkan laki laki yang ia pandang hanya memandangnya dengan tatapan kosong yang sulit di artikan, kedua tangannya ia lipat di depan dadanya, menambah kesan dingin di wajahnya.

"Ikuti saja aturannya." tutur laki laki itu dengan nada tegasnya.

Laki laki itu, Daniel Noor. Dia adalah laki laki yang sangat Grace puja, bagaimana tidak wajah Niel yang begitu tampan dengan rahangnya yang kokoh, matanya yang tajam bak elang, alisnya yang tidak begitu tebal dan bibir penuh yang menambah kesan seksi pada wajahnya. Ditambah kedudukannya sebagai CEO perusahaan bertaraf internasional membuatnya dipuja banyak wanita termasuk Grace.

"Apa yang perlu aku lakukan?" tanya Grace gugup.

Terdengar helaan napas panjang Niel. Ia mengusap wajahnya gusar.

"Menikah kontrak denganku."

.
.
.

Grace pov

Perkataan Niel seminggu lalu terngiang dikepalanya, berdenging dengan gema yang rendah di telinganya. Menuntutnya untuk kembali memikirkan tawaran Niel - yang terdengar konyol - padanya.

"Aku tahu ini begitu mendadak, tapi aku harus memenuhi keinginan ayahku yang tengah terbaring lemah di rumah sakit. Ia ingin melihatku bahagia dengan bersanding bersama seseorang dalam ikatan pernikahan, aku tak mungkin menyuruh Clara untuk segera menikah denganku, karena ia tak menginginkan hubungan lebih denganku."

Niel menjelaskan maksudnya panjang-lebar dihadapanku, maksud dan tujuannya mengajakku untuk menikah kontrak. Aku masih belum percaya, seorang Niel, yang terpandang dengan kedudukannya mengajaku menikah? Yang secara kedudukan aku bagaikan langit dan bumi, aku hanya seorang barista di cafe
Dan baru bertatap muka beberapa kali dengannya.

"Tapi, kenapa harus aku?" tanyaku menuntut penjelasan yang lebih mendetail darinya.

Niel menghembuskan napas panjangnya, menatap kedalam bola mataku, seakan ia ingin membuatku percaya dengan perkataannya.

"Kau kenal dengan Firgia, kan?"

Aku mengangguk, dia adalah gadia yang menolongku ketika aku terjebak dalam tadir - ketika kedua orangtuaku meninggalkanku sendirian.

"Dia, kakak kandungku."

Aku ternganga, Perkataan Niel barusan seakan menyalurkan aliran listrik dalam tubuhnya sehingga membuat tubuhnya kaku untuk digerakan.

Seorang Firgia, yang, ya Tuhan, ia bahkan tak terlihat kalau dia adalah kakak kandung Daniel. Ia dengan kepribadiannya sungguh bertolak belakang dengan Niel, bahkan ia rela membantunya melunasi hutang ayahnya dengan ikut bekerja di cafe bersamanya, dan ternyata, kenyataannya Firgia adalah...

Kakak kandung Daniel.

"Kau tidak menyangka, kan? Kakaku tidak sepertiku, iya, ia tidak gila akan kekayaan seperti gadis lain, dan dia peekerja keras. Kau bahkan mengetahuinya, sekarang bukan Firgia yang akan kita bahas melainkan alasanku memilihmu untuk menikah denganku."

"Dia menilaimu sebagai gadis yang cocok untukku, katakanlah kau itu berbeda dengan gadis lain, dan itu benar seperti yang dikatakan kakaku, kau berbeda - rela meninggalkan kuliahmu demi melunasi hutang ayahmu dengan bekerja siang-malam diberbagaj tempat, ku kira ini tempat ke-3 yang diketahui kakaku setelah restoran dan juga toko buku. Kau juga cantik - itu menurut setandar kakaku, dan aku akui matamu itu memang indah dan aku tidak akan keberatan kau bersanding di sampingku, juga rambutmu, mungkin sedikit polesan make-up akan membuatmu tampil berbeda meskipun kau jauh tertinggal dengan Clara."

Sial! Kenapa kau membuatku terbang sekaligus terjun bebas secara bersamaan? Dan, hey! Jangan samakan aku denga Clara, tentu aku jauh berbeda dengannya.

"Sudah seperti itu, Firgia menceritakan tentangmu lepada ayah dan ibuku, mungkin kau sudah tahu kelanjutannya kan?"

Aku mengangguk mengiyakan pertanyaan, sudah jelas ceritanya bagiku.

Niel membuang napasnya dengan kasar. "Tentu aku akan memberimu imbalan jika kau menetujui tawaranku."

Aku mendongak menatapnya penuh dengan tanya. "Maksudmu?"

"Ku dengar kau tidak memiliki tempat tinggal, dan sekarang kau tidur di panti asuhan,kan? Aku akan memberimu tempat tinggal yang layak, juga aku akan melunasi semua hutang ayahmu. Bagaimana?" jelas Niel dengan nada coolnya.

"Berapa lama?" sejujurnya ada sedikitkeraguan ketika aku menanyakannya.

"Sampai keadaan ayah membaik."

Aku masih mencerna jawaban yang diberikan Niel, sampai ayahnya membaik. Berapa lama?

"Akan ku beri waktu untuk kau berpikir selama seminggu, dan setelah itu aku akan menemuimu di sini dengan jawaban yang kuharap itu memuaskan. Sampai bertemu lagi, Grace."

Laki laki itu beranjak meninggalkan Grace yang maaih ambigu dengan tawaran konyol ini.

Ia akan mendapat keuntungan jika ia menerima tawaran Niel. Tapi...

Aku menggelengkan kepalaku, menepis pikiranku yang akan mengarah apa pendirianku kini. Aku kembali berkonsentrasi dengan pekerjaanku, hari ini cafe agak sepi, membuatnya sedikit bersantai.

Dengan langkah gontai aku berjalan menuju kirsi dan duduk sambil bersandar di meja pantry. Tenti saja memikirkan kembali leputusanku, sebentar lagi laki laki itu akan datang, sudah pasti.

Ki pejamkan mataku sejenak, kemarin lintah darat itu kembali datang dan menagih sisa hutang ayahnya, dan aku harus segera ... Akh! Apa yang kau pikirkan.

Belum sempat pikirannya jernih denting lonceng yang terdengar halusenandakan seorang datang memenuhi ruangan sepi ini, dengan segera aku mendongak dan menatap siapa yang datang.

Pria itu.

Ia duduk di depan meja pantry yang ia duduki.

"Bagaimana?" tanyanya to the point.

Aku mengerjapkan mataku, memikirkan kembali keputusanku. Ku pejamkan mataku, menguatkan hatiku. "Baiklah, aku menyetujuinnya, tapi aku ingin uang untuk melunaai hutang ayahku secepatnya." jawabku dengan mata terejam, aku tahu ketika aku membuka mataku maka dunianya akan berubah, ia telah menujui tawaran Niel berati ia juga siap mengubah jalan hidupnya.

"Baiklah, aku akan mentransfernya kerekeningmu secepatnya, dan untuk pernikahannya, mungkin satu minggu lagi mengingat keadaan ayah semakin memburuk."

Seperti dibanjiri air hatinya lega mendengarnya, perlahan kubuka mataku dan bertemu dengan tatapan tajam bak elang milik Niel.

Aku tersenyum, senyum yang kupaksakan.

*****

Hehe ini cerita pertama yang ku tulis. Masih banyak kekurangan emang, tapi author sangat berharap kritik yang membangun dari para pembaca. Mohon vote dan comennya ya,...

Regards

Sijum

WoundTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang