Author's POVDustin menatap nanar pada tubuh lemah di hadapannya, Morly baru saja terbangun lagi dan histeris. Mungkin ia mengingat bahwa janin-nya sudah tak ada. Ia meraung-raung, mencoba melukai dokter dan para suster. Jadi terpaksa mereka memberi obat penenang padanya.
"Maafkan aku..." Dustin menulungkupkan kepalanya ke ranjang Morly.
Ia tak menyangka Tuhan memberi ujian kepada-nya seberat ini. Anak yang tak di ketahui keberadaannya sekarang sudah pergi meninggalkannya terlebih yang membunuhnya adalah wanita yang di cintainya.
Megan...
Maaf, aku harus adil pada anakku...Dua hal terpenting dalam hidupnya sudah tak ada, hidup yang ia jalani akan semakin berat. Bertanggung jawab pada ibu dari anak-nya, hanya itu yang Dustin bisa lakukan.
Tak ada lagi nama Megan dalam hidupnya, ia akan mencoba menghapus Nama itu dalam hati-nya.
Benar apa kata wanita itu."Bajingan seperti mu akan mendapatkan balasannya."
Flashback On
"Kau pembunuh anakku, Megan."
"Apa kau yakin itu anak mu?" Megan berusaha untuk tenang, sebelum menjatuhkan bom ini pada pria di hadapannya.
"Sialan! Sudah ku duga kau akan bertanya seperti ini." Dustin tengah merogoh sakunya, terlihat sebuah kertas di lipat dan membuang kertas itu ke wajah Megan.
"Ini salinan tes DNA janin itu."
Dengan hati-hati Megan mengambil kertas itu dan membacanya. Meskipun mata sudah berkaca-kaca, perutnya sudah kram, Megan harus fokus dan teliti.
Seketika kepercayaan diri-nya runtuh kala ia melihat prosentase yang menyatakan bahwa DNA Dustin dan janin itu cocok. Itu berarti anak yang Morly kandung adalah benar anak Dustin.
"Ku mohon maafkan aku, Dustin. Aku hanya melindungi diriku." Megan menangis bersujud di kaki Dustin, tetapi sang pemilik kaki tak bergeming.
"JADI BENAR KAU YANG MEMBUNUHNYA! KAU MEMBENARKAN TINGKAH MU JIKA ITU BUKAN ANAKKU TAPI JANIN ITU MILIKKU DAN MORLY! KAU PENYEBABNYA!" Amarah Dustin tersulut saat mendengar pembelaan Megan, ia berusaha melepas belitan tangan Megan dari kakinya.
"BERDIRI, SIALAN!"
Megan tetap tak mau berdiri terus menangis kencang."JANGAN MENGUJI KESABARANKU!" Dustin menendang kaki Megan agar melepaskannya dan berhasil.
"Kau menamparku, aku bisa memaklumi. Tapi tidak untuk menendangku, Dustin. Ku jatuhkan harga diriku hanya demi meminta maaf mu. Semua ini menyakitkan." Megan berkata sambil menundukkan kepala, seolah-olah ia mencoba mengembalikan semua kekuatannya sebelum hal sialan ini terjadi.
"Lebih baik aku di pukul masa dari pada harus merasakan ini, kau tak pernah tau bagaimana rasanya kehilangan anak. Aku menjadi bajingan karena kau."
Dustin membalas perkataan Megan.Megan yang mendengar curahan hati menyakitkan dari Dustin, hanya bisa memukul-mukul dada-nya.
Telinganya menolak untuk mendengar lebih lanjut."Semua bukti di tanganku, cukup untuk memenjarakanmu. Aku harus adil pada anak ku dan ibunya, bukan? Tapi berterimakasih-lah pada Miracle yang mencegahku."
Ayahmu tega memenjarakan ibu, nak...
Tubuh Megan bergetar hebat, bukan karena dia takut. Bukan! Megan sudah di ambang batas kesabarannya. Dia akan membuat Dustin menjadi bajingan yang sesungguhnya. Ya, dia akan menghapus kenyataan bahwa Dustin adalah Ayah dari anak-anaknya.
Berusaha berdiri, Megan berpegang pada meja di belakangnya. "Ku kabulkan dirimu menjadi bajingan yang sesungguhnya!"
Terdengar gelak tawa dari bibir Dustin,"Apa aku harus berterimakasih padamu?" Sinisnya.
"Tidak perlu, aku akan pergi dari hidupmu. Anggap-lah aku sudah mati. Jika kita tak sengaja bertemu, demi Tuhan aku pun tak menginginkannya. Aku berjanji." Megan bersungguh-sungguh akan ucapannya, tak ada keraguan sama sekali. Tekad-nya sudah bulat untuk meninggalkan Dustin.
Dustin membeku ketika mendengar ucapan Megan yang ia tau itu bukan main-main. Kemudian Dustin menyadari syarat yang ia tuju-kan pada Miracle pun sama. Megan harus menjauh dari hidup-nya tapi bukan kematian yang ia maksud-kan.
Siapkah dirinya kehilangan, Megan?
Jawabannya adalah :
Siap itu di haruskan!
"Bagus. Itulah persyaratan yang aku ajukan pada sahabatmu. Menjauhlah dari hidupku. Selamat tinggal!"
"Bajingan seperti mu akan mendapatkan balasannya."
Itu adalah kalimat terakhir yang di ucapkan Megan sebelum Dustin meninggalkan ruangan wanita itu. Dia mendengarkan, hatinya berkecamuk, tapi tak sanggup lagi ia melihat wajah terluka wanita yang masih di cintainya sampai saat ini.
Sedangkan Megan hanya bisa terpaku, tak mampu bicara apalagi bergerak. Tangisannya pecah, hatinya pun berdarah. Ia masih tak menyangka Tuhan memisahkan dirinya dari Ayah anak-anaknya dengan cara menyakitkan seperti ini. Dimana tak ada lagi ruang bagi anaknya untuk mendapatkan kasih sayang seorang Ayah kandung.
Maafkan ibu, nak...
Saralee masuk ketika ia melihat Dustin sudah keluar dari ruang bos-nya, dari tadi ia pun ikut menangis meskipun ia tak melihat ataupun mendengar hati-nya mengatakan bahwa di ruang itu sedang terjadi sesuatu, dan benar ia melihat kekasih bos-nya keluar dengan wajah berurai air mata.
Flashback Off
Jari-jari Morly bergerak mengembalikan Dustin dari lamunan.
Buru-buru ia memencet tombol untuk memanggil dokter. Genggamannya tak pernah lepas dari tangan Morly.Dokter telah selesai memeriksa Morly. Jiwanya masih terguncang, ini wajar di alami setiap wanita yang mengalami keguguran. Kesimpulannya, Morly sedang dalam masa stress paska keguguran jadi membutuhkan support dan perhatian lebih.
"Dustin, jangan tinggalkan aku." Ucap Morly.
"Tidak, semua sudah selesai." Dustin menjawab dengan setengah hati.
"Jadi kau sudah menuntutnya?" Tanya Morly dengan mata berbinar, ia berusaha bangun untuk memeluk Dustin tapi pria itu mencegahnya.
"Jangan bangun dulu, kau habis di kuret."
"Jadi, katakan padaku. Kau sudah menuntutnya kan? Untuk anak kita Dustin. Iya kan?"
"Aku tak bisa Morly, banyak yg melindunginya termasuk sepupu ku." Dustin mengeratkan genggamannya supaya Morly mengerti.
Tak bisa di pungkiri, Morly pun sangat kecewa atas jawaban Dustin. Demi Tuhan, dia baru saja kehilangan janin yang di cintai-nya, janin yang bisa membuat pria di hadapannya tak akan meninggalkannya.
"SETELAH TAU AKU KEGUGURAN, KAU AKAN MENCAMPAKKAN KU, HUH?" Morly memukul-mukul tubuh Dustin tapi Dustin tak mengelak justru ia berusaha memeluk tubuh lemah di hadapannya.
"Tenanglah, tadi ku bilang tidak ya tidak! Tak adalagi yang mengganggu kita. Semua sudah selesai, kita akan menikah."
Setelah mengucapkan itu, Dustin mengadahkan kepala-nya agar air matanya tak jatuh, dia mengecup kepala Morly sayang dan dalam hati ia berjanji akan belajar mencintai wanita yang ada di pelukannya.
Sekarang kondisinya tak lagi sama. Dustin pun menyadari satu hal, Cinta tak lagi bisa menyatukan dirinya dan Megan. The Game is over...
Sementara Morly mendengar hal itu tersenyum senang. Tuhan sudah mengembalikan cinta-nya. Dia tak perlu khawatir lagi Dustin akan meninggalkan dirinya.
***
Marry Christmas, Everyone....
GBU.... 😘😘😘With Love,
S. Kristetta ❤️

YOU ARE READING
My Sugarplum (Shimmer & Glitter)
RomanceMereka saling mencintai tapi sulit bersama... Anak-anak yang harusnya bisa menyatukan mereka malah memperumit masalah... -Megan Lou Peterson -