***
"Na, tolong anterin pamflet event ini ke kelas XII, ya?"
"XII berapa, Bu?"
"XII IPA. Kasih ke yang namanya Dean. Kamu tahu?"
Aku mengangguk penuh antusias.
Akhirnya, aku memiliki kesempatan untuk bertemu dengannya, lagi.
Untuk yang kedua kalinya.
-
Aku berjalan sambil membawa lembaran pamflet yang siap dibagikan.
Tapi, tiba-tiba seorang anak laki-laki – entah siapa, dengan kasarnya menabrak tubuhku.
Aku terjatuh. Pun, dengan lembaran pamfletnya.
"Maaf," ujarnya.
"Oke," aku hanya menjawabnya dengan wajah ketus.
Aku mendengus kesal.
Kini, aku harus mengembalikkan lagi perasaan senangku untuk bertemu dengannya.
-
"Kak, ini pamflet untuk kelasan Kakak," kataku, sambil menyodorkan lembaran pamflet itu padanya.
"Oh, iya. Makasih..." katanya, seraya menggantungkan ucapannya dan menatapku dengan mata hazelnya yang menyiratkan tatapan bingung.
"Kenalin Kak nama saya Siena," sergapku, menyodorkan tangan ke arahnya.
"Oh, iya. Hehe. Kan udah kenalan kemarin, ya," jawabnya sambil membalas jabatan tanganku.
"Iya, kenalan lagi. Tak kenal maka tak sayang, Kak," balasku asal.
"Oh, iya. Makasih ya kalau gitu sekali lagi, Siena."
Aku mengangguk dan pergi.
-
Tak kenal, maka tak sayang.
Sudah kenal, tapi gak sayang-sayang.
:'")
KAMU SEDANG MEMBACA
Espresso
JugendliteraturSecrets have a cost. They're not free. Not now, not ever. - The Amazing of Spiderman 2