(3) Dada Rata

128 17 2
                                    

Multimedia diatas itu photonya raka.. Sempet cari kesana kemari.. Pas liat ini langsung jatuh cinta sama kharismanya.. Hehe

oOo

Cafe temirity sudah ramai pengunjung. Saking ramainya bagas harus duduk menunggu sendirian karena chisy yang sebagai pemilik cafe harus turun tangan menjadi pelayan karena ramai. Sementara, raka tidak tahu dimana keberadaannya 5 jam ini. Sejam setelah pulang sekolah nggak kelihatan batang hidungnya. Tetapi, bagas tidak peduli dan lebih mengirimkan sms ke raka.

"Hy"

Suara melodi ringan mengalun indah di telinga bagas. Bagas mengangkat wajahnya dan menatap mata soft coklatnya. Bagas tersenyum melihatnya.

"Akhu engghak dhapat thempat dhuduk.. Bhisa akhu sit here?" ujarnya dengan bahasa indonesia yang sangat buruk.

Bagas yang telah kagum dengan wajah dan warfumnya yang menyeruak tiba - tiba hilang karena bahasa indonesia cewek ini yang tidak fasih dan aneh. Bagas tersenyum singkat.

"Your indonesia so suck..! Just speak english" (bahasa indonesiamu payah, berbahasa inggris saja)

"Oh.. Thank you" ucapnya memegang dadanya lega dan mulai duduk di seberang bagas.

Maklum saja cafe ini menempati urutan ke-3 terlaris di indonesia. Kultur budaya dan modern menyatu dan membuat nyaman. Chisy membangunnya seorang diri yang mendapat bantuan dari kedua sahabatmya termasuk dalam hal modal dan design. Sebagai tanda terima kasihnya chisy menamainya cafe persahabatan mereka bertiga 'terimity'.Penghasilan chisy terdapat dari cafenya yang telah terdapat di seluruh indonesia dan beberapa cabang di asia tenggara. Chisy mengelolanya dengan cerdik. Cafe ini salah satu cabang utama. Jadi, maklum saja ramai.

"First time I saw you I think if you are same as me.. But I also think that I should not be directly like that. " ucap perempuan itu kembali membuka percakapan.

Bagas mendongak dari i-phonenya dan menatap mata soft coklat itu sekilas. "Relax.. I also knows some language".

Perempuan itu tersenyum mendengarnya. "Aine" aine menyondorkan tangannya menggantung.

Bagas mengamit tangan aine."Bagas.. Dan nama panjangmu?"

"Aine Lachrymose"

"Bagas kenners.. Dengan double n"

Mereka berdua tertawa.

"I understand if people talk indonesia.. I just dunno talk it"

Bagas mengangguk pelan. Dia mengerti jika seseorang bicara padanya memakai bahasa indonesia. Tetapi, dia tidak lancar mengucapkannya. Lalu datang seorang waitters dan seorang pria disampingnya.

"Astaga.. Gue bisa mati lama - lama.. Banyak banget orang" waitters itu berbicara dan langsung duduk sambil melap keringatnya. Sementara seorang lainnya menatap perempuan berambut blonde itu.

"Excuse me, miss. I have not yet ordered something. "

Chisy berbalik dan menatap perempuan dengan poster badan bak patung lengkap dengan dada 'datar'nya. Chisy mengeryitkan dahinya. "I am sorry miss.. Sepertinya ini meja pribadi dan pelanggan tidak boleh duduk disini"

"I am sorry miss.. You're just a waiters here and spoke not polite to me and how dare you can get rid of me". Aine mulai kehilangan kesabarannya. Siapa dia sih? Hanya pelayan tapi songongnya selangit. Aine bisa membayar 5x lipat dari gajinya.

"Baguslah kalau anda menyadari kalau anda telah saya usir nona.. Dan satu hal lagi. Walaupun saya cuma pelayan disini. Saya bisa mengusir nona songong sekarang juga".

" You're a waiters, a shameless ..! I wanna talk to your manager now! you gonna be fired!" muka aine sudah merah menahan amarah.

Chisy tersenyum miring. "Saya bukan manager disini! Tapi saya yang punya cafe dan seluruh cabangnya! Jadi nona blonde yang berdada rata.. Saya harap kamu pergi dari cafe saya!".

Aine melongo dan memegang dadanya tidak percaya. Aine menatap bagas sama satu pria lainnya. Dia hanya menatap aine dan waitters ini serasa bilang 'lo pecundang'. Aine malongos mengambil tas nya dan pergi.

"Yahh.. Pergi. Gue belum minta nomor telfonnya" ujar bagas tertawa sekilas.

"Sialan emang.. Gue lagi capek juga malah di panasin".

"Santai.. Lagi pula seru juga permaluin tuh cewek". Raka tertawa melihat kedua sahabatnya lalu menghirup nafas dan mengeluarkannya.

"Lupain aja pasal cewek tadi.. Palingan dia cuma model. Jadi, apa madsud kita ngumpul disini?"

Chisy menegakkan badannya dan menatap kedua sahabatnya."kita udah sahabatan 8thn kan?" sebenarnya ini bukan pertanyaan, tapi sebuah pernyataan.

Bagas dan raka mengangguk. Raut muka mereka yang dingin hilang ketika mereka bertiga kumpul. Sudah tidak ada rahasia lagi diantara mereka luar dan dalam.

Chisy tersenyum."jadi, gue pengen tanya nih.. Ada nggak diantara kalian sedang melakukan sesuatu tetapi nggak nanya ke kita?" ujar chisy menatap kedua temannya. Bagas dan raka berfikir sejenak.

"Gue nggak punya sesuatu yang penting akhir - akhir ini.. Hanya bangun pagi, sekolah, gangguin popy, pulang, billiard, dugem, pulang, tidur". Bagas mengangkat bicara duluan. "Itu doang". Bagas mengangkat bahu acuh tak acuh.

"Dan lo?" kini chisy dan bagas menatap ke arah raka.

Raka tidak bisa menyembunyikan hal kecil apalagi hal besar seperti ini. Chisy seseorang yang benar - benar peka. Kalau dia menyembunyikannya. Chisy akan mengetauhinya dengan sangat sangat sangat cepat.Raka tidak punya pilihan lain yang memungkinkan selain jujur.

"Gue nembak bella di tebing harapan dan jadian".

oOo

ReverseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang