Didatangi

74 7 2
                                    

Angin bersemilir kencang di halaman belakang rumah Anna. Laptop-nya sedang digunakan Audy. Audy yang sibuk membaca artikel-artikel mengenai 'Teman Imajinasi' masih saja terfokus di depan layar. Anna masih sibuk memikirkan rencana untuk menguak apa yang terjadi dengan Via. Masalahnya, Via merupakan pribadi yang sangat tertutup dan susah ditebak, jadi sangat sulit untuk memecahkan kasus ini.

"Eh eh Nna" Sahut Audy sambil mencolek paha Anna, "Gue mau cerita nih, secara full dan complete".

"Ya silahkan" Balas Anna singkat.

Audy bergumam. "Jadi gini..."

Beberapa jam lalu, sore hari setelah pulang sekolah ...

Audy mencoba menghidupkan mesin motornya yang mogok. Tidak berhasil. Audy menendang motornya seakan-akan itu tidak berguna. Malah jatuh, kaca spionnya bengkok, retak. Audy mendengus kesal. Tetapi tiba-tiba sesuatu yang janggal terjadi dan itu membuat Audy bertanya-tanya.

Via berjalan pelan, menggaruk-garuk kepalanya sambil menunduk. Rambut sebahunya sudah sangat berantakan. Penampilannya sangat aneh, sangat sangat aneh. Mengapa di hari yang panas ini iya memakai jaket tebal yang berbulu? Iya juga menggumam sendiri seperti mengomel, tetapi gayanya seperti sedang ketakutan karena kakinya yang gemetaran.

"R, R, R..." Gumam Via. Audy melihatnya dengan amat ketakutan sekaligus aneh.

Tiga langkah membuat Audy memiliki jarak yang lumayan dekat dengan Via. Via terdiam. Matanya sudah memerah dan sembab.

"L-lu ke-kenapa Vi?" Tanya Audy gagap.

Via hanya menatapnya dengan tatapan kosong, lalu membuang muka dan berjalan beberapa langkah. Ia berhenti lagi. Kakinya sangat gemetaran. Iya terjatuh, seperti bersujud, lalu berteriak...

"Aku tau kamu nyata!" Teriak Via.

Audy langsung terdiam, berlari kearahnya dan membantu Via berdiri. Tetapi Via langsung mencengkram tangan Audy, dan menatapnya dengan tatapan benci. Melotot, dan meneriaki Audy. Lalu ia mendorong Audy ke tengah jalan, sehingga Audy terguling-guling di jalan. Untung saja tidak ada mobil yang lewat waktu itu, kalau tidak... Ya begitulah.

"Sumpah lu Dy?" Anna melotot dan bertanya dengan nada kaget.

Audy mengangguk dengan keringat bercucuran di dahinya. Daritadi saat ia menceritakan, ia memang terlihat sangat ketakutan.

Anna merinding mendengar kata-kata Audy. Anna masih tidak percaya dan bertanya-tanya. Apa yang sebenarnya terjadi pada Via? Kenapa gejalanya persis seperti artikel-artikel tersebut?

Apa jangan-jangan, ini tanda?

Audy mematikan mesin motornya, ingin beranjak masuk ke rumahnya. Ia membuka dompetnya, dan melihat kembali foto gadis yang terpajang di dalam. Audy tersenyum, mengelus foto itu, dan berharap gadis yang ada di foto tersebut baik-baik saja.

"Audy, kamu dari mana?" Tanya Ibu Audy yang masih terjaga di ruang tamu.

Audy menaruh kunci motornya di atas meja, di atas majalah mistis yang diberikan kepada Anna sebelumnya.

"Rumah Anna, Bun" Jawab Audy.

Ibu Audy hanyalah mengangguk. Lalu, ia menatap Audy sebentar, seakan-akan ingin bertanya.

"Bunda tadi abis baca-baca majalah kamu tuh, nah di halaman yang isinya 'Teman Imajinasi' kok kamu tandain? Teman kamu ada yang seperti itu, nak?" Tanyanya kepada Audy.

Audy kebingungan ingin menjawab apa. Tak mungkin juga ia berkata Via, karena ia juga belum tentu yakin dengan hal itu.

"A-anu Bun, itu buat dijadiin makalah, iya makalah" Jawab Audy berbohong.

Lagi-lagi ibunya hanya mengangguk. Setelah itu, ibunya menyuruh Audy untuk masuk ke kamarnya karena sudah larut malam. Ibunya juga menyusul. Dengan sigap Audy mengambil majalah dan kunci motornya yang berada di atas meja.

Di waktu yang sama pula...

Via berjalan mondar-mandir di kamarnya seperti orang kebingungan. Ia melihat tembok berulang kali dengan tatapan kosong. Tiba-tiba, ia menjatuhkan dirinya ke kasur dan mengucapkan kata-kata yang kurang jelas.

"Itu siapa, itu siapa, itu siapa" Gumam Via berulang kali.

Angin bertiup amat kencang dari jendela. Merasa terganggu, Via menutup dan mengunci jendela kamarnya. Ia merinding, seperti ada yang mengikutinya.

Bam!

"Anjing. Itu apa. Kaget bangsat." Ucap Via kaget.

Via makin merinding, semakin tak karuan. Tubuhnya berkeringat dingin, gemetaran, dan merasa kedinginan.

Via mengambil buku harian di laci meja belajarnya yang bewarna hitam. Buku harian yang indah, bewarna coklat seperti ada ukirannya.

"Dia gak nyata, dia gak nyata." Gumam Via gemetaran.

"Dia cuma imajinasi, dia gak nyata. Gak nyata. Vi, sadar. Dia bukan kenyataan."

Via melempar buku hariannya ke tembok. Membanting semua barang yang ada di mejanya. Ia membenturkan kepalanya ke tembok, dan ia menangis ketakutan.

"DIA GAK NYATA!" Via berteriak.

Tangisannya makin jadi. Ia menangis meraung-raung seperti sangat ketakutan. Kondisinya sungguh memprihatinkan. Matanya sudah mulai menghitam karena keseringan nangis dan jarang tidur, kepalanya biru karena dibentur secara sengaja, kamarnya sangat berantakan karena barang-barang yang dicampakkannya.

Via menjambak rambutnya sampai beberapa helai putus bertebaran di lantai. Ia melirik ke kanan, ke kiri, seperti sedang mencari-cari.

"Hai" Ucap seseorang.

Via kaget, dan melihat kebelakang dengan gerakan yang sangat pelan.

Dan detik itu juga Via pingsan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 05, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Know You're RealTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang