Pict Erga di media.
***
Terik matahari menyapa membuat mataku menyipit, semilir angin siang hari yang membuatku menarik nafas berkali-kali. Kini siswa berhamburan pulang, setelah dikurung beberapa jam oleh gedung putih itu kini dapat menghirup kebebasan.
Aku berjalan di koridor, terkadang melirik lapangan basket yang diatasnya dipenuhi pemainnya. Aku tersenyum kecil.
Aku berhenti berjalan ketika melihat Akmal menghampiri Diana. Tanpa kupikir panjang, aku kembali tersenyum kecil.
Seseorang menyenggolku, membuyarkan isi pikiranku. Aku menghela nafas lalu, tersenyum terpaksa ke arah Erga.
Erga menaikan sebelah alisnya. "Liatin gue?"
Aku mengerutkan dahi. Pandanganku beralih pada Akmal. Kini mata kami bertemu, jantungku berdebar cepat tak karuan. Saat itu, Akmal mengalihkan pandangannya, benturan keras menghantam hatiku.
Dia membenciku? Pikirku
Erga melambaikan tangannya di depan wajahku, aku kembali menatapnya kesal. "Ga, anterin pulang, ya?" Pintaku.
Erga tersenyum lebar. "Oke, tapi- "
Aku menaikan sebelah alis. "Gue mau makan dirumah lo, boleh ya?" Pertanyaan yang berhasil membuat mulutku terbuka sedikit.
"Mau gak?" Tawarnya, aku mengerling lalu, mengangguk pasrah.
Aku mengikuti langkahnya, dan menjauh dari Akmal dan Diana yang tampaknya obrolan mereka sangat menyenangkan.
Aku menengok sekilas, mereka sudah tak ada, aku menghela nafas, kembali menatap kedepan.
***
Sampai dirumah Erga menempatkan motornya di halaman depan. Aku menunggunya turun dari motor lalu, kami berjalan beriringan masuk kedalam rumah. Aku melangkah masuk pertama, Erga mengikutiku dari belakang.
Aku melihat Mama yang baru saja keluar dari kamar. Aku tersenyum. "Ma, ada teman mau numpang makan." sindirku,
Mama memiringkan sedikit kepalanya agar dapat melihat Erga yang berada di belakangku. "Oh, Erga yang kemarin kan?" tanya Mama. Erga berjalan mensejajarkan langkahnya denganku.
Dia salam dengan ramah, "Iya tan, " jawabnya. Mama mengangguk tersenyum.
"Yaudah, Mama tadi bikin brownies ambil aja tuh di meja makan." Mama menunjuk ke arah meja makan, membuat Erga mengikuti jari Mama.
"Aku ke kamar dulu." kataku, "Yaudah Erga kamu duduk dulu ya, tante mau pergi dulu." kata Mama. Erga mengangguk. Aku pergi menuju kamar.
Aku membuka pintu kamar dan menghempaskan tubuhku ke kasur. Aku menarik nafas lalu, menghembuskan pelan.
Apa akmal benci gue? Gue kok ngerasa bersalah sih? Dia deket sama Diana? Gue harus minta maaf.
Seribu satu pertanyaan berputar di otakku, membuat kepalaku sedikit pusing. Ketika mengingat keberadaan Erga aku pun buru-buru berganti pakaian dan turun keawah menemui Erga yang sedang duduk menonton tv.
Aku mengerutkan dahi. "Sopan banget." Ketusku, berjalan menuju dapur. Erga tak menjawab, dia terus menatap ke depan memandang tv yang benar-benar menurutku membosankan.
Aku menghampirnya dengan gelas berisi teh manis dingin ke arahnya. Erga menoleh kea rah gelas yang kupegang, lalu tersenyum. "Makasih," jawabnya. Aku kembali menuju dpaur dan menyiapkan brownies di piring.
Aku duduk di sampingnya, saat menempatkan brownies itu di hadapannya, dia tersenyum puas saat mengunyah brownies tersebut.
"Enak gila, kapan-kapan bawain gue ke sekolah. Oke?" Aku memutarkan bola mata lalu, mengangguk.
Aku mengeluarkan ponsel dari saku dan melihat beberapa pesan yang belum sempat kubuka dari kemarin malam. Aku menghela nafas ketika melihat nama Erga disana. AKu menutup ponsel dan menatap Erga yang memakannya dengan lahap.
"Kata gue, kalo lo makan sepenuh itu keselek ntar,"
Uhuk uhuk!
"Tuh kan," kataku, mengambilkannya minum, Erga meneguk minuman tersebut.
Dia tersenyum saat selesai membersihkan bibirnya. "Baik, tumben." Katanya. Aku hanya menghela nafas.
"Gimana kalo kita nonton aja?" Aku berjalan mengambil DVD di sebelah tv.
"Nonton apa?"—" Drama korea, hehe"
Dia mengangkat sebelah alisnya. "Hantu aja gimana?" tanyanya. Aku mengangkat kedua alis. "Boleh juga,"
Aku mengambil DVD yang Erga inginkan dan menekan tombol play. Aku duduk di samping Erga dan menatap televisi datar. Tak ada yang seram pada televisi tersebut sehingga aku sedari tadi hanya menatap tv datar tanpa ekspresi.
Badanku menegang saat terdengar suara menakutkan dari televisi. Aku menutupi ketakutanku dan berusaha sikap santai. Sedangkan Erga, dia tak ada reaksi apapun, dia hanya menatap tv dengan serius.
Suara televisi makin menakutkan membuatku nafasku sedikit tertahan. Aku mengepalkan tangan yang berada disamping tubuhku. Tiba-tiba tanganku tersentuh tangan orang lain. Tubuhku menegang, tak berani menoleh siapapun yang megang tanganku. Siapa lagi kalau bukan Erga
Jantungku berdetak melewati angka normal. Aku merenggangkan tanganku perlahan saat tangan itu menyentuhku. Aku menoleh kearah Erga, yang masih menatap kedepan. Aku menoleh kearah tanganku, yang berada di bawah tangan Erga.
Tanganku tak bisa bergerak, seperti berakar disana dan aku hanya bisa menghela nafas, mengatur jantung, menatap kedepan kembali, dengan tangan Erga menggenggamku perlahan.
Saat itu aku bertanya pada diriku, Mengapa jantung ini kembali berdetak?
***
Hello mungkin ini akhir dari cerita, eh bukan-bukan maksudnya aku mau hiatus dulu, soalnya sebentar lagi UN. Mungkin ceritanya bakal dilanjut 3/4 bulan kedepan, tapi gatau lah ya:)
Untuk kalian yang suka silakan tekan bintang dan comments sesuatu. Dan jangan lupa terus stay ya gaes jangan kelain hati*ehe* Makasih buat yang vote selama ini *kecup*
Doa in juga mudah-mudahan lulus UN 2k16 ya gaes!
LOVE YOUR STARS!
-MELIANAHF-
KAMU SEDANG MEMBACA
The Heartache
Short StoryBegitu banyak sakit hati, begitu banyak rasa sakit. namun, pada akhirnya semua selalu berbanding terbalik dari yang diharapkan. Dan kali ini- lebih menyakitkan. copyright 2015 ...