18 - JANJI

504 17 9
                                    

"Kak!" Caraka mencolek bahu Hasita. "Sudah pagi, bangun!"

"Hemmh..." Hasita bergumam, menarik selimutnya yang melorot untuk kembali menutupi badannya sampai kepala.

"Kak, pinjam power bank dong... punyaku rusak." Caraka mencari barang yang dibutuhkannya pada nakas samping ranjang.

"Hemmh... di sana." Hasita mengeluarkan tangannya dari selimut dan menunjuk ke sembarang arah. Caraka menatap bingung mengikuti arah telunjuk Hasita kemudian mengusap dagunya.

"Kebiasaan setengah sadar nih," gumam Caraka.

Caraka mendekat, menaikkan lutut kanannya ke ranjang untuk menggapai Hasita. "Kak...." Dia menarik pundak kakaknya hingga Hasita membalikkan badan. Mata Caraka menangkap alis Hasita bertaut beberapa detik, matanya sembab, terlihat jejak air mata yang mengering di pelipisnya.

Hasita menggeliat, bangun perlahan dan meregangkan ototnya. "Astaga...!" pekik Hasita saat matanya terbuka sempurna dan mendapati Caraka dengan seragam putih abu-abunya berdiri bersedekap dada di samping ranjangnya. "Haissh... kau mengagetkanku saja."

"Kau menangis?!" ucapan Caraka yang terdengar seperti pernyataan. Dia menghembuskan napas dengan kasar. "Kenapa?" Nadanya penuh penekanan, ekspresinya datar namun jelas sekali dia sedang menahan amarah.

"Nggak apa-apa. Memangnya kenapa?" Hasita memalingkan wajahnya dari tatapan adiknya, dia tahu, Caraka tidak suka melihat dirinya menangis.

"Diapakan sama Kak Adit?"

"Nggak diapa-apakan..."

"Terus kenapa?"

"..." Hasita menggelengkan kepalanya, enggan menjawab introgasi Caraka.

"Oke, aku akan tunggu sampai kau mau cerita. Anytime, I'll listen." Hening sejenak, dia menghela napas kembali. "Oh iya Kak, power bank ditaruh mana? Mau pinjam."

Hasita turun dari ranjangnya, mengambil barang itu dari dalam tasnya yang tergantung di dalam lemari dan memberikannya pada Caraka.

"Cepat mandi dan sarapan, sudah setengah tujuh!"

"Malas ah... aku mau bolos kuliah saja."

"Terserah deh...." Caraka berjalan keluar kamar Hasita, kemudian berhenti sejenak di ambang pintu. "Kompres mata Kakak dengan air es!"

Ponsel Hasita berdering, menampilkan nama Karen di layar ponselnya.

"Ya, Halo?"

"Hasita... bisa minta tolong nggak?"

"Apa-an?"

"Bisa nggak? Bisa saja ya... please, please!"

"Iya... minta tolong apa?"

"Tolong printkan tugas makalahku dong, printerku rusak, hari ini kan harus dikumpul."

"Mendadak sekali sih, kebiasaan deh!"

"Iya, semalam baru selesai. Ya... ya..."

"Padahal rencanaku hari ini mau bolos. Hampir lupa sama tugas makalah, makasih deh sudah diingatkan."

"Tumben Hasita Ayunda bolos kuliah?!"

"Ya sudah, emailkan! Cepat!"

"Oke, sudah aku email. Jangan bolos loh ya, nanti nasib makalahku bagaimana?!"

"Iya, iya... bawel."

"Good... thanks Hasita, kau sahabatku yang selalu bisa kuhandalkan. Kecup sayang, muahmuahmuah... bye..."

Akankah KitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang