Prolog

128 13 1
                                    

Seorang gadis duduk termangu di balkon kamarnya sambil menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam.

"Rasanya aku ingin menjadi seperti bintang di langit. Yang selalu bisa menerangi malam yang gelap. Ya tapi aku versi di hati kamu aja. Agar aku bisa menjadi cahaya di hati kamu." selanjutnya terdengar kekehan dari gadis itu.

"Apa iya aku harus jujur kepada dia tentang perasaanku sebenarnya? Aduh duh aku bingung bintanggg." Yaa gadis itu memiliki suatu kebiasaan yang lumayan unik yaitu dimana biasanya seseorang curhat ke buku diary ataupun sahabat, ia malah curhat ke bintang-bintang di langit.

Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu kamar yang terbuka.

"DEKK UDAH MALEM BUKANNYA TIDUR LU. MALAH KEK ORANG GILA TENGAH MALEM BENGONG DI BALKON. MASUK ANGIN AJA LU. MASALAHNYA LU GA BISA DIBILANG PINTAR, JADI LU GABOLEH MINUM TOLAK ANGIN." suara kakak gadis itu pun terdengar memenuhi kamar.

"ANJIR YAUDAH SIH BANG GAUSAH PAKE TOA NGOMONGNYA." gadis itu pun membalas tidak kalah kerasnya.

"KALIAN NGAPAIN UDAH MALEM TERIAK TERIAK KAYAK TARZAN. Cepet sana kalian tidur, udah malem gini masih aja berantem." ucap mama kakak beradik itu dari bawah.

"IYAA MAMA KU SAYANGG" jawab kakak beradik itu kompak.

"Dah sana lu keluar dari kamar gue, ganggu aja." usir gadis itu. "Iyee bawel ini gua juga udah mau kembali ke singgasana gua." ucap abang gadis itu sambil menjulurkan lidahnya.

Gadis itu pun akhirnya merasa tenang kembali, karena kakaknya telah balik ke habitatnya. Gadis itu pun mencoba memejamkan matanya, dan berharap besok ia menemukan jawaban dari pertanyaannya tadi.

2 votes and 2 comments for next chapter please? Thank you. xx

Should I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang