Aku mengaktifkan tabletku dan memandang sekitar. Aula besar ini terisi meja yang disusun berbentuk U. Kami berempat—Aku, Count, Kevin, dan Elvi— yang merupakan Lords dan Ladies utama duduk menghadap tiga raja dan tiga ratu Eowind City. Ayahku, raja tertinggi sekaligus pemimpin sidang besar ini, membuka sidang dengan membacakan sebuah pidato yang aku tidak terlalu paham. Aku lebih tertarik membaca novel yang ada di tabletku.
Tiga puluh menit telah berlalu. Raja, ratu, dan para menteri membahas beberapa masalah Eowind seperti kemiskinan, kelaparan, kekurangan tenaga pendidik, dan sebagainya. Itu bukan urusanku. Itu murni urusan para raja dan ratu Eowind, lepas dari campur tanganku.
"Para Ladies dan Lord telah melaksanakan tugas mereka dengan baik. Sejauh ini tidak ada pemberontakan dari kaum muda dan mereka juga telah melakukan beberapa kegiatan sosial yang sangat membatu," aku beradu pandang dengan Count saat kami tiba-tiba disebut.
"Namun, bukan ini alasan aku menyertakan seluruh Lords, Ladies, dan pemimpin cluster dalam sidang hari ini. Ada masalah yang lebih penting," aku meletakkan tabletku dan memfokuskan pendengaranku. Tiba-tiba suasana sidang yang tadinya relatif santai kini menjadi tegang. Kevin yang ditatap ayahnya dalam, mengenggol bahuku seakan ingin bertanya sesuatu, ku jawab dengan gumaman pendek menyuruhnya diam. Aku sudah membaca ringkasan materi siding yang diberikan Bella, tapi aku sama sekali tidak tahu kemana pembicaraan ini berarah.
"Menurut data yang didapat dari cluster medis, masalah poiseae tidak membaik. Justru semakin banyak korban yang jatuh. Penularan yang terjadi semakin cepat. Yang ku khawatirkan adalah jika korban yang jatuh terus saja meningkat,"
Sunyi beberapa saat.
"Para raja dan ratu Eowind telah mendiskusikan penyelesaian masalah ini. Kami berencana membawa para korban yang telah terjangkit ke luar Eowind," tiba-tiba peserta sidang menjadi gaduh. Bisik-bisik mulai terdengar dari para mentri maupun para pemimpin cluster. Elvi yang duduk di samping Kevin memekik pendek. Adiknya baru saja di bawa ke cluster medis dan dicurigai telah terjangkit juga.
"Tolong tenang semuanya," Raja Albert yang duduk di samping ayahku berdiri. Keriuhan mulai reda. "Kita berkumpul di sini untuk membahas masalah ini bersama. Silahkan keluarkan pendapat kalian sesuai dengan prosedur yang benar. Siapa dari para mentri yang ingin berkomentar terlebih dahulu?" tanya Raja Albert.
Saat ditanya begitu seluruh peserta sidang justru bungkam. Aku bisa melihat dari sorot mata beberapa mentri yang aku kenal sebuah pertimbangan yang berat. Ini memang bukan keputusan mudah. Aku yakin beberapa orang setuju dengan usul para raja dan ratu tetapi tak sampai hati karena beberapa orang di sini anggota keluarganya pun telah terjangkit.
"Baiklah, aku ingin mendengar pendapat para Lords dan Ladies. Bagaimana menurutmu, Catherine?" itu suara ayahku. Sial, aku bahkan tidak bisa berpikir apapun. Kosong.
"Kate, aku mohon jangan lakukan ini. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada Cal?" Elvi tiba-tiba bersuara pelan, mencoba membujukku.
"Aku masih menunggumu, Catherine," ayahku semakin mendesak. Tidak bisakah saat ini dia menjadi ayahku saja. Jangan menjadi Raja yang sebagian besar kata-katanya tidak dapat di tolak. Aku merenung sejenak.
"Itu di luar kuasa kami, Yang Mulia. Tugas kami berfokus pada kaum muda. Ini adalah sebuah keputusan besar," kataku pada akhirnya.
"Apakah kau pikir tidak ada kaum muda yang mulai tertular, Catherine?" tanya ayahku terdengar tidak senang dengan jawabanku.
"Tapi. . ." kata-kataku terhenti. Aku yakin seratus persen ayahku ingin mendengar bahwa aku, sebagai perwakilan Young Leader, setuju dengan keputusan para raja dan ratu. Dengan mendapatkan persetujuan dari young leaders, maka para Raja akan sekaligus mendapat persetujuan dari para pemimpin clusters. Namun, aku tidak bisa begitu saja setuju. Bagaimanapun juga mereka adalah rakyatku dan tidak ada satu pun dari kami yang tahu kondisi di luar Eowind. Selain itu, aku juga harus mendiskusikan hal ini dengan Young Leaders yang lain.
"Berhenti menatapku seperti orang bodoh dan jawab aku Catherine," mataku membulat dan aku yakin pipiku memerah sekarang. Ayahku baru saja menyebutku 'seperti orang bodoh' di depan seluruh anggota senior Eowind. Tak ada yang berani bersuara kecuali ibuku yang tiba-tiba berdiri dan membisikan sesuatu ke telinga ayahku.
"Saya sudah mengatakannya Yang Mulia, ini di luar kuasa kami. Saya rasa lebih baik keputusan tentang masalah ini diambil tanpa saya," aku mengambil tabletku yang berada di atas meja. Lalu membungkuk sekilas kepada para raja dan ratu sambil mengatur napasku yang naik turun karena marah.
"Catherine!" ibuku memanggilku pelan. Aku tak menghiraukannya.
Saat aku keluar ruang sidang para penjaga membungkukkan badan. Bella menatapku bingung sambil menerima tablet yang kuserahkan padanya. Seakan kehilangan citra Ladyku, aku berjalan cepat-cepat. membiarkan suara berisik sepatu beradu dengan lantai.
Sesampainya di kamar aku melemparkan sepatuku ke sembarang tempat lalu menghempaskan tubuhku. Bella mengambil sepatuku lalu memberikannya pada seorang pelayan. Aku menutup mataku sambil masih mengatur napas. Bisa ku rasakan Bella belum keluar dari kamarku. Dia hanya diam saja di samping ranjangku.
Aku membuka mataku kemudian duduk, "Tinggalkan aku sendiri," Bella menatapku sekilas tapi tak berkata apa-apa, lalu membungkuk dan meletakkan tabletku di atas meja dan bergegas keluar.
"Aku ada di luar jika kau butuh sesuatu, My Lady,"
"Sepertinya sidang tidak berjalan dengan baik, Young Lady," sebuah kepala menyembul dari balkon kamarku sengan seulas senyum manis dan sepasang mata mirip mataku.
"George!" aku memekik girang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antidote (Penawar Racun)
Ciencia FicciónSetelah tujuh tahun hidup dalam kedamaian. Tiba-tiba sesuatu terjadi menimpa keluargamu. Kau terpaksa keluar dari tempat yang aman menuju dunia luar yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Saat itulah petualangan dimulai. Namun, dalam petualangan...