Chapter 4 - Psikologi Abnormal!

3.5K 202 11
                                    

Sivia turun dari mobilnya dan berjalan mengikuti Sinta, memasuki sebuah restoran keluarga. Sivia masuk ke sebuah ruangan yang didesain seperti sebuah ruang pesta dengan beberapa meja bundar. Ia bisa melihat Shilla, Cakka dan beberapa orang lainnya—yang biasa disebut sebagai pewaris—tengah duduk bersama dan memperbincangkan sesuatu.

Sivia duduk di kursinya sambil celingukan, mencari Alvin. Gerakan aneh dari putrinya itu membuat Sinta heran. "Kamu nyari apa, Vi?"

Sivia menoleh dan tersenyum. "Bukan siapa-siapa."

Sinta mengernyit heran. "Mama tanya apa... bukan siapa," kata Sinta yang sontak membuat Sivia kehilangan alasan. Ia akhirnya hanya nyengir dan meneguk air putih di depannya dengan kikuk.

Tidak lama, sepasang suami istri bergabung dengan mereka. Mereka adalah pasangan suami istri dari keluarga Litae, pemilik Litae Group. Litae Entertaiment, salah satu perusahaan milik Litae Group adalah sebuah agensi artis bertaraf internasional yang menaungi beberapa artis terkenal di dunia. Hal ini membuat Litae Group menduduki peringkat pertama dari jajaran konglomerat yang hadir di pesta ini.

"Terimakasih kepada semua hadirin yang telah menyempatkan diri untuk hadir dalam acara ini." Sivia menoleh ke sumber suara. Ia tidak bisa menyembunyikan binar di matanya saat melihat laki-laki yang berdiri di tengah panggung. "Alvin...," gumamnya, terpesona dengan paras laki-laki itu. Setelan jas berwarna hitam dengan kemeja pink dan dasi merah yang dipakainya, menambah kesan tampan di wajah Alvin.

"Hari ini, saya akan memperkenalkan kepada Anda semua, pewaris Zeus Group. Dia adalah cucu saya, Alvin Lavano Zeus!" Nadia memperkenalkan Alvin diiringi dengan tepuk tangan meriah dari para tamu. Alvin membungkukkan badannya sejenak dan tersenyum.

Setelah beberapa patah kata, Alvin menghampiri beberapa rekan bisnisnya. Menyapa mereka dan berbincang sejenak. Ia berjalan melewati meja Shilla dan teman-temannya sambil melambaikan tangan. Setelah itu, menghampiri meja Sivia.

"Selamat siang, Tante Sinta, Om Hadi, Tante Siska," sapa Alvin ke Sinta dan keluarga Litae.

"Hai, Vi," sapa Alvin ke Sivia. Sivia menatapnya sambil tersenyum.

"Kak Alvin!" Seorang perempuan cantik mendekat dan melingkarkan tangannya ke lengan Alvin. Sivia menatap mereka dengan kesal. Alvin hanya menoleh dan menatapnya datar.

"Demi Kak Alvin, Chelsea rela terbang sehari dari New York," kata perempuan tadi dengan manja.

"Bukankah kamu Chelsea Soteria?" tanya Sinta ke perempuan di samping Alvin.

"Ya. Selamat siang, Om, Tante." Chelsea mengangguk menghantarkan salamnya. Chelsea Garda Soteria, anak bungsu dari keluarga Soteria, konglomerat pemilik Akademi Soteria, tempat Sivia dan lainnya memperoleh pendidikan. Keluarga Soteria menduduki peringkat kesembilan dalam hal kekayaan.

"Ayahmu di sini?" tanya Hadi kemudian.

"Papi sama Mami di Swiss, Om. Mereka belum sempat pulang. Chelsea dateng sama Kak Dea," kata Chelsea.

"Oh begitu. Kalau begitu titip salam buat orangtuamu ya?" Chelsea tersenyum dan mengangguk.

"Chelsea pinjam Kak Alvin sebentar ya? Kami permisi dulu, Om, Tante." Chelsea menyeret Alvin menjauh. Alvin menundukkan kepalanya untuk berpamitan. Sivia menatap kepergian mereka dengan kesal.

"Siapa dia?!" gerutu Sivia.

#

Hampir satu jam, Ify duduk di bangku taman sendiri. Jadwalnya bersama anak-anak sudah berakhir, tapi ia belum punya niat untuk meninggalkan taman itu. Ia belum melihat Rio keluar dari Divisi Psikologi sejak tujuh jam yang lalu. Ia perlu memastikan kata-kata dan tindakan spontannya pagi tadi. Diambilnya make-up kit dari tasnya dan sedikit memoles wajahnya. Entah mengapa, ia ingin tampil sedikit feminin sebelum bertemu laki-laki aneh itu. Jujur, perlakuannya pagi tadi cukup berpengaruh padanya.

Velvet Love (Completed) -- RevisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang