P.S : Check out Zula on media ^^
1. Kiera
"Pada seluruh pengurus OSIS, sekali lagi, pada pengurus OSIS, harap berkumpul di kelas XI IPS sepulang sekolah. Terima kasih."
Kami berempat seketika berhenti tertawa, terutama saat Clay tiba-tiba mengeluarkan ekspresi betenya.
"Aduh, sial." rutuk Clay sambil menatap speaker yang tak bersalah itu dengan dendam. "Kenapa harus hari ini? Kalian mau pulang sendiri aja?"
Pulang sendiri? Tidak. Jelas tidak. Sudah beberapa hari ini aku sengaja mengulur waktu untuk pulang. Karena bagiku sekarang, rumah hanya sekedar jadi tempat yang menaungiku dari panas dan hujan.
Aku heran. Aku sama sekali tak punya masalah dengan Oliver, bahkan bisa dibilang, yang waktu itu adalah suatu kemajuan. Tapi aku takut. Dan aku belum siap.
"Ooooh, Clay OSIS?" goda Sofia dengan cengiran. "Tumben nggak gabut."
"Berisik." gerutu gadis itu keki. "Ini terpaksa nih."
Sofia hanya menarik-marik rambut merahnya, dan mengangkat-angkat alisnya menggoda ke arah Clay. "Sesekali lo perlu dipaksa biar kerja. Iya nggak?"
"Lo--"
Zula menghela napas lelah mendengar awal perdebatan kecil keduanya. "Udahlah."
"Emang ada apa dengan rapat OSIS?" tanyaku polos.
"Ada apa?" tawa renyah gadis cantik itu terdengar merdu. "Singkatnya sih, nggak menyenangkan, apalagi gue ditunjuk sebagai ketua panitia perpisahan kelas XII. Dan ada satu iblis yang harus jadi partner gue."
"Jev, ya." komentar Sofia dengan wajah tertekuk. "Gue curiga ini ada campur tangannya Bu Rosa."
Clay hanya tertawa mendengar hipotesa gadis berambut merah itu. "Bukan curiga lagi, Sof. Si Lintah Jevon itu emang disuruh Bu Rosa. Sial juga, mending gue kena skors seminggu lagi, daripada harus kerja jangka panjang dengan dia."
"He, gue makin benci sama dia." rengut Sofia, yang bertukar pandang suram dengan Clay. "Oh iya, gue lupa ada yang serumah sama dia di sini. Sorry, Kir, no offense. Tapi kok lo bisa tahan sih? Udah mana sama Jev, sama Angie pula."
Aku tertawa kering.
"Tahan lah, nyapa aja nggak pernah." ucapku sebenci mungkin, berusaha menghalangi pandangan menyakitkan tempo hari itu. "Kalau boleh gue tahu, kenapa kalian benci pada... dua orang itu? Maksud gue kan... masih ada Oliver juga. Kalian sama sekali nggak masalah kalau sama Oliver."
"Siapa? Angie? Sama Jevon?"
Aku mengangguk. Tidak sedikit yang masuk dalam daftar blacklist V.S, tapi kedua orang ini dimasukan dalam nomor khusus. Pasti ada sesuatu, yang lebih dalam dari sekedar keirian atau kecemburuan sosial semata.
Lagi, mata kedua gadis itu bertukar pandang.
"Oh, itu gampang aja." Zula yang menjawab lebih dahulu, saat Clay dan Sofia saling menyikut menyuruh menjawab pertanyaanku. "Para Angels stick for each other. Dan kedua orang itu, menyakiti salah dua dari kami."
Zula mengeluarkan meraih map cokelatnya yang selalu dibawa kemana-mana, dan kembali meletakkan satu bundel kertas yang tempo hari itu. "Coba lo baca, poin ke tiga, dan poin ke tujuh."
Aku menerima bundelan itu dengan sebelah alis terangkat, sebelum mulai membaca kembali lembaran peraturan utamanya.
Contract of Auditorium
KAMU SEDANG MEMBACA
V.S [1] : Catch Me If You Can
Fiksi RemajaV.S Tetralogy (1) : Kiera R.D Putri Perdana . Ini cerita, tentang persahabatan. Juga cinta. Dan ingatan Oliver cinta Kiera, dan menunggunya hampir seluruh hidupnya walau gadis itu hanya tinggal ingatan. Angie cinta Jevon, dan memendam sakit hatinya...