Di sebuah ruangan dengan cahaya remang, terlihat dua sosok manusia yang saling duduk berhadapan. Yang satu bertindak sebagai seorang peramal, dan yang lainnya adalah pihak yang sedang diramal.
"Bulan desember adalah bulan terbaik untukmu. Benar, kau akan bertemu dengan gadis yang berhati lembut," ujar peramal itu dengan mimik wajah serius.
Kedua tangannya ia rentangkan pada sebuah bola yang bersinar di depannya. Mendengar hal tersebut, pihak yang diramal pun tersenyum senang.
"Sungguh? Terimakasih," ujarnya semangat. Usai memberikan beberapa lembar uang, ia pun permisi pamit.
'Gadis yang berhati lembut, ya.. pernyataan dari peramal memang hebat!' ia pun membatin bahagia, bersamaan dengan kepalan tangan yang diangkatnya tinggi.
"Michi? Sedang apa kau di,-"
Pemuda yang merasa telah dipanggil namanya itu pun menoleh keasal suara. Dan, betapa kagetnya ia saat melihat sesosok manusia berperawakan tinggi berada tidak jauh darinya. Michio pun menelan ludah, saat orang itu mengarahkan pandangan pada papan nama dimana ia diramal tadi. Ini buruk, dia pasti akan..,
"Ah! Peramal!? Hahahahaha!! Michi yang hobi masak dan bersih-bersih, ingin punya pacar? Hahaha.. kau pasti bercanda!"
..Menertawakanku.
"Be- berisik!" ujar Michio. Suaranya terdengar bergetar.
Jemarinya terkepal erat. Pemuda bernama lengkap Hideki Nakajima itu, dia menyebalkan. Mereka memang teman sejak kecil, dan Michio mengenalnya karena Hideki sering mengolok-oloknya sedari dulu.. bahkan, hingga sekarang. Mereka juga tetangga.
Entah apa yang ada di pikiran pemuda itu, tapi dia pasti sangat menyukai saat dimana Michio berada dalam kesulitan kan!?
"...pasti bisa! Bahkan peramal itu sudah menjaminnya! Katanya aku akan bertemu dengan gadis yang berhati lembut. Sangat berbeda dengan hide, yang berhati jahat!"
"......" Hideki terdiam usai Michio menyelesaikan kalimat terakhirnya. Tiga siku-siku pun ikut hadir menghiasi dahinya. Sepertinya ia cukup tersinggung.
Di langkahkan kakinya menuju kearah Michio dengan sebuah seringai.
"..jika kau seyakin itu. Ayo bertaruh! Tidak boleh lewat dari waktu yang ditentukan. Aku pun akan terus mengawasimu," ujarnya dengan kalimat retoris.
"Eh!?"
Dan Michio hanya bisa terdiam.
◎◎◎
"Michi! Miiichi! Jangan mengabaikanku, perempuan!"
Sapu yang berada di genggaman Michio pun tergeletak begitu saja. Tatapan pemuda itu kini beralih pada seseorang yang baru saja meneriakkan namanya di luar pintu kelas dengan santai. Itu Hideki, dengan senyum menyebalkan miliknya.
Michio melangkah mendekati Hideki meski dengan kekesalan yang sudah sampai di ubun-ubun. "Hide..! Bisakah kau berhenti memanggilku seperti itu!?"
"Kenapa kau marah? Itu memang kenyataan," ujar Hideki. Ia tidak terlihat bersalah sama sekali.
"Lihat! Itu Nakajima, dia tampan ya.. Ishikawa akrab dengannya?"
"Kau tidak tau? Mereka teman sejak kecil."
"Ehh?! Aku iri sekali padanya.."
Terdengar bisik-bisik para gadis di kelasnya. Michio menghela nafasnya. Siapa mengira pemuda yang sering sekali menjahilinya akan populer seperti ini. "Seperti biasa, kau populer.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ayo Bertaruh! (Completed)
Short StoryDiusianya yang menginjak enam belas tahun, Ishikawa Michio yang dianugerahi wajah manis bak seorang gadis belum juga mendapatkan seorang kekasih meskipun ia ingin. Ia terus berusaha dan berusaha, sampai pada suatu hari.. dirinya dipergoki oleh teman...