1

755 24 5
                                    

Prilly POV

"Kalian sudah mengerti maksud saya?! Saya sudah berulang kali mengingatkan kalian untuk tetap bersikap sopan pada penumpang, apapun sikap dan kondisinya. Sekarang, apa yang saya dapat? Teguran dari peminpin kita. Saya tidak mau hal ini terulang lagi. Mengerti?" Ujarku kepada mereka.

Aku sudah muak dengan tingkah mereka yang tidak sopan. Pemimpin kami sudah 3 kali dalam tahun ini menegurku. Sudah tidak dapat aku toleransi lagi. Kepemimpinan aku di bagianku harus aku tegaskan lagi.

"Mengerti" jawab mereka takut.

"Mulai besok saya akan memantau kinerja kalian di lokasi. Saya akan memantau kalian satu persatu. Jika kalian tetap seperti ini, terpaksa saya akan cut off kalian. Mengerti?" Kataku kembali kepada mereka.

Mereka terdiam. Bukannya menjawab tapi mereka berbisik bisik mengenai hal ini. Emosiku pun sudah tidak dapat aku tahan lagi. Aku mengambil rotan di samping meja meeting ini. Memang, ini merupakan meeting dadakan dan darurat pertama yang aku laksanakan tahun ini.

Brak.

Aku memukul meja itu keras dengan rotan di tanganku. Mereka kembali fokus kepadaku dan menatapku murka. Entah kenapa ingin sekali aku membentak mereka, namun ku tahan sekali lagi.

"Sudah bicaranya?" Tanyaku lagi. Mereka tak berkutik. Aku menatap mereka tajam. Aku pun melanjutkan pembicaraanku.

"Saya tidak akan memberi tau kapan saya akan memantau atau seperti apa, namun saya mengingatkan kalian untuk berhati hati. Rapat selesai. Kalian bisa meninggalkan ruangan ini kecuali kamu Mila. Tinggal disini." Tegasku lagi. Mila itu adalah sahabatku namun aku tidak boleh pilih kasih. Aku harus bersikap adil kepada semuanya.

"Kenapa Pril lo panggil gw? " Tanya Mila kepdaku.

"Ini di kantor Mila, bersikaplah professional." Ingatku kepadanya.

"Iya, maaf gue lupa. Ada apa anda memanggil saya? " Tanya Mila kembali.

"Saya ingin kamu mengatur jadwal untuk training secepatnya. Kamu orang yang paling saya andalkan Mila. Jangan kecewakan saya. Satu lagi, sebagai orang kepercayaan saya, kamu juga seharusnya memberikan contoh sikap yang baik saat bekerja dan tidak bekerja. Saya mendapat laporan bahwa kamu berlaku semena mena saat tidak bekerja. Mengerti?" Ingatku panjang lebar kepadanya.

"Baik, maafkan kelakuan saya. Saya tidak akan mengulanginya lagi. Saya permisi." Ujar Mila lalu meninggalkanku di ruangan ini.

Aku mengehala nafas panjang. Membereskan barang-barangku lalu membaca catatanku. Masih banyak yang harus aku lakukan. Kapan pekerjaanku selesai?

Aku pun bergegas menuju ruang pribadiku. Menguncinya dan duduk di kursi kebangsaanku. Aku segera mengecek layar kaca bebentuk kotak yang disebut laptop ini, laptop ini berisi cctv tersembunyi yang tidak mereka ketahui. Aku sengaja melakukannya agar dapat lebih mudah mengontrol mereka.

Aku melihat sedang ada kekacauan terjadi di ruang istirahat para pramugari. Aku ingin bergegas kesana untuk melerainya, namun deringan telepon menghentikan kegiatanku.

"Mama?" Lirihku.

•••
Author POV

"Bagaimana ini dapat terjadi." Ujar lelaki bernama Ali

Lelaki di depannya terdiam, menundukan kepalanya tanda tidak tau.

"Saya tanya sekali lagi. Bagaimana ini dapat terjadi? " Ucap Ali lagi.

"Saya tidak tau sir, kalo saya tau pasti saya kasih tau anda." Balas Kevin.

"Anda Niat kerja tidak? Kalau tidak saya akan memecat anda sekarang juga." Ucap Ali membuat Kevin menunduk takut.

"Selsaikan masalah ini sekarang juga. Kerugian 134 Miliyar tidak akan membuatku bangkrut. Selsaikan masalah ini sekarang sebelum kerugian mencapai lebih dari 500 miliyar." Jelas Ali kembali memutar balikan kursinya membelakangi Kevin dan menatap kota jakarta melalui kaca di ruangannya yang berada di lantai paling tinggi di gedung tersebut. Lantai 24.

"Baik, akan saya laksanakan. Maaf atas kelalaian saya." Ujar kevin hendak pergi namun suara Ali mengehentikannya.

"Temukan siapapun yang melakukan hal ini. Saya akan memberikan sesuatu yang sangat ia butuhkan." Kata Ali mengakhiri pertemuannya dengan kevin.

•••
Ali POV

Aku mengambil telpon di mejaku, memanggil asistenku Kevin kembali ke ruanganku setelah aku mengingatkannya. Setelahku telpon, ia masuk dan berdiri di hadapanku. Aku memutar kursi ini dan menatapnya.

"Siapa yang akan menghadiri Meeting di Jepang minggu depan?" Tanyaku tanpa basa basi.

"Asisten director sir." Jawabnya. Aku kaget? Asisten director di perusahaan ini tidak dapat mendapatkan satu perusahaan pun untuk bekerja sama. Satu satunya alasan dia tetap disini adalah karna ayahku sang Presiden berhutang budi padanya. Tak lain karena ia menyimpan rahasia papa.

"Apa tidak ada orang lain yang dapat menggantikannya?" Tanyaku sekali lagi.

"Tidak Sir, semua orang sibuk di hari itu." Jelas Kevin kepadaku. Aku murka, tak tau apa yang aku harus lakukan sekarang karna meeting ini akan berpengaruh besar pada perusahaan.

"Apa jadwal saya kosong pada hari itu?" Tanyaku. Jika tidak ada yang dapat menghadiri, kenapa tidak aku saja yang hadir.

"Anda akan melakukan survey kinerja di 5 lokasi terbesar penjualan kita di seluruh Indonesia. Di Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Lampung dan Makassar. Survey ini dilakukan selama 1 minggu Sir." Jelas Kevin mengingatkanku. Aku kesal sekarang, bingung apa yang harus aku lakukan. Dengan hembusan nafas panjang aku menjawabnya.

"Batalkan, siapkan 2 tiket executive class ke Jepang. Saya sendiri yang akan menghadiri meeting itu dan anda akan menemani saya." Jawabku. Keputusabku sudah bulat, meeting ini penting sekali dan survey dapat aku lakukan setelah kepulanganku dari Jepang.

"Baik Sir." Ucapnya hendak meninggalkanku.

"Siapkan semuanya, saya tak mau terjadi kesalahan dalam meeting ini. Mengerti?" Ingatku kepadanya. Ia memang bukan sahabatku, bukan kakakku namun adik iparku. Ya, adikku sudah mendahuluiku untuk menikah. Namun aku tak peduli.

"Baik sir, saya permisi." Katanya lalu meninggalkan ruanganku.

Aku menghela nafas panjang. Sungguh aku lelah akan hidup ini. Reputasi harusku jaga, kehidupanku selalu diatur oleh papa namun satu yang sampai sekarang tak dapat ia atur. Sifatku.

Aku mendongak dan melihat waktu, pukul 12.00. Aku telat, pasti aku akan diomeli habis habisan oleh papa dan mama pasti tak dapat berbuat apa apa. Aku berdiri mengambil Jas di kursiku, memakainya dan meninggalakan ruangan ini menuju istanaku. Ralat, istana papa.

Kevin sudah mengetahuinya hanya menduduk takluk melihatku keluar dari ruanganku. Hari ini akan menjadi buruk seketika.



Vomment yukzzz

31 Desember 2015

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 31, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cause Iove YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang