Aku benar belajar, kasih . . .
Setelah kejadian lampau, konsentrasiku pulih. Walaupun terkadang aku merasakan sesuatu yang tak biasa padaku. Aku mulai terbiasa dengan absen nya dirimu di hidup ini. Entah karena aku yang sudah beradaptasi dengan suasana baru atau aku yang sudah belajar apa arti sebenarnya dari Mencitai dalam Diam. Sejenak tersirat dalam benak ku untuk mencurah kan kisah pilu ini dalam sebuah goresan jemari pada sebuah kertas. Tetapi semua nya hanya angan belaka. Aku bukanlah sosok yang pandai merubah kasih menjadi kisah, mengubah pikiran menjadi untaian kata indah. Aku hanya bisa mengobati para pasien tanpa bisa mengobati diriku sendiri. Ya.,kasih aku harap bintang diatas sana mampu bersinar terang pada malam ini. Karena aku tahu kaulah bintang tersebut
Hari berganti, Namun angin tetap berhembus
Bukan suatu masalah besar bagiku menjalani hari ini, seperti biasa kehidupan seorang mahasiswa. Belajar, Bersenda tawa, Atau hanya sekedar berkumpul bersama teman seperjuangan. Ya, begitulah kehidupan kampus ku. Hari ini, kami di beri terapi kejut! Praktik yang paling dibenci oleh para mahasiswa jurusan kami. 'Gadar Medika'. Singkat kami melakukan praktik di sebuah rumah sakit, seperti biasa kami hanya menjadi pesuruh setelah melaksanakan Kuisioner dari dosen. Sebenarnya, bukan mata kuliah ini yang menjadi terapi kejut bagiku. Kau... Entah kau termasuk mahluk apa. Bukan hanya menghantui mimpi-mimpiku, kali ini kau menghantui kegiatan siang ku. Kau bagai angin. Selalu berhembus hingga ankhir zaman. Sejenak melihat sosok bayangmu kembali membuat aliran darah ku berhenti. Mungkin bagi kalian yang membaca kisah ini pernah merasakannya, ketika kalian bertemu sosok terkasih setelah sekian lama. Ah kawan...jangan munafik, kalian pasti mengerti kondisi ku pada saat itu.
Selalu ada ingin dalam angan
Ingin rasanya bertegur sapa. Tapi aktifitas ku saat ini tidak memungkinkan. Serta hati yang takkan siap menerima segala kemungkinan yang akan kau berikan padaku. Betapa lucu kisah kasih ku ini.
Jam berlalu, semua selesai. Tapi tidak dengan kau. Kau tak pernah ada habisnya manis
Selesai kegiatan praktikum, aku bercanda gurau dengan kawan-kawan disalah satu kantin rumah sakit tempat ku menggali puing-puing kertas hijau kelak. Topik pembicaraan kami kali ini merupakan kenangan di masa lampau. Semua kami curahkan, kami tertawa dan terkadang saling tatap untuk menyimak masing - masing cerita. Giliranku bercerita, ku curahkan semua kenangan di kalbu ku. Entah tiba-tiba semua kawanku bersurak surai, orang yang kuceritakan muncul tepat 5 meja dibelakang meja kami. Semua memintaku untuk menyapanya, bagai seorang prajurit yang mendapat perintah melakukan kamikaze. Ya, itu yang kurasa. Meski harus turun pangkat dan dianggap pengecut aku tolak perintah mereka. Aku lebih memilih menyinyiakan kesempatan. Bodoh? Mungkin.
Sejauh apapun kau merantau. Kau tak akan pernah lupa dimana rumah mu
Ketika selesai kami memutuskan untuk kembali ke kampus, kami melewati meja-meja dan terhenti di sebuah meja yang penuh kenangan. Bukan meja nya, tapi dirimulah kenangan tersebut. Kau terdiam, tak ada kata yang terucap dari mulutmu ketika melihatku. Ku lirik dirimu sejenak dan tersenyum. Ku lontarkan pilu otak
"Selamat berbahagia, panjang umur hubungan kalian yaa"
Tak perlu ku dengar respon mu, tak kan mampu kulihat wajahmu menanggapi ucapanku. Cukup suara tepuk tangan mereka yang mendengar ucapan tersebut yang ku perhatikan, dan sosok bintang diatas yang kembali terang sinarnya. Ku nanti hadirmu pada kisah yang teruntai dalam angan kasih
"Aku pergi bukan untuk meninggalkan-mu. Justru menjadi abadi bersama-mu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flew Away My Love
RomansaKukatakan kepadamu, "Buat apa menunggu hujan reda? Biarlah hujan yang lelah dan putus asa karena kita tidak pernah reda oleh hujan." Kutemui wajahmu yang tersenyum. Sudah sangat kurindukan wajahmu yang hampir tidak pernah kutatap. Rasanya desiran di...