A) PROLOG

25 1 0
                                    

"Bin, nih!"

"kalo sakit, gausah ngerepotin orang kek!" ucapnya sambil menyodorkan segelas teh hangat.

Fokus mataku lekat menatapnya, seorang "makhluk" yang tepat berada di belakang Jessie. Oh enggak, sekarang ada di sebelah kirinya Jessie.

Intuisiku mengatakan bahwa makhluk itu bakalan minta es teh anget. Pokoknya dia bakal minta yang aneh aneh deh!.

"Kak bi, lo kenapa? Kok tetiba diem?" dia mengalihkan pandangan mataku dengan tangannya. Sekarang aku sedang menatapnya lekat lekat, Tapi gue masih mencoba buat fokus sama hal aneh yang gue temuin.

"guee—lagi liat--- eh tumben lu manggil gue dengan awalan kak--"

"Liat apaaaan? Jangan bilang lo lihat--- ucok? Kepala buntung itu, kalo gak Seraphine, anak yang kata lo rambutnya merah?, mukanya tinggal setengah. Lo lihat setan baru? Plis jangan di bilangin ke gue kalo lo lihat sosok baru, jangan lihat kesanaaa ih, gue takut"Wkwkw. Lucu banget sih, pengen gue tabok ini anak, cerewetnya naudzubillah.

"Iya iyaaa, gue gak bakal bilang ke elo kalo dibelakang ada seraphine. Lagian jadi orang penakut amat. Setan demen nih, kalo sama bocah penakut."

"Lo ngejek gue kayak bocah?"Dia melipat tangannya di dada dan mengerucutkan bibirnya. Yaelah monyong monyong deh.

"Awas ya, gak gue masakin masakan kesukaan lo" Dia beranjak pergi dari sofa tempatnya duduk tadi, dan berjalan dua langkah dan tersandung bantal sofa yang entah bagaimana caranya bisa ada di lantai.

Yaampun Ceroboh banget. Padahal udah 15 tahun.

Tapi gue sayang.

-my fallen stars-

Duh sakit, kepentok lantai nih.

"Apa lo ketawa ketawa!"

Bintang bangkit dari tempat duduknya. Lalu membantu gue untuk bangkit dengan senyum lebar yang masih ada di mukanya. Gue yakin kalo gak nahan ketawa, Bintang pasti nahan kentut.

"Apa lo! kenapa senyam senyum?!"

Dia membawaku duduk kembali di sofa, lalu mengamati jidat gue yang kepentok, tangannya tenjuur untuk menekan jidat gue.

"Taaayang taayang sakit yaaa" ucapnya masih dengan senyum yang lebar, lesung pipitnya keliatan.

"Jijik gue. Gausah pegang pegang"

Gue menepis tangannya yang masih setia di jidat gue.

"Gitu aja marah."

"Geli gue lo bilang begituan"

"Kenapa sih lo mesti jadi kakak gue, kakak temen temen gue itu baik, sayang sama adeknya gak kayak elo"

"Lah sapa juga yang mau sodaraan sama elo"

Gue pun membuang muka kearah jendela lalu menemukan bintang jatuh.

"Bin, Bintang jatuh"

"Apa?, gue gak lagi jatuh?"

---

"Bin, bintang jatuh."

"Apa? Gue gak lagi jatuh?"

Gue tau apa yang di maksud sama Adek gue ini. Tapi gue pengen nejailin aja, itu boncel kalo marah lucu banget. Gue pengen nabok, alih alih, gue pengen make a wish-. Semogaa- kedepannya, gaada cowok brengsek yang bakalan nyakitin Kelinci kecil gue.

Amin.

"ish lo mah gak peka"

"yayaya gue tauuu, make a wish gih"

Dia menatapku dengan tajam. Lalu kembali menekuk tangannya di depan dadanya. Lalu mencondongkan mukanya kedepan muka gue. Semakin deket semakin deket? Yaampun anak ini setres gegara gak punya pacar akhirnya mo nyium gue? Astaga astaga/

"LO TELAT BILANGNYA BIR BINTANG GUE KELEWATAN BINTANG JATUHNYAAA ISH"

Gue hanya tertawa dengan ganasnya di depan muka dia.

Eh, tadi waktu dia ngedeketin mukanya ke muka gue, gue gak keliatan mupeng dicium adek sendiri kan?.

Dia mendorong gue dengan sekuat tenaga, gila, cewek cewek, tenaga gajah adek gue.

"Cieee ada Bintang jatuh ciee" ucapnya sambil berkaca' pinggang. Durhaka tau rasa lo!

"Bantuin gue bangun kek."

Dia, malah menginjak badanku "Bentar bentar, ada bintang jatuh gue mau make a wish dulu dong"

"Awas ya lo, durhaka banget jadi adek"

"Bodo amat, Bweee" dia langsung ngacir meninggalkan seongok tubuh gue yang ada di lantai, terlintas ide jail gue untuk beberapa saat.

"Hoy, dek, awas Seraphine mau lewat."

dia langsung berputar arah yang tadinya berlari meninggalkanku menjadi berlari kearahku dan kesandung.

Mampus. sakit banget,

Mungkin ini yang namanya, sudah jatuh, tertimpa Adek.

Karena tinggah Jessie yang bego, akhirnya tumpahlah gelas berisi the hangat yang gue belum minum sedikitpun, setetespun— jatuh dan pecah..

Malangnya teh angetku,.

Jessie yang menyadari kecerobohannya langsung menjulurkan tangannya untuk membersihkan pecahan kaca gelas tapi belum sampai mengangkat pecahan kaca, tangannya sudah tergores kaca.

Ceroboh banget kan itu?

"Sini gue aja yang beresin" gue mengambil pecahan kaca yang ada di tangan Jessie lalu membuangnya ke tempat sampah,

Gue juga menyapu area di sekitar jatuhnya pecahan kaca, biar Pecahan kaca yang kecil gak nancep di kaki waktu Jessie jalan.

"Maafin gue Bin, gue bikini lagi yaa teh anget buat lo"

"gausah tangan lo yang berdarah gitu emang lo bisa buat? Gausah aneh aneh, diem di tempat!"

Setelah membuang serpihan kaca yang ada di cikrak, Gue mengambil kotak P3K lalu berjalan kearah Jessie.

"Tahan ya kalo sakit"

Jessie hanya mengangguk angguk, sambil melihat tangannya yang terluka.

"Lo jangan nangis dong"

Tangan gue lalu terjulur buat nge-hapus air matanya Jessie. Lalu kembali berkutat pada luka di tangan Jessie, karena lukanya terbilang cukup lebar di tangan kirinya, jadi gue berencana buat membebat telapak tangan Jessie dengan perban yang tersisa, gue harap cukup deh.

"Cemen lo dek, masa Cuma ginian nangis, gimana kalo elo punya cowok nanti"

Dia mengkerucutkan bibirnya.

"Ish, lo kalo ngobatin ngobatin aja kek. Gausah banyak bacot"

"wkwkw. Gue sayang lo dek" gue mengelus puncak kepalanya, lalu memberi isyarat tangan—biar Jessica Estrella Crey- mau tiduran di paha gue.

Jessie membaringkan tubuhnya di sofa, kakinya dia tekuk, ngomong ngomong dia jadi mirip kayak kucing yang manja manjaan sama induknya.

"Gue enggak" ucapnya sambil menjulurkan lidahnya.




My Fallen StarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang