I Wish

220 23 32
                                    

Aku melihatmu...

Berdansa bersama dengannya...

Hal tersebut membuat hatiku sakit sekali...

Kau tidak mengetahuinya, karena kau tidak melihatnya...

Tetapi, ketika kau menciumnya...

Hatiku terasa rapuh sekali...

Karena, di dalam lubuk hatiku yang paling dalam...

Aku hanya berharap, kalau itu adalah aku...

>><<

Hujan gerimis membasahi pagi tersebut. Hari ini seharusnya cerah-berawan menurut ramalan cuaca. Ya, namanya juga ramalan cuaca, tidak sepenuhnya benar.

"Selamat pagi, Nona Manis. Sudah lama menunggu?" seru seorang laki-laki yang membuat gadis tersebut terkejut.

"Kau lama sekali, Izel. Aku hampir saja membeku di sini kalau saat ini musim dingin."

Izel hanya tersenyum, mendekati Ascrea lebih dekat lagi, dan mencubit kedua pipinya.

"Tak apalah, kau memang terlihat imut sekali kalau sedang marah."

Izel pun memegang tangannya Ascrea dan beranjak dari tempat itu.

Di sisi lain, aku hanya mengamati mereka berdua, yang sedang bermesraan pada pagi hari. Aku bersikap acuh tak acuh dengan keadaan di sekitarku tadi. Namun, aku hanya menyapu pelan dadaku dan tersenyum.

Lebih baik aku pergi dari sini, aku bisa saja terlambat...

>><<

Ia memegang erat tangannya, pasti tangannya hangat sekali. Oh ya, ia tersenyum manis sekali pada Ascrea... batinku saat sedang memangku dagu di cafeteria sekolah. Sekali lagi, aku menyentuh dadaku. "Sakit..."

"Ada apa, Olive? Kau sakit?"

"Sepertinya begitu, Eve. Namun, lupakan saja."

Namun apalah aku, seorang gadis kecil, yang memang tidak mempunyai kesempatan sekecil apapun untuk mendapatkannya. Kenapa Izel tidak bisa seperti itu padaku? Kenapa hanya Ascrea?

"Olive, kau memang terlihat sakit. Sebaiknya kau pergi ke UKS saja."

"Eh, ti-tidak perlu Eve. Aku hanya sedikit pusing saja, karena lusa adalah prom night."

"Ah benar sekali. Aku hampir saja lupa akan hal itu."

Aku hanya tertawa. Tertawa sekadar menutupi kerapuhan hatiku.

>><<

"Olive, tolong ambilkan form yang ada di ruangan guru."

"Baik pak." Aku langsung beranjak dari tempat duduk dan pergi ke ruangan guru. Lorong sekolah agak sepi karena sedang jam pelajaran. Aku menundukkan kepala, dan bayangan Izel masih terngiang-ngiang dalam pikiranku.

Andaikan itu adalah aku... Aku hanya tersenyum.

"Olive!"

"Astaga, kau mengejutkanku saja!" Aku membalikkan badan, "Oh, Izel. Aku tidak sadar itu kau."

"Kau mau ke ruangan guru?" Aku hanya mengangguk.

"Hmm, sama denganku. Oh ya, tadi pagi aku melihat kau pergi ke sekolah, aku hendak memanggilmu, tapi tidak jadi karena Ascrea membalas pesanku. Aku senang sekali." Izel tersenyum sambil melipat kedua tangannya di belakang kepala.

I WishWhere stories live. Discover now