Chapter 8 - Rencana Pertunangan!

4.7K 213 20
                                    

Ify membungkukkan badannya untuk berpamitan dengan Kiki dan segera mengikuti Rio keluar. Mengikuti langkah tegap dan panjang milik Rio adalah satu hal yang cukup menyulitkannya. Jam sudah menunjukkan pukul 6.37 malam. Mereka berdua sudah menyusuri koridor di samping taman Divisi Anak yang memiliki penerangan minim.

Mereka berjalan dalam diam tanpa ada yang berniat saling melontarkan perbincangan. Hingga tiba-tiba, langkah Rio terhenti dan ia berbalik, menatap Ify. Ify balas menatap Rio dengan senyum di bibirnya.

Setelah sekian lama bertatapan, Rio kembali membalikkan badannya dan melanjutkan langkahnya. "Gue ... anter pulang," tawar Rio lirih.

Ify tersenyum mendengar tawaran Rio, ia mempercepat langkahnya dan berusaha menyamakannya dengan langkah Rio. Ia menganggukkan kepalanya dengan semangat di samping Rio. Tentu dengan senyum lebar di wajahnya.

Menaiki mobil silver metalic milik Rio, mereka menembus jalanan malam Jakarta yang masih sepi meski ini malam Minggu. Mungkin para pencari malam Minggu itu belum keluar dari rumahnya masing-masing. Ini masih terbilang sore untuk mereka.

"Yo ...," panggil Ify memecah kesunyian. Rio hanya berdehem menjawab panggilannya.

"Lo tetep ngijinin gue ikut di sesi konsultasi lo, 'kan?" tanya Ify. Rio terdiam mendengar pertanyaan perempuan di sampingnya. Rio tahu sudah terlambat baginya untuk menolak.

"Boleh, 'kan?" Pertanyaan Ify selanjutnya membuyarkan khayalan Rio. Kembali ia menjawabnya dengan deheman disertai anggukan kecil.

Ify tersenyum semangat. "Gue nggak tahu kejadian apa yang bikin lo trauma. Tapi gue juga punya trauma," cerita Ify. Rio masih diam memperhatikan jalan walau sebenarnya telinganya benar-benar terpasang sempurna dan mampu menangkap setiap kata yang Ify lontarkan. Toh Ify tidak memintanya untuk merespon.

"Gue punya trauma sama api gedhe. Li—aaaww!" Tiba-tiba Rio menginjak pedal rem dan menyebabkan mobilnya melaju dengan lebih pelan setelah sempat membuat Ify kaget. Ify menoleh ke Rio dan didapatnya tatapan tajam dari laki-laki itu.

"Kenapa? Gue salah ngomong?" tanya Ify. Rio yang sudah berhasil mengendalikan kekagetannya kini sudah kembali fokus dengan kemudinya.

"Nggak. Lanjutin!" kata Rio.

Ify mengernyit heran. "Pokoknya gue yakin kita bisa jadi teman yang cocok. Lo punya trauma, dan gue juga. Kita pasti bisa saling memahami."

Rio terdiam. "Masih belum terlambat untuk mundur," katanya kemudian. Sontak Ify menoleh ke arahnya.

"Lo belum kenal gue. Gue bisa jadi orang yang paling lo takutin di dunia ini. Gue bisa nyeret lo ke masalah, gue bisa bahayain lo, bahkan gue bisa bu—"

"Gue nggak peduli," potong Ify. "Gue pengen jadi temen lo. Gue pengen ringanin beban lo. Gue pengen lo sembuh, Yo! Gue ... gue suka sama lo!" kata Ify.

Rio tidak bisa menyembunyikan kekagetannya. Ada sebuah euphoria tersendiri dalam hatinya, tapi ada sebuah kekhawatiran yang ikut menyergap. Khawatir kalau sesuatu terjadi dengan Ify saat ia pergi dan sulit untuk kembali.

Sisa perjalanan itu mereka habiskan untuk diam dalam angan masing-masing. Sudah tidak ada lagi yang ingin mereka bicarakan atau yang harus mereka bicarakan. Seakan kata-kata di dunia ini menghilang dan tidak ada yang bisa mengembalikan.

Ify turun dari mobil Rio setelah ia mengucapkan terimakasih kepadanya. Bertepatan dengan itu pula, Gabriel keluar dari rumah dengan kunci motor di tangannya. Ia berdiri terpaku saat melihat Ify turun dari mobil Rio.

Setelah mobil Rio pergi, Gabriel menghampiri Ify dan mencengkeram tangannya dengan sedikit kasar. "Kenapa lo bisa pulang bareng dia?"

"Aaaww! Pelan-pelan, Kak!" kata Ify dengan sedikit meronta.

Velvet Love (Completed) -- RevisedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang