Eyes and Heart

157 9 3
                                    

Cerita ini terinspirasi dari Jin-Gone MV. Highly recommend buat baca sambil dengarin lagunya.
Okay, Happy Reading!!

~~~

Aku terpaku, kali pertama kulihat gadis sepertinya, Tanpa membalas senyum selamat datang para pelayan digerbang
Aku terpaku, kali pertama kulihat gadis sepertinya, Tanpa membalas senyum selamat datang para pelayan digerbang, Ia berjalan, seolah memang tak melihat. Dari jendela ruang musik ini terlihat, tatapannya yang tenang, dingin dan.. kosong. Ia berjalan terus menatap ke depan.

"Putriku"

Guru musikku, Mr.Jhon, bersuara. "Kita lanjutkan besok, Ray" ujarnya tenang seperti biasa. Aku mengangguk sebagai jawaban. Aku bergerak membereskan partitur laguku diatas grand piano putih itu. Dalam pikiranku, aku hanya ingin berpapasan dengan gadis itu, berkenalan mungkin?
Aku mempercepat langkahku. Mataku lalu melihatnya, coat putih yang terlalu sempurna bersanding dengan rambut hitamnya membuat ku hanyut dalam senyumku. Aku bersandar di samping pintu ruang les musikku, berharap ia melihatku untuk sekedar tersenyum untukku.

Namun, aku salah, gadis itu terus berjalan seolah tak melihatku. Sial! Aku merasa dilecehkan! Dasar sombong!

Aku mempercepat langkahku keluar dari rumah ini.
"Silahkan, Tuan Muda" seorang pelayan membukakan pintu mobil untukku, aku mengganguk dan masuk, bahkan untuk berterimakasih saja aku sudah terlalu malas.

~~~

Author pov

Seorang remaja tampan turun dari mobilnya, senyum mengembang diwajahnya. Terlihat sedikit terlalu bersemangat. Ia berjalan dengan gaya khasnya memasuki rumah tutor musiknya.

Ting~Tang~NGGG!

Suara piano tak beraturan dengan akhir sumbang membuat lelaki itu mengerutkan keningnya dalam. Ia mempercepat langkahnya.
'Permainan musiknya kacau' pikirnya. Pintu ruang musik yang setengahnya terdiri dari kaca langsung menampakan apa yang ingin diketahui lelaki itu. Ia berdiri mematung. Tampak dua orang yang Ia kenali, Gurunya, dan putri dari gurunya.

"Sudahlah key, Jangan dipaksakan" suara gurunya lebih lembut dari biasanya. Pintu yang sedikit terbuka memungkinkan Ray mendengar percakapan ayah dan putrinya itu.
"Tapi ayah.. " Ray terpaku. Suara gadis itu bagaikan Dentingan nada piano. Senyuman tanpa sadar terukir diwajahnya.
"Sudahlah key, Ayah akan pergi sebentar, Istirahatlah key" ujar guru musiknya pada gadis itu diakhiri dengan kecupan ringan di dahi gadis itu.

Sang guru lalu melangkah keluar, Ray menjaga jarak dari pintu dan berdiri lebih jauh dari seharusnya. Begitu matanya menangkap Sang guru melihatnya dengan setengah senyum seperti biasanya, Ray balas tersenyum.
"Ray, Hari ini saya sedang ada keperluan di luar, jadi kita batalkan latihan hari ini, apa tidak apa-apa?" Jelas Mr. Jhon. "Tentu Mr. Itu tidak masalah" balas Ray. Mr. Jhon tersenyum dan menepuk bah Ray dua kali lalu berjalan meninggalkannya. Ray menatap kepergian gurunya. Lalu...

PRAK !

Ray reflek segera berbalik menghadap sumber suara, Ruang musik.

"Ceroboh" Gumam Ray.

'Seceroboh itu kah dia? menjatuhkan miniatur kayu berbentuk angsa diatas piano yang cukup jauh darinya? Aku harus berhati-hati didekatnya, ckck' pikir Ray.

Namun, sesaat kemudian Ray tergugu, melihat betapa sulitnya gadis itu mencari miniatur angsa tersebut. Ia meraba-raba permukaan lantai, namun tangannya semakin jauh dari benda yang Ia cari. Tentu, tak perlu otak super jenius untuk menyimpulkannya. Ray menelan ludahnya dengan susah payah.

'Dia Buta?' Batin Ray.

~~~

Key Pov

Hitam, Semua gelap.
Aku tak pernah mempermasalahkan keadaanku sebelumnya, tapi kali ini aku merasa kasihan pada diriku sendiri, aku bahkan tak punya warna favorit.

Eyes and HeartTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang