part 01

19K 679 58
                                    

Awal cerita

" Aku hamil Ben..kamu harus bertanggung jawab. Ini janin kita..hasil buah cinta kasih kita.."

" Aku tau Ariinn sayang..kamu enggak usah cemaskan semua..aku pasti akan menikahi kamu, tapi aku harus pelan-pelan bicarakan dengan orang tuaku.."

" Dari kemaren selalu kamu bicara seperti itu..terus kapan..? sementara perutku tambah buncit gini.."

Arin mulai terisak. Tak tau harus berbuat apa lagi untuk membuat Ben mau mempertanggung jawabkan semuanya dihadapan mamanya juga orang tua dia. Semua seperti sia-sia.
Ingin dia bicara jujur pada Bundanya tercinta tentang semua yang terjadi, tapi dia tak punya nyali. Terlebih gelagat Ben yang plin plan.
Sedih yang teramat sangat. Sakit yang tak terkira sudah.

Dulu sewaktu ingin melakukannya dengan segala bujuk rayu dia berusaha untuk meluluhkan keteguhan hati Arin.
Tapi begitu semua dia dapat, seperti ruas tebu saja.
Saat masih utuh dan manis dia nikmati, dia hisap hingga tak bersisa dan saat tinggal sepahnya, dengan seenaknya dia campakkan.

" Kamu yang maksa aku kan Ben..? Kamu yang terus merayu aku agar mau menuruti kemauan kamu. Semua selalu kamu tuntut atas nama cinta. Sekarang setelah semua aku beri nyatanya kamu terus saja mengelak untuk menemui mama.."

" Kamu itu cerewet banget Arin. Berapa kali aku bilang aku akan tanggung jawab. Tapi tidak untuk sekarang-sekarang ini..kamu tau ,ortuku aja lagi berantem gara-gara bokap punya selingkuhan..aku engga mungkin membebani pikiran ibu aku saat ini.."

" Lalu kamu pikir aku enggak terbeban juga dengan ini?! kamu enak bisa keluyuran ke manapun tanpa ada yang tau kalo kamu udah menghamili anak orang. Dan aku?? aku yang harus menanggung aibnya malunya..!"

Arin semakin menangis dengan wajah memerah karena murka.

"Dari pertama tau jika kamu hamil sudah aku saranin buat di gugurin..kamu sihh enggak mau dengerin omongan aku..yah ini akibatnya. Jadi jangan salahkan aku.."

" Whaaatt..???
" Kamuuu...!!?"

Raut Arin semakin memias.

Sangat menusuk kata-kata yang di lontarkan kekasihnya baru saja.
Sakit yang sangat di dadanya.

" Siapa yang memaksa duluan Benn??!!"

Geraham Arin mengatup rapat.

Ingin dia tampar mulut cowok itu andai saja keadaan tak lagi sesulit ini di pihaknya.
Dengan kesabaran yang mungkin sudah diujung tanduk Arin pandangi lelaki di hadapannya dengan wajah penuh amarah.
Tapi sekuat tenaga dan hati dia tahan emosinya yang sudah mulai terpancing.
Saat ini dia butuh tanggung jawab Ben .
Jadi harus selalu mengalah dalam segala hal.
Merendahkan diri untuk menyelamatkan segalanya pun harus ketika keadaan memaksa untuk melakukan itu. Semua demi calon bayi yang di kandungnya.

Memang brengsek kamu Ben!

' Jika aku tak dalam keadaan seperti ini, lebih memilih aku tampar mulut kamu pake samurai, biar remuk sekalian! '

" Salah sendiri kenapa kamu mau.."

Suara tanpa dosa Ben terlontar begitu saja dari bibirnya, yang memancing tangis Arin tumpah dengan derasnya.

" Terbuat dari apa kamu ini..manusia tak punya hatiii..aku akan tetap menemui orang tua kamuu.."

" Silahkan..jika kamu nekat aku juga bisa nekat dengan pergi dari kota ini dan jangan harap kamu bisa menemukan aku. Apalagi untuk mempertanggung jawabkan bayi itu. Bisa saja ayahnya bukan aku.."

Arin semakin tercekat mendengar kata-kata kekasihnya barusan.
Belum sempat dia luapkan amarahnya, tau-tau cowok itu beranjak pergi dengan cueknya.

Meninggalkan gadis dalam keadaan hamil itu terpaku dengan derai air matanya..

******

Arin pov

Aku sama sekali tak menyangka akan seperti ini kejadiannya.
Jika dari awal mulanya Ben akan bersikap seperti itu aku tak akan pernah membiarkannya menodaiku.

Siapa yang tak akan goyah jika mulut manis laki-laki sudah mengeluarkan jurus mautnya untuk memperdaya lawan jenisnya.?

Ternyata..

Sekarang itu seseorang yang tulus dan modus sangat susah di bedakan, malah bisa-bisa ketuker.

Sekarang yang ada hanya penyesalan yang tiada pernah henti ku rasakan di hatiku.

Teringat kembali dulu ketika manis asmara itu masih membuat segalanya memabukkan. Ben dengan segala kelebihannya yang buat aku merasa sangat tersanjung dan merasa aman ada bersamanya.
Sosok yang sangat perhatian dan penuh kepedulian.
Yang kerap memberiku kejutan- kejutan romantis.
Begitu penuh kasih sayang dia..

Hingga akupun luluh dengan inginnya untuk merenggut kesucianku.

Dulu aku percaya ucapannya.

Dulu aku sangat percaya janjinya.

Karena dimataku dia sosok yang sangat bertanggung jawab.

Tapi semua penilaianku salah besar.
Setelah dia dapatkan tubuhku, tak hanya sekali dia minta aku memenuhi nafsunya, tapi setiap ada kesempatan.
Dan yang terfatal saat dia mulai membujukku menyerahkan kesucianku.
Dia janjikan akan menanggung semua resikonya bila terjadi hal-hal yang tak di inginkan..
Siap untuk menikahiku kapanpun jika aku hamil.
Ternyata semua itu bohong belaka.
Dia selalu berusaha menghindari aku.
Selalu ada alasan untuk tak menemui aku.
Selalu ada alasan untuk nomernya tak aktif saat aku hubungi.
Benar-benar stress aku.
Mulai depresi.
Karena perut aku yang semakin hari kian membuncit.
Semakin aku paksa Ben semakin reaksinya menimbulkan sakit di dadaku.
Dan aku mulai bingung dengan keadaanku.
Gelisah dan panik dengan tubuhku yang semakin nampak berubah aku amat-amati.
Tapi entah kenapa mama dan kakakku tak melihat perubahan itu.
Mungkin karena mereka tak segitu memperhatikan keadaanku..
Dan memang aku sengaja setiap pulang kerja aku selalu mengurung diri dikamar.
Berani keluar hanya saat sepi.
Sungguh aku sangat tersiksa dengan semua ini..
Setiap waktu aku cuma menangis dan menangis .
Merasakan badanku yang sering lemas dan seperti tak enak badan.
Muntah-muntah tak jelas dan mulai sangat sensitif dengan bau-bauan.
Beruntunglah aku masih punya sahabat baik.

Nisa...

Padanya aku ceritakan semua yang terjadi.
Dia sangat terkejut. Tapi setelahnya dia begitu sangat peduli padaku. Bahkan berusaha melakukan sesuatu untuk menyelamatkan aku dari penghakiman keluargaku juga orang sekitar.
Aku sangat terharu..
Sampai tersedu-sedu tangisku merasakan semua ketulusan hatinya.

" Nisaa..maaf aku udah libatin kamu dalam masalah ini.."
" Ssshhtt..udah..apa gunanya sahabat kalo tak bisa melakukan apa-apa saat sahabatnya ngadepin masalah berat gini..?"

Aku peluk Nisa dengan haru yang sangat membuncah..

" Makasih Nisaaa...gak ada kamu aku tak tau seperti apa aku sekarang..mungkin aku sudah akhiri hidupku.."
" Sama-sama Arinn sayang..aku akan lakukan semampuku buat bantu kamu..jadi jangan pernah sedih sendiri, ada aku.."

Sungguh kata-kata Nisa membuat dadaku sesak karena suka cita.
Aku peluk sahabat baikku itu dengan berucap ribuan terima kasih dan air mata yang berlinang..

Hai semua..apa kabar kalian??
Semoga selalu fine dan selalu ceria jalani hari kalian.. :)
Dan semoga kalian masih setia untuk membaca coretanku yang masih kacau ini..
Saran kalian aku jadikan motifasi untuk jauh lebih baik lagi. ;)
Vote comennya juga yah tak ketinggalan aku butuhkan agar semangat nulisnya. :-D :-D
Karenanya tinggalin vote coment kalian READER ( yang setia follow aku teristimewa makasihh.. :) )
Juga yang udh berkenan baca vomentnya kalian sangat membantu mood aku.. :)
MATUR SUWUN SEDANTEN...
:-) :-) :-)

Cinta Ari n' Biee ( End )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang