7- Moving

367 40 1
                                    

Aku sudah selesai mengepak baju-bajuku kedalam koper. Hari ini aku akan pergi ke LA bersama Justin. Meninggalkan Indonesia,meninggalkan Mom,Nonna dan Luke.
   Aku berpikir bagaimana kehidupanku sekarang? Aku melihat jam yang berada di dinding. Pukul 11 siang. Masih ada 2 jam lagi. Aku akan menemui Luke untuk mengucapkan selamat tinggal.
  Aku langsung mengambil handphoneku yang berada di atas meja.
To : Luke
Luke bisakah kita bertemu ditaman? Ada hal yang harus aku bicarakan.

Sent.

  Tidak menunggu lama Luke pun langsung membalas pesan dariku.

From : Luke
  Oke baiklah. Aku akan pergi kesana.

  Membaca balasan darinya aku pun langsung mengambil tas kecilku dan berjalan menuju lantai bawah. Aku melihat Nonna yang sedang menonton televisi di ruang keluarga.
"Nonna aku akan pergi bersama Luke!"
"Tapi kau jangan terlalu lama,Justin akan menjemputmu. Kau ingat itukan?"
"Iya aku ingat. See you soon Nonna"

***

Aku duduk di bangku putih di taman. Melihat sekelilingku,suasana di taman tidak terlalu ramai. Disebelah kiriku ada anak kecil yang sedang bermain bersama temannya. Sepertinya mereka sedang bermain petak umpet. Aku pun tersenyum,mengingat bahwa dulu ia dan Luke sering bermain petak umpet disini.

"HAI KO BENGONG!"
"Kau mengagetkan ku Luke!"
"Ups sorry Ariana,jadi ada apa kau memanggilku kesini? Tidak biasanya"
"Luke ada hal yang harus aku bicarakan"
"Talk about what?"
"Aku akan pindah ke LA"
Ujarku sambil menundukkan kepalaku,berusaha menahan air mata yang mulai turun. Aku tidak mau pindah ke LA,aku tidak mau jika aku pindah kesana aku tidak akan menemukan sahabat seperti Luke. Yang selalu ada disisiku dalam hal apapun.
Dan sekarang aku akan pindah ke negeri orang yang belum tentu seaman dan seiindah ini. Jauh dari keluargaku,keluargaku satu-satunya.

"It's okay Ari. Kita pasti akan bertemu lagikan? Lagipula kenapa kau pindah ke LA?"
"Ceritanya rumit Luke,tiba-tiba ada pria berusia 30 tahunan datang dan mengaku bahwa ia suamiku"
"Apa suami? Hahahahhahahahhahaa. Kau sudah punya suami?"
"Stop laughing! Awalnya aku kira omongan lelaki tua itu hanya omong kosong. Tapi Nonna menjelaskan bahwa hanya aku yang bisa menyelamatkan lelaki tua itu! Tidak masuk akal memang tapi itu kenyataannya Luke!"
"Oke oke aku mengerti sekarang,jadi kau akan pergi jam berapa?"
"Pukul 2 siang"
"Oh,baiklah. Kau mau mendengar sebuah pengakuan?"
"Pengakuan?"
"Ya kau mau mendengar atau tidak?"
"Baik aku akan mendengarkan. Lalu pengakuan apa Hemmings?"
"Walaupun kau kadang kadang menyebalkan dan bersifat kekanak-kanakan tapi kau adalah sahabat terbaikku. Dan aku pasti akan merindukkan sifat kekanak-kanakan itu"
"Aku juga pasti akan merindukkanmu Luke" balasku. Tanpa kusadar airmata yang kutahan sedari tadi meluncur begitu saja.
"Don't cry please. Kau harus tersenyum karena sebentar lagi kau akan menemukan hal-hal baru" balas Luke sambil mengusap air mata yang berada di pipiku menggunakan ibu jarinya.
"Tapi aku akan menemukan hal-hal baru itu tanpa kau Luke"
"Kau tidak usah khawatir. Akan kupastikan bahwa ketika kau menemukan hal baru itu ada seseorang yang menemanimu dan pasti orang itu lebih baik daripadaku"
"No,kau adalah orang yang paling terbaik" aku langsung memeluk badan Luke dari samping.
"Oiya pesan dariku sifat kekanak-kanakanmu itu sebaiknya kau hilangkan Ari,belum tentu suamimu itu bisa kuat menghadapi sifatmu itu! Dan jangan lupakan sahabatmu ini ya"
"I will never forget my best friend"

***

Aku sudah duduk di dalam pesawat pribadi Justin. Dan daritadi aku duduk sendirian disini sambil melihat keluar jendela pesawat. Sedangkan Justin aku tidak tau dia pergi kemana. Akhirnya akupun memutuskan untuk mendegarkan musik di ipodku.
Ketika sedang mendengarkan musik,aku merasa ada seseorang duduk dikursi sebelahku. Aku pun mengalihkan pandanganku ke sebelah kananku.
"Hi sweety"
"Namaku bukan sweety. Aku Ariana"
"Mengapa kau galak sekali! Aku hanya becanda okay?"
"Jadi ada perlu apa kau kemari?"
"Aku membawamu ke LA hanya karena ibuku ingin bertemu menantunya. Jadi ketika kita sudah sampai LA kita harus seperti suami-istri biasanya okay?"
"Tidak sudi"
"Oh come on! Aku juga tidak akan sudi jika bukan karena ibuku. Ayolah kita harus bekerja sama"
"Oke baiklah. Lebih baik kau pergi dari sini karena aku akan tidur"
"Jika kau ingin tidur ya tidur saja"

Justin Point Of View

Aku melihat kesisi kananku. Melihat wajah Ariana yang sedang tertidur pulas. Jika dipikir-pikir dia manis juga. Wait what? Apa yang kau pikirkan Justin!
"Aku sudah mulai gila,lebih baik aku pergi darisini"

Saat aku akan beranjak dari kursiku aku merasakan pundak kananku berat. Aku pun melihat kesisi kananku,ternyata kepala Ariana terjatuh tepat dipundakku. Aku pun berniat menjauhkan kepalanya namun aku tidak tega. Jadi aku membenarkan letak kepalanya dan memperhatikan wajahnya.
Wajahnya terlihat damai. Bahkan aku masih bisa melihat dibibir pinknya terulas senyuman tipis. Membuat aku ingin mencium bibirnya itu. Aku pun mendekatkan wajahku. Tinggal beberapa senti lagi aku sadar dengan apa yang aku lakukan. Aku langsung menjauhkan wajahku dan mencium dahi Ariana. Satu hal yang selalu aku ingatkan kepada diriku sendiri I will never let myself to fall in love with her. I just can't.

******




Hi maaf baru update! Makasih buat yang mau baca cerita ini ya. Vote jangan lupa.
(Pict on mulmed: Luke Hemmings)

Their Curse | jariana [COMPLETED]Where stories live. Discover now