#20 [Happiness]

2.3K 155 4
                                    

Hari ini kegiatanku di rumah hanya makan, nonton tv, main hp, main laptop, tiduran, pokknya melakukan hal-hal yang sama sekali tidak produktif. Mungkin badanku langsung akan membengkak kalau yang kulakukan selama liburan hanya begini saja.

Kemarin setelah memutuskan untuk ikut bersama mama, awalnya aku masih sedikit bingung. Lalu aku berusaha untuk melupakannya, aku yakin kalau nanti aku memberitahu Langit dia bakal mengerti, aku akan langsung memberitahunya tepat ketika dia pulang dari Bali nanti yang kira-kira sekitar enam harian lagi.

Hari ini Ponyon pergi ke rumah orangtuanya untuk beberapa hari kedepan. Jadi aku sendirian di rumah. Tadinya mau pergi ke rumah papa, tapi aku lagi mau sendiri. Quality time untuk diri sendiri. Bermalas-malasan begini adalah hal yang paling menyenangkan yang bisa kulakukan sekarang, penghiburan diri.

Saat aku sedang asik menonton tv sambil ngemil makanan. Tiba-tiba bel rumahku berbunyi. Aku langsung pergi menuju ke luar rumah, mungkin pak pos atau siapa gitu. Aku berjalan menuju gerbang, lalu aku membuka gerbang. Dan aku sangat terkejut karena yang kutemukan adalah Langit!

Iya Langit yang itu!

Aku terkejut bukan main. "Kamu, kamu kok bisa..?""

"Hai." Sapanya seperti biasa seolah tak terjadi apa-apa.

Aku masih syok, jadi yang kulakukan hanyalah memandanginya dengan bingung. "Kok kamu bisa disini?" tanyaku.

"Kenapa nggak bisa?"

"Kamu kan di Bali!"

"Nggak, aku ada di depan kamu."

"Tapi-" aku berhenti bicara ketika dia merentangkan kedua tangannya sambil tersenyum. Aku memutar bola mataku lalu menghampirinya dan memeluknya. Dia langsung mendekapku erat-erat. "Kangen ya?" godaku. "Baru nggak ketemu lima hari."

"Sehari tanpa kamu itu kayak setahun tanpa hujan."

Aku langsung tertawa mendengarnya. "Nangis aja biar hujan."

"Kenapa?"

"Kamu kan Langit."

Dia terkekeh. "Percuma ada langit kalau nggak ada matahari, nggak ada bulan, nggak ada bintang, nggak ada orang-orang."

"Hm?"

"Kamu tuh segalanya buat aku."

Aku langsung terdiam. Teringat soal urusan pindahan itu. Aku menghela nafas, sekarang bukan saat yang tepat, besok aku akan bilang padanya. Aku melepas pelukannya. "Udah makan?"

"Udah." Jawabnya. "Tapi kalau kamu mau ngajak aku makan bakal aku jawab belom."

Aku tertawa. "Yaudah, jawab belom aja."

"Yaudah, belom."

"Mau makan dimana?"

"Terserah."

"Mau makan apa?"

"Terserah kamu aja."

"Ih! Jangan terserah doang, dong! Dimana-mana 'terserah' itu cuma buat perempuan!"

Langit tertawa. "Yaudah, kemanapun yang kamu mau."

***

Karena Langit sudah makan, membawanya ke toko dessert mungkin adalah pilihan terbaik. "Coklat? Stroberi? Eh kamu kan alergi. Jeruk? Coklat?"

Langi hanya tersenyum memandangiku. "Terserah kamu."

"Ih dibilangin jangan terserah!" omelku. "Apa ya? Maunya rasa apa? Coklat aja ya?"

Belong To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang