CERPEN : Permulaan

Abang

Harini masih lagi seperti kemarin , aku masih terbaring disini menanti sesuatu yg aku sendiri tidak pasti kewujudannyaa . Telefon bimbit jenama nokia 3310 masih setia aku genggam , mengharap panggilannya .

Masih jelas ingatan ku pada hari itu , hari yang mengubah segalanya , kehidupan aku. Iya sememangnya kejadian itu mengubah aku . Pen dan kertas aku tenung dalam dalam . Apa yang perlu aku tulis .

-

-----------------------------------------------------------------

"Milaaa! Milaaa ! , kesinii" kedengaran suara kasar memanggil dengan penuh amarah.

"Iye bang , saya datang ni" . Sahut Mila, isteri dari Rahim .

Mila yang tergesa gesa datang menghampiri suaminya Rahim yang duduk di tangga kayu rumahnya. Tangga yang hanya tinggal dua papan pemijak , selebihnya hilang dek anai-anai.

"Kamu nie , aku panggil tak dengar ke! Dah pekak ke kamu" bentak Rahim.

"Saya kat dapur bang, tengah masak. Maaflah bang."

Mila seperti kebiasaan bersikap lembut walau kadang kala diperlakukan kasar oleh suaminya. Bagi Mila, Rahim adalah suami yang baik dan penyayang . Hanya Mila yang memahami suaminya , sikap kasar dan bengis suaminya sudah menjadi ruji dalam kehidupan mereka.

" huh , budak-budak tu mana? Menyusahkan saja mereka ni! Selalu sangat memberi malu pada aku . Kalau aku tahu, dari kecik lagi aku bunuh mereka!!"

Marah Rahim semakin membuak-buak seperti orang kehilangan akal.

"Ya Allah , kenapa abang cakap begitu , apalagi yang mereka buat bang."

Mila cuba meminta kepastian dari suaminya. Dia bukan tidak tahu, anaknya Halim dan Salim itu bagaimana kelakuannya . Seminggu yang lalu datang Minah ibu kepada Siti mengadu anaknya dikacau oleh mereka.

Pernah juga terjadi kes pecah rumah dikampung sebelah, setelah disiasat anaknya juga terlibat sama dalam kumpulan perompak itu. Untung tidak dikenakan tindakan berat hanya ikat jamin dua ribu seorang . Bergolok gadai Mila atas satu satunya emas pusaka milik ibunya.

Dulu anaknya tidak begitu. Mereka anak yang baik dan menurut kata . Entah bila kelakuan mereka berubah.

"Tadi pak Kassim datang ke kebun, dia bagitahu aku budak budak tu selalu datang kedainya mengambil barang , tapi tak pernah langsung membayar !!"

"Jadi baa.."

Kata kata Mila terputus bila terpandang dua anak terunanya menuju kerumah mereka .

Rahim lantas mengambil kayu yang kebetulan ada dibawah tangga.

"Woii ! Anak anak setan !! Mari sini!!"

Melihat pada gaya Ayahnya Halim sudah tahu bahawa harini bakal jadi hari yg bersejarah lagi buatnya . Langkahnya dipercepat walaupun dia kurang yakin.

Rahim lantas menarik rambut anaknya Halim yg sedikit panjang itu . Tersungkur Halim ke tanah. Rahim yang masih marah terhadap perilaku anaknya itu terus menghayunkan kayu dalam genggamannya.

Papp!! Pap!! Pap ...

Bunyi kayu itu melemahkan lutut Halim . Tapi langsung tiada riak di wajah Halim. Sepertinya dia sudah terbiasa . Pukulan ayahnya sudah kebal dan menjadi sebahagian pada hidupnya.

Salim hanya melihat abangnya dipukul . Bergegar lututnya . Membayangkan Lepas ini dia pula yang bakal menerima habuan ayahnya.

-------------------------