RANI POV
Bagaimana rasanya duduk di tengah tengah cowok tampan? Pertanyaan itu pernah terlintas di otakku. Dan sekarang aku tau rasanya. Gugup, salah tingkah, bingung, malu. Walaupun aku tidak menyukai Rafka, reyhan dan carlos sepupu Rafka, tetap saja aku salah tingkah, bingung, gugup, dan malu.
Seperti yang Rafka bilang, kami akan ke cafe untuk bertemu dengan sepupunya Rafka. Yang mengejutkan aku adalah: aku sudah pernah bertemu dengan sepupunya Rafka. Kapan? Saat aku mengantarkan minuman ke cowok tampan saat itu. Aku tidak menyangka itu
"Kita pernah ketemu kan" ucap carlos
Aku mengangguk "emm.. Ya, sepertinya" ucapku mengangkat bahu
"Kayaknya lo pelayan yang mengantarkan choco milk itu kan?"
Aku terkekeh "Iya"
Carlos tersenyum lebar "Sepertinya kita jodoh" ucap carlos sambil menaikan alisnya lucu
Rafka memukul kepala carlos "jangan ngomong sembarangan"
Carlos mencibir "biasa aja kali. Pacar lo aja nggak papa"
Aku tersedak minumanku "Kita bukan pacar kok"
Reyhan tertawa "belom lebih tepatnya. Lagi proses, car"
Aku mendelik pada reyhan dan dia hanya mengangkat bahu. Ternyata di balik sifat diamnya reyhan dia sungguh menyebalkan. Diam diam menghanyutkan
"Oh ya.. kata Rafka Lo bisa main musik ya?" Tanya carlos sambil mengaduk choco milk-nya. Kayaknya dia suka sama choco milk
Aku mengangguk "Ya gitu deh"
Carlos mengernyit sebentar "gimana kalo kita kapan kapan main musik bareng. Kayaknya asik"
Aku tersenyum "boleh. Oh ya lo dateng aja ke sekolah kita minggu depan. Kan ada pensi, gue sama rafka nyanyi bareng"
Carlos menganga "serius Rafka nyanyi? Duet bareng lo?"
Rafka mendengus dan aku mengangguk semangat "Gue juga nggak nyangka suara rafka bagus"
Carlos melirik Rafka curiga dan dibalas Rafka dengan tatapan heran "kenapa lo? Mulai gila nggak bisa dapetin nicky minaj kayak yang lo bilang?"
Aku melongo. Nicky minaj? Carlos mendengus "Sorry ya gue nggak bakalan gila cuma gara gara nicky minaj"
Aku menatap carlos bingung "Emang lo kenal sama nicky minaj?"
Reyhan tertawa dan menepuk bahuku "Dasar polos. Si carlos itu fans berat nicky minaj"
"Hah?" Ucapku tak percaya. Bukan apa, tapi kan carlos itu cowok. Iya sih nggak salah dia kalau ngefans sama nicky minaj. Cuma aneh aja gitu. Biasanya kan cowok nggak pernah suka penyanyi cewek. Mereka sibuk sama dunia laki kan?
Carlos menyentil dahiku "Nggak usah ngeliatin gue kayak gitu. Gue tau gue tampan. Lo hati hati aja nanti suka sama gue" ucap carlos sambil tersenyum manis padaku. Itu memang benar manis dan memikat. Tapi sayangnya aku tidak berminat
Aku memutar bola mataku "Udah ngehayal ketinggian, narsis juga. Masa kecil lo kurang bahagia ya?"
"Sialan" ucap carlos dan dihadiahi tawa dari reyhan dan Rafka
Kami terus mengobrol. Carlos orang yang asik dan gampang gaul. Dia nggak kayak rafka yang aneh juga nggak kayak reyhan yang diam diam menghanyutkan tapi carlos itu absurd.
Dia bisa buat orang ketawa ngakak banget. Bahkan aku nggak sedikitpun kepikiran sama masalah aku. Mungkin kalau bella tau aku bisa deket sama cowok yang dia bilang tampan itu, dia pasti bakal histeris banget. Aku sendiri beruntung bisa deket sama rafka, reyhan, carlos, dan juga david. Walaupun itu cuma sementara. David udah nggak pernah sms ataupun telepon aku lagi. Ngobrol aja udah nggak pernah. Dan bodohnya aku masih berharap sama dia
.
.
.
"Thanks Raf" ucapku saat mobil Rafka sudah berhenti di depan rumahku "Gue duluan ya" baru saja aku berbalik tapi tanganku di cengkram. Tentu saja ini tangan Rafka. Aku berbalik menatap rafka bertanya "Apa?"Rafka mengambil napas. Entah kenapa dia keliatan gugup "Lo ada acara nggak besok?"
Aku menaikan alisku "Nggak. Tapi kurang tau juga. Tapi kayaknya nggak. Emang kenapa?"
Rafka menghela napas "Lo mau nggak jalan sama gue?"
Aku memandang Rafka heran. Maksudku, biasa juga Rafka ajak jalan aku biasa aja. Sedangkan kali ini dia keliatan gugup "Ya ampun raf. Gue kira lo mau ngomong apa. Lo gugup gitu sih" aku tertawa kecil "boleh tuh. Kapan?"
Rafka tersenyum tipis "abis pulang sekolah aja. Lo malamnya kerja kan?"
Aku mengangguk "Ya udah. Gue jam segitu kosong"
Rafka mengacak rambutku "Ya udah masuk sana"
Aku tersenyum "Lo hati hati ya"
Rafka mengangguk. Aku membuka pintu dan turun. Rafka membunyikan klaksonnya dan aku mengangkat tanganku melambai. Sampai mobil Rafka nggak keliatan lagi aku baru masuk ke dalam. Hari yang menyenangkan dan juga melelahkan
Aku membuka pintu rumahku dan terkejut karena pintunya nggak ke kunci. Rasanya aku udah kunci pintu deh pas berangkat sekolah
Aku masuk ke dalam dan melihat kalau lampu menyala dan ada suara orang di dalam. Apa bunda ya
"Bunda?" Ucapku
"Iya sayang. Bunda di dapur" teriak bunda
Aku tersenyum lebar dan langsung berlari ke dapur. Aku melihat bunda sedang sibuk di depan kompor. Aku langsung memeluk bunda dari belakang "bunda! Rania kangen banget sama bunda"
Bunda berbalik sambil tertawa "Iya bunda juga kangen sama kamu" ucap bunda memelukku balik "kamu jarang main ke panti. Bunda juga sibuk urusin anak anak"
Aku mengangguk dan menghirup bau bunda. Kayaknya aku mulai suka ciumin bau orang kalau sedang pelukan seperti ini "bunda tumben kesini?" Ucapku melepaskan pelukan bunda dan mengambil air minum
Bunda kembali sibuk sama masakannya "Iya. Ada yang mau bunda omongin sama kamu. Kita makan dulu ya"
Aku mengangguk. Aku duduk di meja makan menunggu untuk makan malam tanpa mengganti bajuku
Tadi selesai ngobrol di cafe bareng reyhan, Rafka, dan carlos aku langsung berangkat kerja. Dianterin Rafka. Sebenarnya aku udah nolak karena jarak dari cafe itu ke cafe tempat aku kerja jauh. Tapi seperti biasa Rafka maksa. Dan akhirnya dia nungguin aku di cafe. Untung aku pulang jam delapan. Nggak tau kenapa pak Arnold tiba tiba kasih pulang jam segitu. Tapi nggak papa, itu baik.
"Mmm" gumamku saat masakan bunda masuk ke mulutku "ini lezat bun. Sangat lezat"
Ibu terkekeh menatapku "jangan muji bunda mulu ah!"
Aku tertawa mendengar ucapan bunda. Rasanya sangat menyenangkan bisa menggoda bunda.
Pada akhirnya kami makan dengan tenang malam ini. Aku menikmati masakan bunda yang sudah sangat lama aku tidak mencicipinya. Sedangkan bunda aku nggak tau bunda sedang apa. Bunda hanya diam dan makan. Hal yang biasa saja
Aku menaruh sendok saat sudah selesai makan dan mengambil minum "bun, tadi bunda mau omongin apa sama aku?"
Bunda mendongak menatapku, terdiam sebentar kemudian ikut menyudahi makannya "kamu masih inget kan sama keponakan bunda yang dulu sering main ke panti waktu kamu masih kecil?"
Aku terdiam sebentar berusaha mengingat. Dan sedetik kemudian aku mengangguk semangat saat sudah mengingatnya
"Kenapa bun?" Tanyaku sambil minum kembali
"Dia rencananya mau sekolah di sini, di sekolah kamu"
"Hah?!"
Bunda berdecak "jangan teriak gitu ah"
Aku menelan ludah "iya maaf bun" aku memberikan bunda cengiranku "ya udah itu bagus dong bun. Aku jadi nggak sendirian lagi. Aku jadi punya temen" mungkin dia bisa sebagai pengganti putri
Bunda tersenyum "iya. Nanti dia biar tinggal disini sama kamu"
Aku ikut tersenyum dan mengangguk. Aku harap dengan datangnya teman masa kecilku yang juga keponakan bunda bisa mengubah segalanya. Maksudku membantuku untuk berbaikan dengan putri. Walaupun tidak setidaknya aku memiliki teman. Teman perempuan terdengar bagus. Kami akan membicarakan tentang wanita nanti. Mengobrol pada malam hari tentang cowok cowok tampan yang ada. Itu benar benar terdengar bagus