MAN UPON A HILL
a y u t i e n••
Hey, man upon the hill up here
I used to write you,
You loved the way I watch the sun
through my finger.
We spent sometimes
to the day we met.
Can I fall into your consellation arm?
Jam sudah menunjukan pukul tiga saat aku mendapati Gemintang duduk manis di atas mejanya. Bahu kanannya ia sandarkan pada dinding di sebelah. Sementara matanya jauh memandang sesuatu di balik kaca jendela kelas. Dia tersenyum begitu melihatku masuk dan menyapanya ragu-ragu, tampak santai sekali meskipun aku telah memergokinya merokok di dalam kelas.
"Jangan bilang siapa-siapa, ya?" Gemintang mengedipkan salah satu matanya padaku. Manis sekali.
Satu hal yang pasti soal cinta adalah, ia selalu bisa membuatku memaklumi apapun yang Gemintang lakukan. Aku yakin itu terjadi juga pada kalian. Cinta buta, istilahnya. Seburuk apapun itu, selama yang melakukannya adalah potongan hatimu, maka kamu akan memakluminya dengan segera. Sama sepertiku. Maka aku hanya mengangguk pada Gemintang, mengisyaratkan padanya bahwa aku akan ikut menyembunyikan kegiatan ilegalnya dalam diam. Gemintang tersenyum senang.
"By the way, tumben belum pulang?" Geminta berbasa-basi. Matanya ikut menyusuri langkahku yang memilih untuk duduk di meja guru, bersebrangan jauh dengannya.
"Ayah belum jemput."
"Enggak malu udah SMA masih dijemput ayah?"
"Kenapa mesti malu?" Jawabanku membuatnya tertawa. Ia bergumam dasar orang aneh, aku bisa dengar, lalu melempar lagi pandangannya jauh ke luar, memikirkan sesuatu yang tidak aku tahu apa. Rokoknya masih ia sesap dalam-dalam, menghasilkan kepulan asap tebal di sekitarnya.
Aku ingin sekali bicara padanya. Mengobrol soal lagu apa yang ia suka. Atau mengapa ia juga belum pulang ke rumahnya. Makanan apa yang selalu ingin dia makan ketika hujan. Apa panggilan yang ia buat untuk ibunya. Apakah ia punya adik. Apakah ia hobi bermain kasti... Atau yang lainnya lagi... atau yang lainnya lagi...
Tapi aku tidak cukup berani.
Cinta membuatku kehilangan nyali untuk mengungkapkan apapun yang ada di hati. Aku memendamnya sendirian sebagaimana selama ini aku menyembunyikan perasaanku padanya. Dua tahun. Dan semuanya aku simpan baik-baik sendiri. Bukan dalam kepala, tapi pada cerita. Pada kalimat-kalimat yang aku susun di atas kertas.
Menulis itu sama seperti melarikan diri. Di sana, aku selalu bisa jadi siapa saja dan pergi kemanapun yang aku suka. Menulis itu tidak punya batas, sayang. Dia luas dan bebas. Itulah alasan mengapa aku suka menulis, sebab hanya di tempat itulah akhirnya aku bisa menghidupkanmu, Putra Gemintang, sebagai kekasih yang mencintaiku apa adanya.
Bukankah rasanya menyenangkan?
••
And we danced in the room,
KAMU SEDANG MEMBACA
Rabbit That Dreams About The Stars
Short Story"Left me out with nothing but my pens and paper..." [SONGFICTION] Kumpulan cerita yang terinspirasi oleh beberapa judul lagu milik band folk super keren asal Indonesia: STARS AND RABBIT Go check their awsome music! https://m.soundcloud.com/ starsan...