"Rose! Pulang sama gue ya!," teriak cowok Blasteran Jerman-Indonesia yang diketahui namanya, Julio.
Rose sudah dua kali mendengar ajakan temannya yang mengajaknya pulang hari ini, gara gara insiden memalukan dikelas tadi, ia dengan pasrah membiarkan Dira-sahabatnya berteriak mengungkapkan bahwa hari ini kakak Rose tidak bisa menjemputnya dan supir nya yang sedang sakit, dan karena itu lah Rose mendapat dua ajakan pulang bersama dari Julio dan Panji.
Dira memang gak jelas
"Gak usah Jul, gue bisa naik bus" jawab Rose seadanya, dia tidak pernah merasa nyaman saat Julio menggodanya atau berniat mengantar nya pulang, ia hanya...tidak tahu, intinya Rose tidak nyaman, sejak hari itu..
"Ini udah dua kali lo nolak gue, Rose" cowok itu menunduk, Rose memang bilang kalau ia tidak nyaman dengan pulang bersama cowok itu, alasannya memang jelas, Ia tidak mau kalau cowok setampan Julio mengantar pulang cewek yang biasa biasa saja seperti Rose, dan juga karena suatu hal yang tak mau ia ingat. Rose selalu menganggap dirinya biasa biasa saja, dan menurut Dira, Julian dan yang lain, itu merupakan salah besar, tidak. Rose bukan typical introvert, hanya saja hal itu berbeda apabila dikaitkan dengan Julio.
"Maafin gue Jul, tapi bener gue gak mau repotin lo," cewek itu terseyum dengan mata membulat, semoga mempan.
"Yaudah deh," Julio pergi tanpa aba-aba meninggalkan Rose, jujur saja, cewek itu sedang berusaha melupakan Julio, yang...
"Julio!" teriak Rose,
"Apa?" Rose berlari kearah Julio dan membisik, "besok deh," Julio yang masih belum mengerti lantas bertanya,
"besok apa?"
"Anter gue pulang"
"Bener?!" Mata cowok itu membelalak memperlihatkan mata berwarna coklat hazel yang selalu menjadi favorit Rose dari dulu, mata yang bisa membuatnya tenggelam sangat dalam, membuatnya tidak pernah bosan menatap mata itu, mata yang sampai sekarang masih menjadi favoritnya.
"Iya"
"Iya deh, cepet sana pulang, tar lagi hujan" Rose mengangguk dan berjalan keluar pagar, sementara Julio masih disana, menatap punggung Rose yang perlahan menghilang.
***
Rose berjalan di trotoar menuju halte bus yang berada sekitar 20 meter dari sekolahnya, Rose bisa melihat Rumah makan yang menu khasnya adalah Ayam bakar, Rumah makan itu alias 'ayam bakar pak Hedi' memang yang paling Rose sukai, sayangnya uang Rose sudah habis karena tadi mentraktir Dira sahabatnya yang katanya lupa membawa uang jajan, mungkin Rose bisa mengambil uang di ATM yang berada dekat dari RM ayam bakar itu, tapi diurungkannya karna ia baru saja memesan liptint etude di online shop kesayangannya, dan cewek itu juga sedang menabung demi mendapatkan album purpose dari Justin Bieber yang ia akui sebagai jodohnya.
aduh! Laper banget lagi!
Rose menghadapkan wajahnya pada langit yang mendung,
Bener kata Julio! Bentar lagi hujan!
Rose berjalan lebih cepat sedikit dan melewati Sekolah, jelas bukan sekolahnya. Jarak antara tempat Rose sekarang dan halte sekitar 5 meter lagi, tapi apa boleh buat? Langit sudah memercikkan gerimis, Rose mempercepat jalannya, dan saat itu Rose merasa hujan berhenti,
Kok berhenti?
"Kok berhenti? Tapi kok dia basah ya?" Ucap Rose saat melihat anak seumurannya yang basah kuyup karena hujan.
"Hujan gak berhenti," Rose membalikkan badannya ke asal suara, dan melihat cowok berambut coklat gelap memayungi dirinya, mata cowok itu berwarna hitam pekat, amat sangat hitam dan Rose merasa tenggelam, lalu Rose tersadar, baru kali ini ia tenggelam pada mata lain selain mata coklat hazel milik Julio.
***
-depocahontas, sept 1
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain
Teen FictionMereka bertemu saat air hujan yang gemercikan terjatuh dari langit biru nan luas dengan batas yang tak diketahui. Tentang Rose yang tenggelam dalam mata hitam pekat milik cowok itu. Dan tentang cowok itu, yang entah dari mana mengulurkan payungnya i...