©Misscel
Yunho terjengit dan terlonjak dari depan lemari pakaian saat Cavely memanggilnya di ambang pintu. Ia tidak sadar entah sejak kapan sang anak ada di sana. Setahuya, ia tidak melihat Cavely di sana sehabis mandi. Senyuman lebar ia lemparkan untuk sang anak yang amat kentara baru bangun dari tidur siangnya.
"Daddy, Mommy ke mana?"
Sudah tidak perlu Yunho tebak untuk apa Cavely ke kamarnya. Ia mengambil kaos polo dan celana panjang denim berwarna coklat. Sambil memakai kaosnya Yunho menjawab pertanyaan sang anak, "Mommy ke rumah Kakek dan Nenek Kim, Sayang."
"Uuh, Daddy bilang malam ini Cavie boleh tidul belsama Mommy, Daddy bohong sama Cavie," ucap Cavely dengan raut wajah kecewa yang sangat kentara.
Astaga, Yunho melupakan apa yang ia katakan tadi pagi pada Cavely. Jaejoong tidak mungkin ke sini lagi hari ini. Gadis itu bilang esok pagi akan kembali. Ia cukup mengerti Jaejoong lelah karena aktivitas yang memakan waktu sejak tadi pagi. Ia membuka mulutnya, bagaimana ini? Cavely bisa mengamuk.
"Hmm, lebih baik Cavie mandi dulu, Daddy akan menelepon Mommy," ujar Yunho seraya menatap Cavely yang menggeleng-geleng.
"Tidak mau, Cavie mau Mommy, Daddy bohong sama Cavie, uuh."
Yunho berdecak, tidak ada yang bisa menghentikan keinginan Cavely. Ia meneruskan memakai celananya sambil memutar otak memberi jawaban pada sang anak. Andai ia tidak mengabulkan apa yang ia ucapkan pada Cavely tentu saja bocah itu berpikiran ia membohongi. Sungguh tidak ada niatan untuknya membohongi Cavely.
Dengan sangat terpaksa hanya ini satu-satunya cara agar Cavely tidak menatapnya sebagai seorang pembohong, "Cavie tidak mau mandi? Berarti Cavie tidak ingin tidur bersama Mommy, padahal Daddy tadi ingin mengajak Cavie ke rumah Kakek dan Nenek Kim untuk menjemput Mommy."
Mendengar apa yang dikatakan sang ayah, mata Cavely membesar, bibirnya langsung tersenyum dan berlari ke luar kamar Yunho, "Cavie mandi sekalang Daddy."
Yunho tersenyum, benar-benar tidak ada yang bisa memisahkan Cavely dengan Jaejoong. Entah kenapa sekarang ia merasa bersyukur. Setidaknya ia bisa memberi Cavely kehidupan yang layak dalam sebuah keluarga. "Cavely-ku entah siapa ibumu, tetapi yang Daddy tahu ibumu adalah Kim Jaejoong. Bukan wanita yang melahirkanmu lalu membuangmu, Nak," gumamnya lirih.
.
.
.Mata Cavely memperhatikan mansion milik keluarga Kim. Sejak turun dari mobil dan menginjakkan kaki ke dalam mansion besar ini, mata cantik Cavely seakan tidak lepas dari berbagai hal yang dilihat. Wajar saja menurut Yunho, mengingat ini pertama kalinya Cavely ke sini. Anak kecil cenderung memperhatikan suasana baru di mana mereka berada.
"Daddy lumah Mommy besal sepelti lumah Kakek Jihoon," ujar Cavie dan mendongak menatap sang ayah yang menuntun tangannya.
"Hmm, Cavie pasti akan bisa berlari ke sana ke mari seperti di rumah Kakek Jihoon," sahut Yunho dengan senyum mengembang yang apik untuk sang anak.
Beberapa puluh detik yang lalu ia sudah menyampaikan kepada pelayan yang menyambutnya, bahwa ia ingin bertemu dengan Jaejoong. Sekarang ia disuruh menunggu di ruang tamu bersama Cavely. Yunho membawa Cavely ke sofa dan mendudukkan anaknya tepat di sampingnya.
"Di lumah Kakek Jihoon, Cavie bisa bellali-lali kalena sudah seling ke sana, di lumah Kakek yang ini Cavie tidak boleh lali-lali," ucap Cavely sembari membenarkan duduknya.
Kening Yunho tertaut mendengar omongan Cavely, tidak mengerti apa maksud sang anak, "Kenapa tidak bisa? Cavie malu?"
Anggukan singkat dilakukan Cavely sebelum menatap Yunho dan menjawab, "Tentu saja Daddy, untuk kesan peltama Cavie halus menunjukkan sikap manis, bial Kakek dan Nenek menyukai Cavie jika melihat Cavie, hihihi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cavely
FanfictionYunho menemukan seorang bayi di depan pintu apartemennya. Ia 'terpaksa' merawat si bayi, dan menjadi figur ayah untuknya. FF YunJae / GS / DLDR.