1

65 1 0
                                    

"Gadis kampung"

"Buruk rupa"

"Menjijikan"

"Pergi sana"

"Tak tahu malu"

Aku berlari. Terus berlari. Aku tak mendengar apapun. Telingaku rasanya sudah tuli. Bosan. Aku merasa dikucilkan dihati mereka. Aku benci ini. Benci. Kapan Tuhan akan menjemputku? Aku merasa tak pantas hidup didunia ini. Aku membenci tatapan langsung mereka kearahku. Apalagi.... ke arah rupaku.

##

Ruangan ini terlihat sunyi tanpa ada suara apapun. Rintihan atau apapuin itu. Sepi. Damai. Nyaman. Bentar, apakah ruangan ini terlihat nyaman? Bukankah terasa begitu.... hampa? Ya inilah hatiku. Hati seorang gadis polos yang suka membaca buku tentang cinta. Tapi, apakah itu cinta? Bisakah seorang gadis sepertiku merasakannya sebentar saja?

Aku hanya seorang gadis desa yang polos dan mudah ditipu daya oleh teknologi. Ya, namaku adalah Elif Frensisca. Biasanya, orang terdekatku memanggilku Elif. Rupaku? Wajahku? Lekuk tubuhku? Hm, susah untukku utarakan. Tapi, bayangkan saja wajahku itu buruk rupa. Tak ada satupun yang menyukaiku ketika melihatku pertama kali. Mungkin.

Seperti hal anak remaja lainnya, aku juga bersekolah. Aku bersekolah di SMA Permata Nusa. Anak-anak disini semuanya dari kalangan atas. Aku? Ha-ha. Terserah kau memikirkanku dari kalangan mana. Aku tak peduli. Aku berada dikelas XA-IPA. Kelas unggulan disekolah ini. Entahlah, aku juga bingung mengapa aku bisa berada dikelas ini. Padahal aku sungguh tak pantas berada dikelas ini. Mungkin, ini berkat otakku yang pas-pasan. Otakku yang berada ditengah-tengah antara pintar dan bodoh. Dan juga beasiswa yang kudapatkan.

"Elif!!!"teriaknya dari depan pintu ruang kelas ini. Ia temanku. Tubuhnya mungil, mukanya putih pucat dan senyum kecil manis dari bibirnya itu yang membuat dirinya terlihat sempurna. Dialah temanku yang paling tulus menyayangiku dari awal masuk sekolah ini.

"Pagi, Tira."ucapku dengan senyum kecil. Lalu, dia mendatangiku dengan langkah kaki kecilnya itu. Sambil beteriak kegirangan layaknya anak tk yang gembira.

"Ke kantin, yuk."ajaknya sambil mengeluarkan puppy eyes-nya itu. Aku menghela nafas pelan. Lalu, berdiri mengajaknya untuk keluar kelas. Padahal dia baru saja datang ke kelas. Dan sudah ingin pergi jajan pagi-pagi. Hufft.

Lorong-lorong sekolah sangat ramai. Aku terkadang malu untuk memperlihatkan wajah buruk rupaku ini. Tapi apa boleh buat inilah takdir hidupku. Aku harus bisa menerima keadaanku dalam hal apapun.

"Kyaa!! Elif look! Who is that? Tampan bangetttt."pujinya kepada lelaki yang sedang berjalan kearah kami. Ke arah kami? Mungkin hanya khayalan semataku saja.

"Iya tampan banget gila. Wes klepek klepek aku!!!"pujiku kepada lelaki itu. Sumpah, aku menyukai lelaki tampan seperti dia. Tetapi, aku sadar diri saja mana mungkin lelaki itu bakal tertarik ke arahku.

Brukk!

"Aw! Kalau jalan hati-hati dong."ketusku sambil menghadap ke belakang. Awalnya aku menebak pasti dia sengaja menabrakku. Dan ternyata memang benar. Dia benar-benar sengaja menabrakku.

"Risa!"teriakku membentak kearahnya. Lantas aku mendapatkan tatapan tajam darinya. Aku pun tak mau kalah, aku membalas tatapannya itu dengan lebih tajam. Seperti tatapan hendak menerkamnya.

"Bisa gak sih panggil aku Aris? Bukan R-I-S-A. Dasar bego. Gadis kampung. Hinggap dikelas unggulan tapi baca namaku saja tidak lulus."ketusnya. Nama dia memang Aris. Tetapi, sejak kecil aku memanggilnya Risa. Peduli amat. Kan Aris sama Risa beda tipis.

"Mulut-mulut siapa? Mulutku, kan?! Kau siapa berani ngelarangku? Hah?!"balasku tak kalah ketusnya. Aku memang sering berkelahi adu gulat mulut samanya. Biarpun masih pagi urat-urat ototku sudah siap untuk berperang melawannya.

"Hm."

"Apa lagi?!"bentakku sambil mengembalikkan posisiku kedepan. Ternyata yang berdehem tadi itu adalah lelaki yang ku puji tadi! Astaga! Apa yang sudah ku lakukan? Aku membentaknya! Oh, Tuhan! Aku malu sekali. Aku menabraknya! Ini semua akibat ulah Risa itu. Uh. Aku akan membalasnya nanti.

"Ayo, Tir. Kita pergi aja. Bodoamat."ujarku lalu menarik tangan Tira lalu pergi. Astaga, aku malu sekali. Mungkin bila kulitku putih mukaku sekarang akan memerah seperti kepiting rebus.

###

Gadis itu angkuh sekali. Dia meninggalkanku begitu saja. Tanpa meminta maaf sekalipun. Ck. Memalukan. Seperti rupanya.

"Roy!"panggil temanku disebelah. Dia membuyarkan lamunanku tentang gadis itu. Tunggu.... untuk apa aku memikirkannya? Menjijikkan.

Aku membalas temanku itu dengan alis yang kutinggikan. 'Apa?!' seperti itulah alisku terlihat sekarang. Aku sedang malas. Tidak mood sama sekali untuk meladeni hal-hal yang tidak penting. Ini semua ulah gadis angkuh buruk rupa itu.

Tapi siapa nama gadis itu? Kelas berapa dia? Apakah dia adik kelas? Atau kakak kelas? Aku ingin membalas perbuatannya kepadaku. Aku ingin melihat dia sakit. 'Bodo' pikirku.

##

Hai.

Aku Pikasht. Aku lupa password acc lttlkid. Jadi aku pindah ke akun sini. Hehe. Ohya, cerita bullshxt akan aku repost di akun ini. Tapi dengan gaya bahasa yang beda yaa hehehe. Hmm udahlah sepertinya aku banyak cakap disini(?) One more. Kalo ada yang kurang sama cerita aku tolong comment aja ya. Biar aku bisa memperbaiki kesalahan aq(??) Mmh. Udahlah. See you in next chapter.

With Love,

Pikasht.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IMPERFECTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang