Ucapan kata cinta dari mulut Justin masih terngiang-ngiang dipikirin Rebecca bagaikan kaset rusak. Tapi jelas ini bukan kaset rusak yang memuakkan bagi Rebecca. Ia sangat senang mendengar pernyataan tersebut tapi ia masih belum siap mengambil langkah menuju jenjang untuk menjalin hubungan dengannya. Ia masih diselimuti oleh rasa takut dan masih membayangkan betapa sakitnya jika hati yang Rebecca percayakan untuk Justin jaga maka lelaki itu malah merusaknya, bagaikan kaca yang pecah maka kaca itu tidak dapat kembali seperti semula dan jikapun dapat maka akan menimbulkan bekas pecahan itu sendiri.
Rebecca kali ini diselimuti oleh rasa yang ia sendiripun tidak tahu apa itu, tapi apakah jika mereka berdua saling mencintai satu sama lain maka mereka harus menjalin hubungan untuk membuktikan bahwa cinta mereka tulus? Apakah akan lebih baik dan pasti jika ungkapan cinta dan sayang dibuktikan dan tidak hanya sekedar kata-kata yang keluar begitu saja?
Rebecca sendiri pun mulai merasa frustasi memikirkannya, biarkan saja ini mengalir seperti air.
Ditengah-tengah rasa dilema Rebecca tiba-tiba suara ketukan dipintu apartemennya berbunyi, segera ia membukakan dan mencari tahu siapa yang datang. Dan itu adalah Sam. Sudah lama Rebecca tidak bertemu dengan si brengsek ini, apa yang ia inginkan datang kesini? Pikir Rebecca.
"Ada apa?" Tanyanya langsung pada inti.
"Apakah salah jika aku berkunjung kerumah sahabatku?" Sam tersenyum tanpa rasa bersalah. Rebecca hanya memutar bola mata malas dan mempersilahkan Sam masuk.
"Astaga sudah lama kita tidak bertemu. Sudah berpuluh-puluh tahun lamanya." Ucap Sam penuh dengan drama.
"Darimana kau belajar menjadi sangat dramatis seperti itu?" Yang disinggung hanya terkekeh menunjukkan deretan gigi putih nan rapi itu.
"Kau tahu, aku kesini karna aku ingin pergi kesuatu tempat dan mungkin akan kembali tiga tahun kedepan." Rebecca terkejut mendengarnya, kemana ia akan pergi selama itu?
"Kau bercanda, kan?"
"Tidak, kali ini aku serius." Mungkin benar, Sam serius karna wajahnya begitu meyakinkan.
"Kemana kau akan pergi? Mengapa begitu lama?"
"Ke negri Eropa, untuk menjadi orang yang lebih baik. Selama ini aku selalu menyusahkan orang-orang disekitarku dan aku sadar akan hal itu dan aku sudah memutuskan untuk pindah, tekad ku sudah bulat dan aku datang kesini untuk meminta maaf karna aku selalu menyusahkanmu apapun itu. Aku akan kembali jika aku sudah berhasil, mungkin tiga tahun tidaklah cukup bagiku tapi aku akan berusaha."
"Jangan bodoh, kau tidak menyusahkan sama sekali. Ya walaupun sikapmu yang bisa dikategorikan sebagai seseorang yang brengsek." Ucap Rebecca terang-terangan.
"Aku tahu! Itulah mengapa aku ingin berubah menjadi yang lebih baik. Selamat tinggal Rebecca, aku akan merindukanmu. Sangat." Ia berdiri dan memeluk Rebecca. Yang dipelukpun membalas dengan pelukan yang hangat.
"Aku akan merindukanmu juga, brengsek." Rebecca terkekeh dan mereka melepaskan pelukan mereka.
"Selamat tinggal." Ucap Sam, sebelum pergi ia mencium pipi Rebecca kilas dan meninggalkannya.
Walaupun dia orang yang brengsek tapi Rebecca senang mempunyai teman seperti Sam, dalam artian yang bagus tentunya.
Ada perasaan berat hati saat mengetahui Sam akan pergi dan ada perasaan senang karna Sam akan berubah menjadi orang yang lebih baik dan Rebecca berharap ia bisa kembali dengan tekad yang telah ia tentukan, Rebecca hanya bisa berdoa yang terbaik untuknya.
"Hey, kau ada kelas usai ini?" Tanya Justin yang menghampiri Rebecca yang baru saja keluar kelas.
"Um.. Ku rasa tidak ada. Memangnya kenapa?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Naughty Couple
FanfictionDua orang yang gemar mengkoleksi tato diseluruh badan mereka, bukankah itu unik? Ciri khas mereka sendiri. Awalnya biasa saja, namun keduanya merasakan sesuatu yang sama. Sifat Justin yang berbanding terbalik dengan Rebecca. Akan kah perbedaan dapat...