"Kau adalah prioritas ku saat ini"
Aku tersenyum sumringah saat mendengar kata itu dari mulutnya, semua pikiran menyebalkan itu menghilang begitu saja. Aku merasa kupu-kupu sedang berterbangan di atas kepalaku.
Tapi semuanya sirna.
"Keegoisan yang membuatku lupa jika kebohongan itu terjadi karna keadaan"
Memang. Dia tak pernah menyakitiku dengan kata katanya, tapi sikapnya. Aku merasa dirinya tak tersentuh, begitu dingin dan berbeda. Dan semua itu salahku, dan seperti biasanya pula. Aku hanya diam sambil membiarkan otakku mengingat kesalahan apa yang kubuat sampai berulang ulang.
Semua salahku, bahkan ibuku pun bilang jika aku adalah masalahnya. Kenapa aku begitu bodoh dan tak tahu diri sampai-sampai semua ini terus saja terjadi.
***
Bukan hancur lagi, aku sudah lebur.Semua rasa sakit yang ada terus menelan ku tanpa sisa.
Menangis sambil tertawa? Huh, itu adalah faforitku setelah terdiam dalam bisingnya hujan.
Jika kalian berfikir aku bahagia, yah kalian benar.
Aku bahagia saat rasa kosong dan hampa yang nyata itu benar-benar mengikatkan simpul matinya pada hidupku.
KAMU SEDANG MEMBACA
YA?
Teen FictionAku tahu karna aku juga merasakannya sendiri . . . . . . . . . . . . . . Cover by google Bukan saya merasa cerita ini bagus atau apapun, saya sendiri pun mengakui jika cerita ini sangatlah buruk. Tapi saya mohon untuk tidak MENJIPLAK, MENGCOPY, AT...