"Aduuuh ampun, Bu." Keenan meronta kala telinganya dijewer oleh bu Winda selaku guru piket hari ini.
"Lagian ngapain kamu pake manjat pager?"
"Ya kan Pak Satpam nya gak mau bukain gerbang, bu"
"Itu kan karena kamu telat."
"Iya, tapi kan saya cuma telat satu menit dua puluh tujuh detik, Bu." sangkal Keenan.
"Tetap saja kamu telat!" hardik bu Winda yang sudah kesal dengan segala argumen Keenan.
"Saya manjat pager supaya ga ketinggalan pelajaran jam pertama, Bu. Kan biasanya kalo telat gerbangnya baru dibuka abis pelajaran pertama,"
"Ya sudah. Kali ini saya maafkan. Kamu boleh masuk kelas. Lain kali jangan diulangi lagi," Bu Winda melepas jeweran dari telinga Keenan.
"Makasih bu." Keenan mengusap-usap telinganya yang sekarang warnanya sudah semerah tomat.
Keenan menaiki satu persatu anak tangga nenuju lantai empat. Saat sampai di tangga lantai dua ia melihat Athaly yang sedang berjalan ke arah nya.
"Eh? Elo?" ucap Athaly begitu berpapasan dengan Keenan.
"Kenapa?" Keenan berpura-pura tak acuh.
"Lo yang waktu itu nabrak gue kan? Yang ditempat kursus? Masih inget?"
"Oh iya gue inget. Hehe, maaf ya." gue selalu inget lo kali, asal lo tau aja. Batin Keenan.
"Wah ga nyangka ya ternyata kita satu sekolah!" Athaly memekik girang.
Keenan mencoba untuk tersenyum senatural mungkin "Iya."
Selama ini Athaly bahkan tidak tau jika mereka berada disekolah yang sama. Lagi pula apa yang mau diharapkan? Seorang siswi populer macam Athaly tidak mungkin mengenali semua siswa sekolah ini kan? Apa lagi siswa biasa sepertinya dirinya. Keenan terlalu invisible.
"Ohya, nama lo siapa? Kenalin, gue Athaly." Athaly mengulurkan tangan dan langsung disambut oleh tangan Keenan.
"Nama gue Keenan, Keenan Rafardhan."
"Wah nice to meet you, Keen."
"Nice to meet you too, Thal. Kalo gitu gue duluan ke kelas ya,"
"Eh? Iya-iya. Emangnya lo kelas berapa?"
"Mia 3. Sekelas sama kembaran lo,"
"Oh gitu... Yaudah deh, gue duluan ya."
Belum sempet Keenan membalas ucapan Athaly namun Athaly sudah terlebih dahulu pergi menuruni anak tangga.
Padahal masih pengen ngobrol, gapapa deh. Mungkin lain kali kalo ada kesempatan. Batin Keenan.
*****
Jarum jam menunjukkan pukul 09.35 pagi saat speaker tiba-tiba berbunyi.
"Bagi semua siswa dipersilahkan meninggalkan sekolah dikarenakan guru-guru akan mengadakan rapat penting. Terimakasih."
Kemudian bunyi speaker itu disambut tepuk tangan meriah dari para murid SMA Wijaya. Bagaimana tidak? Pulang cepat adalah hal yang tentu dinanti-nanti oleh semua murid.
"Sha, gue balik duluan ya! Bye-bye!" Anaya langsung berlari meninggalkan kelas. Entah sedang terburu-buru atau apa.
Melihat kelas yang berangsur-angsur sepi, Alsha langsung membereskan tasnya dan bergegas keluar kelas. Betapa kagetnya Alsha ketika mendapati Fathan tengah berdiri didepan pintu kelas Mia 3.
YOU ARE READING
The Twins Hypomania
Teen FictionDi tahun terakhir SMA, dua remaja perempuan yang lahir dari satu rahim dengan dua kepribadian berbeda, terlibat dalam lingkaran cinta segi banyak beraturan yang rumit. Empat pria, tiga wanita. Begitu banyak konflik yang terpaksa mereka rasakan. ...