Beberapa hari berlalu setelah kejadian pertemuanku dengan Reko. Aku masih penasaran dengannya. Namun aku tau batasanku. Aku hanya sedang mencari waktu yang tepat untuk bertemu dengannya (lagi).
***
Hari ini cuaca sangat mendung. Gumpalan awan hitam berbaris rapi di langit sana. Benar saja, tak lama hujan deras disertai gemuruh petir pun muncul. Untungnya mama sedang ada di rumah. Jadi aku tak terlalu khawatir jika tiba tiba terjadi badai.
"Kim, kesini sebentar.."terdengar suara mama dari ruang tamu.
Aku segera mematikan laptopku dan turun menemui mama.
"Ada apa ma?"
"Itu tante Veni sama om Rudi ada acara mendadak. Mereka titip Reko ke kita. Reko kurang enak badan jadi dia ditinggal di rumah. Nanti kamu temani dia ya, sekalian antar sup untuk makan malamnya."
"Iya iya ma."
Aku hanya menjawab singkat. Lalu beranjak kembali ke kamarku.
***
Malam mulai beranjak. Tapi hujan diluar sana tak kunjung reda. Bahkan gemuruh petir pun semakin menjadi jadi.
Mama kembali memanggilku dari bawah. Dengan malas kulangkahkan kaki menuju sumber suaranya.
Ya, aku tau. Pasti aku disuruh menemani si anak sombong itu. Hhhh.
"Ini payungnya. Hati-hati ya bawa supnya." Begitulah pesan mama padaku.
Segera saja kususuri jalan. Angin kencang menerpa payungku. Tubuhku sedikit kehilangan keseimbangan. Namun aku tetap pergi ke rumah Reko. Bajuku mulai basah terkena terpaan air hujan. Hingga akhirnya, aku sampai juga di depan pintu rumahnya.
Tok..Tok..Tok..
Aku mengetuk pintunya beberapa kali, namun tak ada jawaban. Kuberanikan diri untuk membuka pintu. Pintunya tak terkunci.
Dasar aneh, begitu fikirku.
Langsung saja aku masuk kedalam.
"Reko...?! Reko...?!"aku memanggilnya beberapa kali namun tak ada jawaban.
Ah, mungkin dia sedang tidur di kamarnya.
Aku naik ke lantai 2, menyusuri koridor disana. Hm, koridor lantai 2 rumah Reko sama persis dengan rumahku. Disepanjang jalan ada jajaran lampu lampu kuno sebagai penerang jalan. Mungkin karena rumah kami satu tipe.
Akhirnya aku sampai juga di kamar paling pojok. Kuketuk pintu kamar beberapa kali.
"Siapa disana?"
Aku mendengar suara Reko. Ah, benar dugaanku. Ini pasti kamar Reko.
Kubuka pintu perlahan. Kulihat dia sedang terbaring di tempat tidur sambil menatapku dengan was-was.
"Re, ini supnya. Kudengar kau tidak enak badan?"
Ia tak bergeming. Hanya diam seperti biasanya.
Baiklah, aku mengalah. Aku tak mau bertengkar lagi untuk kedua kali. Kuletakkan sup yang kubawa di meja samping tempat tidurnya.
Sejenak aku memperhatikannya. Dia tampak manis dengan kaos lengan panjang abu-abu yang dikenakannya.
"Tugasmu sudah selesai bukan? Sekarang pergilah. Aku tidak perlu ditemani."
Tiba-tiba saja kilat menyambar. Bunyi gemuruhnya sangat sangat kencang hingga aku terlonjak kaget.
Namun ada yang jauh membuatku lebih kaget dari itu.
YOU ARE READING
Antiguo Armario (Lemari Tua)
Teen FictionDia seperti lemari tua yang menatap dinding lurus kaku. Dalam diam dia menjaga. Dalam kesendirian dia mencinta. Dia seperti lemari tua yang menjaga kayu kayu-nya tetap utuh. Tak tergores oleh ruang dan waktu yang terus berlalu. Dia seperti lemari tu...