First

726 40 7
                                    

Vote dan Comment ya Readers sekalian !
tx
Akisr
---------------

Aku mengusap pipiku perlahan. Mencoba menghilangkan jejak berkilauan akibat tangisanku.
Mataku masih menatap tajam ke arahnya, dengan tatapan meminta penjelasan. Sayangnya, ia tak menyahut sama sekali.

"Aku merindukanmu Har,"

Angin berhembus sangat pelan. Benar-benar pelan hingga aku bisa merasakan kesepian yang diantarkannya. Aku menatapnya lagi, pikiranku mulai menenang. Sepertinya keadaan hening cukup ramah padaku.

Angin berhembus lagi.

Sayangnya bukan sepi yang tenang yang ikut dengannya. Melainkan, kepingan-kepingan adegan yang mulai tersusun dengan rapi. Semua itu mulai berputar layaknya sebuah film hitam putih yang mulai menyesakkan.

***
"Hai Diana !"

Aku menoleh segera setelah mendengar sapaan itu. Senyumku merekah saat mengetahui pemuda jakung dengan alis tebal yang memanggilku itu.

"Harda" pekikku sebari menggeser posisi duduk. Mempersilakannya duduk disampingku.

Dengan semangat, ia melonjak duduk dengan senyum lebarnya. Tas punggung hitam yang terkait di bahunya segera ia tepikan.

"Okey, sekarang cerita gimana hasilnya !" tuntutnya dengan sedikit mendekatkan wajahnya.

"Ya lulus lah, sebentar lagi cita-citaku bakal terwujud Har. Aku bakal jadi dokter, nolongin banyak orang. " ujarku tanpa berhenti tersenyum. "Terus kamu gimana ?"

Ekspresi Harda berubah seketika, ia hanya mengalihkan pandangannya dariku, menghindar. Ia terdiam, berusaha kabur dari pertanyaanku.

"Harda.." ucapku pelan. "Sekarang kamu udah nggak ada alasan buat nggak peduli sama masa depan kamu."

Aku menghela napas. Seharusnya aku tidak jadi sok dewasa seperti ini, tapi Harda adalah sahabatku. Aku punya tanggung jawab untuk membantunya.

"Sekarang nggak mungkin lagi kalo kamu nggak ada cita-cita, nggak ada mimpi. Pasti ada kan ? Dan itu harus."

Harda akhirnya tersenyum, walau masih menghindari pandanganku.

"Mimpiku masih sama Yan."

Aku menarik napas dalam. Kami baru saja lulus SMA, dan sedang sibuk mengikuti tes masuk universitas. Sayangnya, Harda yang sebenarnya punya semangat belajar malah jadi malas saat ini. Ia tidak lulus tes tersebut.

Satu hal yang tidak pernah aku dapatkan dari Harda adalah jawaban tentang cita-citanya. Mungkin ia tidak akan melanjutkan kuliah kalau saja tidak diatur oleh ayahnya.

"Sama ? Maksudmu tentang menjelajah dalam laut ?" aku membenarkan posisi dudukku, "Har, mimpi yang itu gampang. Kalo sekarang kamu kuliah lalu punya pekerjaan, kamu bisa nyelam sesuai keinginan kamu. Sekarang kamu harus serius sama tes, dan mastiin kalo kamu bakal masuk ke kampus terbaik !"

Nada suaraku terasa naik dan aku merasa cukup marah dengan Harda ini. Tapi wajah Harda yang menatapku balik membuatku bisu. Seharusnya aku tak sekeras itu padanya.

"Maaf." gumamku pelan.

Ia mengangguk dan akhirnya tersenyum. Ya ampun Harda, ia terlalu sabar untuk menghadapi orang sepertiku.

"Dian, Kampus itu nggak sedalam dan semisterius laut." ujarnya dan bangkit dari duduknya.

"Dan satu lagi, aku bakalan nunjukin kalo aku bakalan lulus tes."

Harda meninggalkanku pergi sebari terus tersenyum.

***

"Dian ! Dian !"

DEEP [Short Story]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang