9- Lifesaver?

378 37 0
                                    

-Ariana Point Of View-

  Aku tidak tau sudah berapa jam aku berdiri disini. Yang jelas wajahku lelah karena daritadi aku tersenyum menyapa rekan kerja Justin,saudara jauh Justin dan sahabat-sahabatnya. Jika aku bisa aku akan pergi darisini,membuka high heels sialan ini dan melupakan semuanya. Tapi itu tidak mungkin,ini kehidupanku yang sekarang. Menjadi seorang istri pemilik perusahaan nomor satu di Amerika dan memainkan peran sebagai pasangan suami istri yang sudah lama berpisah tapi dipertemukan kembali bersama dan hidup bahagia selamanya.
  Tapi cerita itu hanya sebuah kebohongan belaka. Dan mungkin itu tidak akan pernah terjadi,hal itu hanya menjadi mimpiku yang akan kusimpan sedalam-dalamnya. But,It's okay. I will try to forget all this dream and wake up.

"Ariana kau dengar aku?" Suara Justin menyadarkanku dari pemikiran gilaku.
"Oh iya Justin,kau tadi bilang apa?"
"Aku bilang kita sebaiknya duduk dibangku sebelah sana. Kau ini kenapasih?"
"Ide yang bagus,aku tidak apa-apa"

   Akhirnya aku dan Justin berjalan menuju sebuah meja bundar berwarna putih dengan kursi yang hanya terdiri 2 kursi. Kami duduk berhadapan,yang membuat aku dapat jelas melihat wajahnya yang tampan dan matanya yang sangat indah membuat aku tenggelam di dalamnya. Stop it Ariana,what are u doing? U make yourself  like an idiot. Suara dikepalaku menyadarkanku lagi,aku pun langsung mengalihkan pandanganku ke sebelah kiri. Untungnya Justin tidak menyadari bahwa aku memperhatikannya daritadi.
"Apakah kau haus Ari?"
"Ya ini sangat melelahkan,aku tidak kuat"
"Acara seperti ini tidak hanya sekarang, masih banyak lagi acara yang harus kita hadiri,oke baiklah aku akan mengambil minuman. Kau tunggu disini!"

  Justin pun bangkit dari tempat duduknya meninggalkan aku sendirian. Hari ini benar-benar sangat melelahkan. Aku tidak tahu apakah aku masih sanggup lagi kedepannya. Kepalaku pusing,membuat aku harus menidurkan kepalaku diatas meja.
  Disaat aku sedang memikirkan apapun, ada pria yang datang. Mungkin itu Justin.
"Nona? Apakah aku boleh duduk disini?"
  
  Tapi suara ini bukan suara Justin,aku pun langsung mengangkat kepalaku dan menatap siapa pemilik suara ini. Oh aku tau siapa dia,dia adalah sepupu Justin dari Canada. Ya benar, dia Nathan Sykes.
"Oh iya silahkan,kau Nathan right? Sepupu  jauh Justin?"
"Iya kau masih mengingatku? Aku kira kau lupa siapa aku"
"Mana mungkin aku lupa nama saudara Justin"
"Kau sangat baik dan cantik apakah kau menyadarinya?"

  Kata-kata Nathan membuat pipiku memerah,dia sangat baik dan berbeda jauh dengan Justin. By the way? Kemana Justin?
"Kau berlebihan Nat. Oh iya apakah kau melihat Justin?

  Tanyaku kepadanya sambil melihat sekeliling acara ini. Tapi tidak ada tanda-tanda darinya. Aku pun berniat untuk mencarinya jadi aku bangkit dari tempat dudukku.
"Nathan lebih baik aku mencarinya,senang bertemu denganmu"

   Aku berjalan meninggalkan Nathan yang berada di belakangku. Tapi kurasakan ada tangan yang mencengkram pergelangan tanganku. Aku refleks melihat kebelakang ternyata itu Nathan.
"Kau tidak usah terburu-buru Grande"

  Ucapannya sangat dingin dan kejam,berbeda dengan Nathan yang tadi aku puji.

"Lepaskan Nathan! Kau ini kenapa! Aku akan mencari Justin!"

   Aku mencoba melepaskan pegangan tangannya dariku,tapi cengkramannya terlalu keras. Lalu tangan kirinya mengeluarkan sebuah saputangan dari sakunya dan membekap mulutku dengan saputangan itu,membuat aku tidak bisa bernafas. Aku meronta-ronta melepaskannya tapi semakin lama aku melawan aku merasakan tubuhku melemas dan makin melemas. Dan hal selanjutnya yang kulihat semuanya gelap.

*****

-Justin Point Of View-

   Aku bangkit dari kursi yang kutempati,berniat untuk mengambil minuman untuk aku dan Ariana. Aku berjalan menuju stand minuman. Mengambil dua gelas jus Apel. Dan membalikkan badanku untuk menuju tempatku yang semula.

"Hi babr,aku sudah lama tidak bertemu denganmu!"
 
  Langkahku terhenti karena aku mendengar suara perempuan yang kukenal pasti. Kendall. Ya ini suaranya. Aku membalikkan badanku lagi.

"Ken? Sedang apa kau disini?"
"Jadi itu yang kudapatkan dari kekasihku yang sudah lama tidak aku temui? I miss you Justin,you know that?"
"Bukan seperti itu Ken. Aku juga merindukanmu,tapi sekarang bukan waktu yang tepat. Kau tahu kan aku kemari dengan istri bayiku"
"Oke oke aku mengerti, tapi kapan kita akan bersama lagi Justin? I really miss you. I really do"
"Secepatnya Ken,kau harus bersabar. Tidak lama lagi aku akan menceraikan dia,jadi sampai ketemu lagi nanti babe"

Ujarku sambil meraih tangannya dan mengelusnya,berusaha untuk menenangkannya. Ia pun tersenyum dan meninggalkanku,I miss u too Ken.
  Lalu aku melanjutkan kegiatanku yang tadi sempat terhenti. Berjalan menuju Ariana. Aku pun melihat mejanya dan aku melihat bahwa ia sedang bersama Nathan? That asshole. Dan ia membekap mulut Ariana? What is he doing?
   Aku menyimpan minuman yang tadi aku bawa ke meja terdekat. Lalu menyusul mereka dengan cepat, tapi aku sudah terlambat. Nathan sudah membawa Ariana ke dalam mobilnya. Aku pun langsung menghubungi supirku untuk segera menjemputku dan mengejar Ariana.
  Tidak terlalu lama,aku sudah berada didalam mobil dan mengikuti mobil Nathan. Aku tahu apa yang sedang di lakukan Nathan, ia menculik Ariana untuk dijadikan wanita pelacurnya,Tidak ini tidak boleh terjadi.
  Aku tidak tahu apa yang terjadi padaku. Buat apa aku peduli dengannya? Seharusnya aku tidak peduli apa yang dilakukan Nathan kepadanya. Tapi hatiku menyuruhku untuk menyelamatkan Ariana. Aku merasa bahwa ini merupakan hal yang benar,jadi aku mengikuti perasaanku.
  Aku melihat Nathan berhenti sebuah rumah yang tidak terlalu besar dan letaknya sangat terpencil. Aku langsung keluar dari mobil dan menuju rumah itu. Aku masuk kedalam rumahnya dan aku mendengar suara Ariana meminta tolong? Aku segera pergi menuju suara Ariana. Dia berada di salah satu kamar,aku mencoba membuka pintu namun pintu tersebut terkunci.
"Fvck you Nathan! Lihat pembalasanku!"
 
  Aku mendobrak pintu tersebut,aku melihat Ariana yang menderita,untungnya hal yang kutakutkan belum terjadi. Aku menghampiri Nathan dan langsung menonjok wajahnya membuatnya tersungkur ke lantai.

"SIALAN KAU NATHAN! JANGAN PERNAH KAU SEDIKITPUN MENYENTUH ISTRIKU!"

  Aku berteriak tepat diwajahnya lalu memukulinya terus menerus. Aku tidak peduli jika dia mati.

"Justin berhenti!! Kau akan membunuhnya! Stop it Justin!"
"Kau menyuruhku berhenti Ari? Apakah kau gila dia itu telah melakukan ini kepadamu Ariana"
"Cukup Justin,aku tahu. Tapi tidak ada gunanya Justin kau mengotori tanganmu untuk bajingan seperti dia,lebih baik kita pergi dari sini"

  Kata-kata Ariana langsung membuatku berhenti memukuli Nathan. Dia benar,tidak ada gunanya. Aku pun bangkit dari posisiku,menatap Ariana yang berada di hadapanku. Bajunya gaun yang melekat dibadannya sudah tidak lagi terbentuk dan rambut coklat sepinggangnya yang ia ikat setengah sudah acak-acakan,ditambah lagi matanya yang sembab karena menangis.
  Melihat kondisi Ariana yang semenyedihkan ini membuat hatiku teriris. Aku tidak mengerti kenapa perasaanku menjadi seperti ini. Apa aku menyukainya? Wait what? Aku tidak mungkin menyukainya yang kusukai hanya Kendall. Perasaanku seperti ini murni karena kasihan. Ya kasihan. Dan aku tidak bisa melihat perempuan menangis.
  Aku menghampirinya,menempatkan jempolku di pipinya dan menghapus sisa-sisa air mata yang berada di pipinya.

"Berhenti menangis,kau sudah aman bersamaku jangan khawatir"
"Aku takut Justin"
"Kau tidak perlu takut,kau bersamaku sekarang. Kau aman Ariana"

  Balasku sambil memeluknya dan menenangkan perasaannya. Ya mungkin seperti ini dulu sekarang,melupakan tujuanku menemukan dia dari pertama kali untuk sejenak. Sekarang yang terpenting adalah menenangkan perasaan Ariana. Aku berjanji untuk tidak akan pernah membiarkan hal yang buruk terjadi padanya. Jadi biarkan lah ini mengalir dengan sendirinya. Walaupun perasaanku masih perlu diperjelas.

••••••




To be continued.
Maaf baru update,tugas numpuk banget. Jangan lupa buat vote,bikin cerita itu ga gampang yo,Thanks🐳

Love,
jaybeaari.


 

 



  

Their Curse | jariana [COMPLETED]Where stories live. Discover now