Ia adalah Alice, dan sekarang ia tengah berhadapan dengan Chesire Cat.
Seperti namanya, pemuda itu adalah kucing dalam definisi aslinya. Sepasang telinga berwarna ungu yang dihiasi dengan garis-garis ungu tua mencuat dari rambutnya, bergerak-gerak naik dan turun dengan semangat seekor peliharaan yang baru saja diajak bermain oleh pemiliknya. Ekornya bergerak mengintip dari balik punggungnya, senyumnya statis selagi matanya tertutup—Alice tidak dapat membaca apa pikirannya. Apa yang kucing itu pikirkan?
"Apa maksudmu membunuh adalah objektif Alice di Wonderland?" Alice bersorak dalam hati ketika mendengar suaranya tidak bergetar seperti tangannya. Ia terbangun tanpa ingatan, nama demi nama muncul dalam kenangan, tetapi ia tahu ia tak mungkin membunuh orang.
(Darimana ia tahu?)
Sepasang mata hijau terbuka, menyipit. Senyum Chesire tidak pernah terlihat mengintimidasi.
Bila Alice dapat memilih, gadis itu ingin kembali ke pesta teh Hatter.
"Seperti yang terdengar, bukankah begitu, Alice tersayang?"
Oke, ini mulai terdengar mengerikan. Cara Chesire memuntahkan kalimat yang terakhir membuat Alice ingin menusuk ranting terdekat ke matanya yang berkilat dalam bayangan. Alice berani bersumpah senyuman lebar milik sang kucing pasti akan menghantuinya di dalam tidurnya. Cara Chesire menarik kedua sudut bibirnya—Alice merinding melihatnya.
Chesire merencanakan sesuatu.
Tetapi apa yang direncanakan Chesire?
"Yah, aku yakin semua orang akan menghindari pertanyaanmu, Alice. Kau bukan milikku. Tetapi seseorang yang seharusnya adalah pemilikmu—gadis bangsawan yang malang sedang menjalani hukuman. Kau sendirian di Wonderland, kecuali bila Hatter membantumu. Yang pasti akan terjadi karena kau menarik perhatian Hatter bahkan sebelum penciptaan Wonderland—astaga, definisi 'cinta itu buta' yang sebenarnya," Chesire menggerakkan telunjuknya naik dan turun, seolah ia sedang menasehati Alice akan kesalahan gadis itu.
Alice membuka mulutnya, namun menutupnya kembali ketika ia sadar Chesire belum selesai.
"Dengar Alice, Wonderland bukan milikmu seorang. Wonderland juga bukan milikku—oh tidak! Aku hanya seekor kucing, satu-satunya yang dapat berkeliaran ke berbagai wilayah. Aku bisa merusak taman White Queen, aku bisa mengacau kamar Red Queen, aku bisa tidur di sofa milik The Duchess, aku bahkan dapat datang tanpa undangan ke pesta teh Hatter! Kau pun begitu, tetapi kurasa tidak sopan bagi seorang gadis untuk mengacau rumah seseorang. Namun aku dan kau berbeda. Aku adalah seorang pemeran, dan kau adalah pion seseorang."
Alice mulai merasa Chesire keluar dari topik pembicaraan. Tetapi apalah dayanya? Ia bahkan sama sekali tidak mengerti kemana pembicaraan ini mengarah, apa yang hendak Chesire katakan? Alice tergoda untuk menjejalkan sepatunya ke mulut Chesire dan memerintahkan kucing sialan ini langsung mengatakan intinya. Teka-tekinya membuat Alice pusing.
"Satu dan setiap pemeran, mereka diperbolehkan memiliki pion," Chesire menggesturkan tangannya kepada sosok gadis yang tak sadarkan diri, senyumnya semakin mengembang hingga ke volume yang mustahil dicapai seseorang, "kecuali Hatter. Hatter tidak memiliki seorang pion karena ia terlalu tertarik kepada Kehidupan untuk membuat pionnya sendiri."
Alice mengerjap, "... Kehidupan dengan huruf kapital?" suaranya tak lebih dari bisikan.
Mendadak tembakan pening menyerang kepala Alice. Ia pernah mendengar kata itu, ia pernah mendengar kalimat itu, Kehidupan, di suatu tempat. Tetapi tempat itu terasa sangat jauh, tersembunyi di sudut pikirannya, tersembunyi di balik bayangan, tak teraih, tak terlihat.
Chesire melambaikan tangannya, "Ya, astaga, aku tidak percaya aku mengatakan ini tetapi dengar deh, Hatter jatuh cinta kepada Kehidupan! Oke, mari kita lanjutkan, lega rasanya aku berhasil menyuarakan gosip paling top di Wonderland. Ahem, tadi sampai mana? Ah ya, setiap pemeran punya pion. Dan Alice, kau adalah pion seseorang. Tetapi bukan milikku. Pion punyaku adalah gadis ini. Lihat rambutnya, bagus kan? Ini warna kebanggaanku, loh!" Chesire menunjuk rambut gadis yang terbaring di hadapannya, senyumnya tampak bangga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Project Alice
FantasySatu cerita, dua sandiwara, tiga menara; yang mana yang nyata?