1 • Almarhum Papa

250 34 13
                                    

In the Senior High School
"Farhan! Lo punya kakak cewe kan?
"Farhan, kakak lo model kan?"
"Sok tau lo!"
"Udah model, dokter lagi, kenalin dong sama gua!"
"Berisik lo semua!"

Farhan meninggalkan sekumpulan cowok tadi, entah kenapa Farhan sangat tidak suka mengenai kakaknya itu. Entah mereka meledek atau memuji kakaknya, Farhan tetap tidak suka. Farhan lebih sering pergi ke club atau ke studio band sepulang sekolah bukan ke rumah. Entah apa yang membuat dia tidak betah di rumah.

Hari ini tepat 3 tahun yang lalu Papa Egi meninggal dunia, karena serangan jantung yang disebabkan anak lelakinya pulang dini hari dalam keadaan mabuk. Farhan? Ya, siapa lagi.

Jam menunjukkan pukul 14.00, Alfa mendapat telepon dari guru Farhan dan Farhan kena scors. Kucepatkan kemudi mobil hingga tepat pukul 15.00 sudah sampai.

"Tumben kamu sudah pulang?" ucap Alfa sekadar basa basi dan melepaskan penat untuk sesaat dengan bersandar pada sofa tepat di sebelah Farhan.

"Jelas lo heran lah! Lo kan gak pernah di rumah!" jawab adiknya itu terdengar sangat kasar.

"Maafin kakak ya, kalau terlalu sibuk."

Farhan hanya diam menatap layar televisi.

"Jangan diam saja kamu, kamu jam segini di rumah karena di scors kan? karena ulah kamu tulang hidung temanmu itu patah, iya kan?" Alfa sedikit emosi. "Bukankah sudah pernah kubilang, kamu datang ke sekolah untuk belajar bukan untuk berkelahi dan menjadi jagoan!" lanjutku semakin emosi.

Farhan diam. Baginya perbuatan itu memang salah, apalagi tepat saat Papa meninggal ke-3 tahun yang lalu.

Farhan sangat kehilangan almarhum, begitu juga aku. Tidak seharusnya aku membentaknya dan terus menerus menyalahkan Farhan.

"Maafin kakak ya, tidak seharusnya aku membentakmu seperti tadi, kamu pasti ingin ke makam Papa kan?" tanyaku lembut membelai rambut pria itu.

"Gausah sok tau lo!" Farhan berdiri dan berlalu begitu saja, menghilang dari tatapan Alfa.

Sebaiknya Alfa segera mengganti pakaiannya, dress pendek ketat berwarna peach dan sedikit pita di bahu kirinya dengan balutan wedgess putih, dia baru saja pulang pemotretan. Setidaknya mengganti pakaian untuk terlihat pantas, karena akan pergi ke tempat yang akan pantas juga, makam Papa.

"Benar dugaanku, kamu pasti di sini." Alfa tersenyum melihat Farhan sedang menangis.

"Ngapain lo disini?" ucap Farhan pelan agar tidak mengganggu pengunjung lain, mungkin karena malu dia membersihkan sisa air matanya dengan telapak tangan.

"Aku kangen Papa, kamu juga kan?" sambil menaburkan bunga dan menyiramkan air mawar.

"Ya." Jawabnya singkat dan langsung berdiri.

"Mau kemana? Atau kamu sudah selesai berdoa?" Tanyaku seraya menahan tangannya.

"Sudah."

"Boleh aku minta temani, hanya untuk berdoa, please."

"Ya." Dengan nada terpaksa, Farhan kembali duduk di sampingku dan kita berdoa bersama.

Hari mulai gelap, Aku dan Farhan berjalan beriringan menyusuri pemakaman ini untuk menuju mobil, sebelumnya kita tidak pernah seperti ini lagi.

"Farhan?" Ucapku memecah kesunyian ini.

"Oiya, jangan potong ucapan gua, Al!" Alfa hanya mengangguk mendengar permintaan adiknya itu.

"Lo, gak usah bilang terima kasih ke gue! Karena apa? karena gua ga butuh itu, dan lo jangan geer kenapa tadi gua mau nemenin lo berdoa, itu karena ada Papa di situ, dan satu lagi yang perlu di ingat, lo cuma anak tiri Papa, dan gua anak kandungnya! Jadi Papa itu orang tua gua! Bukan lo!" Dengan nada sangat kasar, Farhan berhasil membuat Alfa tersentak hatinya dan menitikkan air mata untuk sekian kalinya.

Farhan berhasil menghilang dari bayangan Alfa, Alfa membeku di pertengahan pemakaman. Alfa memeluk bingkai foto almarhum dengan sangat erat, dan lagi lagi air matanya semakin deras.

Almarhum Papa bernama Egi Samuel Pratama, Beliau mengangkatku sebagai anak sejak umurku 5 tahun sebelum keluarga Papa Egi dan Mama Ammy belum dianugerahi anak bernama Farhan itu.

Beliau menyanyangiku dan sebaliknya begitu juga denganku, beberapa bulan kemudian, Tuhan mengabulkan semua doa-doanya, mereka dianugerahi anak laki-laki. Saat itu aku mempunyai adik dan saat itu juga aku mulai jauh dari Papa.

Almarhum dulu menginginkan aku berjanji padanya, suatu saat nanti ketika aku besar, beliau ingin dirawat denganku, berpakaian dokter dan menemani hari tetakhir beliau bersamaku.
I'm Promise, Dad!

Aku ingat janji itu.
Sejak Farhan lahir aku mulai jauh dari beliau, tetapi beliau tetap menganggapku sebagai anak kebanggaannya, anak perempuan yang harus diperlukan semua orang.

Papa pernah berkata: "Jadilah kamu orang yang dibutuhkan, Jadilah kamu orang yang bermanfaat untuk semua dan jadilah kamu pahlawan bagi keluargamu."

Ya, Alfa ingat itu.
Alfa harus berhasil mengubah kebiasaan buruk Farhan, karena Alfa harus menjadi pahlawan untuk keluarga.

Papa sangat menyesal, dengan apa yang terjadi pada Farhan.
Farhan menjadi anak yang sangat manja.
Farhan tidak peduli pada siapapun termasuk kakaknya.
Farhan juga sudah merusak moralnya dengan merokok dan mabuk.

Alfa tidak kecewa? Alfa sangat kecewa.
Alfa tidak boleh terus menerus terpuruk karena Farhan. Papa adalah orang tua Alfa juga. Dan sekarang? Aku lah orang tua untuk Farhan.

Alfa sadar dari semua lamunannya tentang Papa. Seakan Alfa baru saja di temukan dengan Papa lagi. Alfa kembali tersenyum dan dengan siap dia kembali ke rumah.

Rumah ini sepi, sudah biasa. Aku dan Farhan mempunyai kesibukkan masing-masing, hampir setiap hari aku bekerja sebagai model bersama asistenku, Poppy.

Alfa menatap bintang, seketika rindunya tersampaikan, Alfa merasa Papa ada di dekatnya dan memberikan semangat untuknya.
"Maafin Alfa, Pa. Belum bisa jadi kakak yang baik untuk Farhan."
Air matanya dengan cepat menetes.

"Aku rindu Papa." Alfa tersenyum melihat bintang dari jendela kamarnya.

Dering telepon memecahkan kesenduan yang baru terjadi.
"Halo, Mbak, besok kita terbang ke singapore ya, besok Mbak ada pemotretan."

"Tumben dadakan, Pop?"

"Ini job bagus, Mbak. Besok aku tunggu di bandara jam 9 ya, See sayang."

Tut. Tut..
Poppy memutuskan sambungan teleponnya.

Bagaimana ceritanya?
Kalian suka ga? Saran&kritik tulis dicomment ya..
Tulisan pertama aku nih, masih amatir. Hehe:*

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 30, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

FAESTISATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang