Wanita itu duduk tersenyum memandang lurus tiga sosok didepannya yang sedang asyik bermain sambil berlarian di taman bermain. Bahagia melihat tiga orang yang sudah beberapa tahun ini melengkapi hidupnya.Pikirannya melayang kembali ke masa lampau. Mengingat kesalahan yang mungkin saja membuatnya tak bisa merasakan kebahagiaan kini jika seandainya ia tak mengetahui kebenaran itu dulu.
"Mamaaaaa....." ia tersadar dari lamunannya mendengar teriakan jagoan kecilnya yang masih berumur 4 tahun itu berlari kecil lalu dengan sengaja menubrukkan tubuhnya pada mamanya.
"Kenapa sayang?" ia bertanya lembut, tangan kirinya memeluk tubuh kecil itu sementara tangan kanannya mengelus sayang kepala anaknya.
"Mama kenapa duduk disini aja, kenapa nggak ikut main disana?" bocah lelaki itu mendongakkan kepala melihat ibunya.
"Mama capek sayang. Mama istirahat dulu disini." wanita itu tersenyum seraya beberapa kali mengecup hidung anaknya.
Ibu dan anak lelaki itu masih tergelak sambil terus bercanda tanpa menyadari kedatangan dua orang lainnya. Hingga suara lucu nan menggemaskan menghentikan keduanya.
"Dadadadaaaa.... mamamama.. huhuhuhuu..." gadis kecil berumur 11 bulan yang baru belajar jalan, berjalan cepat mengayakan kakinya yang hampir terjatuh, menuju mamanya sambil memperlihatkan wajah sedihnya yang sepertinya sebentar lagi akan menangis.
Wanita itu dengan segera memindahkan anak lelakinya duduk disebelahnya. Sedang ia berjongkok sambil merentangkan tangannya lalu memeluk gadis kecilnya. Benar saja, gadis kecil itu malah menangis ketika sudah dipelukan mamanya.
"Cup cup cuup... Kenapa sayang?" tanya Maya sambil terus memeluk dan menepuk punggung, menenangkan gadis kecilnya.
"Sepertinya Maryam kelelahan setelah dari tadi main lari-larian sama Kak Abi, iya dek... hm?" ucap laki-laki yang ada dihadapannya kini -yang tak lain adalah suami wanita itu- menjelaskan kepada istrinya sambil menggaya'i anak bungsunya tersebut.
"Iyakah, Dek? Hmm?" wanita itu hanya tertawa ketika gadis kecilnya hanya menggumam tak jelas dan semakin erat memeluk sang mama.
"Papa Mama, Abi mau es klim yang ada disana." tunjuk anak lelaki mereka. Serempak suami istri itu melihat apa yang ditunjuk anaknya.
"Hm, jagoan. Bagaimana kalau kita makan es krimnya tempat Eyang putri aja?" tawar Aga pada anak sulungnya.
"Loh, memangnya kita mau tempat Uti, Pa?" tanya Abi bingung.
"Iya, kemarin malam Uti telfon Papa terus katanya kangen sama Kak Abi sama Dede Maryam. Uti suruh kita nginap disana soalnya Uti udah masakin banyak buat kita plus buatin Kak Abi es krim coklat. Gimana mau?" bujuk Aga pada anaknya.
"Mauuu.. Mauu Paaa.." teriak Abi semangat.
Maya dan Aga hanya tertawa melihat Abi yang semangat jikalau sudah mendengar kata "es krim". Aga menggendong Abi lalu mengajak istrinya juga menuju mobil sambil terus tertawa. Melihat Papa dan Mamanya yang tertawa membuat Maryam ikut tertawa tanpa mengerti apa yang sebenarnya orangtuanya tertawakan.
Maya yang melihat gadis kecilnya tertawa malah gemas menciumi Maryam habis-habisan sehingga membuat Maryam kegelian dan tak berhenti tertawa sambil terus menarik jilbab mamanya.
Aga yang melihat istri dan anaknya hanya tersenyum senang. Ia bersyukur kepada Allah telah memberikan keluarga yang benar-benar diidam-idamkannya dulu hingga kini.
Kesabaran serta keikhlasannya dulu sebagai suami yang tabah menghadapi sikap istrinya telah Allah balas dengan kebahagiaan yang tak pernah ia kira . Entah menurutnya, nikmat yang mana lagi yang harus ia dustakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Perhaps
RomanceDulu aku berfikir inikah takdirku menikah dengan orang yang tak kucintai. Dulu aku berfikir mungkinkah aku akan bahagia dengan pernikahan ini? Tapi kini kemungkinan itu telah menjadi nyata. Aku....