Mulai Berubah II

1.5K 70 6
                                    

Prilly terlihat melamun di sudut meja kantin. Dia masih mengingat kejadian pagi tadi, saat tiba-tiba Ali muncul dirumahnya dan akhirnya mengantarkannya sampai kampus. Jujur saja, tadi pagi saat melihat kehadiran pria itu kembali dia merasa sedikit lega dan senang. Setidaknya rasa rindu yang merayapi hatinya dua bulan ini sudah sedikit terobati ketika melihat wajah itu. Wajah cowok brengsek yang selalu dicintainya bahkan saat pria itu sudah menghancurkan hidupnya. Walau menurut Kaia, Ali sebenarnya juga mencintainya namun tetap saja, Prilly masih bingung harus bersikap bagaimana pada pria itu. Setelah dua bulan ini memikirkan ucapan Kaia padanya, dia masih belum menemukan jawaban terbaik atas semua pemikirannya. Satu sisi dia ingin percaya, namun disisi lain dia takut percaya. Prilly hanya tidak ingin terjebak dalam kebahagian semu seperti saat SMA dulu. Dia tidak ingin kembali menjadi Prilly yang dulu, Prilly yang gampang percaya dan luluh, namun akhirnya dipermainkan.

Bukankah Kaia adalah kakaknya
Ali?? Mungkin saja Ali menghasut kakaknya untuk mengatakan hal itu agar Prilly percaya dan terjebak cinta palsu Ali lagi?

Prilly mendesah panjang sambil menyeruput es teh miliknya. Dia memandang Ghina didepannya yang terlihat lahap memakan gorengan didepannya. Dan akhirnya karena semakin buntu, dia mulai bertanya pendapat sahabatnya itu.

"Ghin, menurut loe apa yang dibilang Kaia bener gak sih?"

"Kaia siapa? Cerita yang mana?" Ghina yang terlihat asik mengunyah, tidak terlalu menggubris pertanyaan Prilly.

"Maksud gue kak Alya, kakaknya Ali, cerita yang gue ceritain kemaren loh, Ghin!"

"Ooh gitu."
Ghina diam tak melanjutkan ucapannya dan kembali asik mengunyah gorengannya.

"Ghina!!!!!!"
"Loe bisa dengerin gue dulu bisa gak sih? Gue lagi serius nih."
Prilly yang merasa dicuekin, berteriak keras sambil menarik piring gorengan  didepan Ghina kearahnya.

"Yahh Pril, punya gue." Prilly melotot marah membuat Ghina hanya bisa memanyunkan bibir kesal.

"Yaelah Pril, gue masih laper tau."
"Lagian gue gak taulah kalo kakaknya Ali tuh bohong sama loe atau gak." Prilly semakin melototkan mata tajam.

"Oke- oke gue serius, Kalau menurut gue sih ceritanya Kak Alya mungkin benar, soalnya dulu gue juga sempat liat Ali kayak orang frustasi setelah loe tinggalin." Prilly menatap Ghina penasaran.

"Yah jadi setelah loe pergi, Ali tiap hari datang ke sekolah buat nyariin loe, nanyain kami semua satu persatu tentang keberadaan loe."
"Gue juga sempet ditanyain sama dia, gue hampir aja jujur gara-gara liat muka Ali yang sedih banget nyariin loe, tapi gue pikir itu cuma akting Ali aja jadi gue juga jawab gak tau."

"Te..terus?"

"Ya terus, setelah beberapa lama nyariin loe mulu, tiba-tiba dia gak muncul lagi, gue kira dia udah bosan akting sedih dan mulai fokus cari cewek baru lagi, eh taunya pas dia muncul lagi,  masih ngejar-ngejar loe aja."
"Tapi ya prill, menurut gue sebenarnya si Ali emang benaran suka deh sama loe, dulu sih gue gak yakin-yakin amat, tapi sekarang, setelah gue ngeliat betapa posesifnya dia sama loe, gue mulai yakin deh, cuma mungkin dia gak sadar aja sama perasaannya sendiri, ya gue sih maklum dia kan kurang kasih sayang dari keluarganya..."

"Ma..masa sih Ali suka beneran sama gue? Jadi menurut loe, ucapan kak Kaia benaran?" Prilly merasa jantungnya berdebar sangat cepat mendengar pemikiran Ghina itu. Dalam hatinya terbersit sedikit harapan bahwa Ali memang mencintainya. Apalagi ini merupakan pendapat dari sahabat terpercayanya.

"Ya iyalah, tapi gue gak tau juga sih, inikan cuma pendapat gue aja, kalau soal kebenarannya mending loe tanya langsung deh sama Alinya, dia lagi jalan kesini tuh". Ghina memonyongkan sedikit bibirnya menunjuk kearah depannya, membuat Prilly menoleh kebelakang melihat arah yang ditunjukkan oleh Ghina kaget. Ghina pun hanya acuh tak acuh dan kembali menarik piring gorengannya kedepannya, kali ini dia ingin bersikap adil. Mungkin selama ini dia sudah terlalu ikut campur urusan asmara mereka. Lagipula setelah mendengar cerita Kaia melalui Prilly, setidaknya dia sedikit yakin bahwa Ali bukanlah pria jahat seperti yang selama ini dituduhkannya. Jadi dia mencoba membiarkan Ali sedikit berjuang untuk mendapatkan perhatian Prilly dan jika dia merasa sikap Ali mulai tak pantas pada Prilly kembali maka Ghina akan kembali menghalanginya.

Ketika Cinta BerbicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang