pemandangan kota yang terlihat sangat sibuk. setidaknya begitulah yang Yuri pikirkan saat melihat sepanjang jalan dari kaca jendela mobil. Kei tersenyum melihat sosok adiknya dari punggungnya. rupanya adiknya tak sepenuhnya berubah. masih ada sisi polos dari dirinya yang membuat Kei merindukannya selama ini.
Yuri terus bertanya-tanya dalam hati. kejadian setelah itu. mengapa Kei dibawa pergi oleh Ryunosuke pada malam itu. apa yang sebenarnya terjadi dan kenapa Kei bisa lepas dari Ryunosuke meskipun saat ini ia di kejar-kejar Ryunosuke.
tetap saja ia tak bisa bertanya pada kakaknya. rasa penasarannya membuat ia tak bisa bertanya lebih jauh. bagaimana kalau itu adalah kenangan teburuk kakaknya?
Yuri menatap kakaknya dengan pandangan sayu hingga akhirnya sang kakak menatapnya balik dan membuatnya menjadi salah tingkah sambil melemparkan pandangan ke arah lain.
"ada apa?", tanya Kei.
"ah tidak", jawab Yuri sambil menautkan kedua telunjuk tangannya lalu memainkannya.
Yuri sedang berbohong. itu adalah kebiasaan Yuri sejak kecil yang ternyata masih dilakukannya sampai sekarang dan Kei menyadari hal itu tapi dibiarkannya saja. barangkali sang adik memang tak mau menceritakan masalah pada dirinya.
"tuan...", belum selesai supirnya berbicara, Kei sudah memotongnya duluan.
"ah.. sudah berapa kali kubilang padamu jangan memanggilku dengan sebutan itu, Hikaru! kita ini kan teman..", kritik Kei tak suka.
supir mobil Kei yang dipanggil Hikaru menyengir.
"bagaimana bisa? kau adalah penyelamat kami", ucap Hikaru sambil sesekali memandang Kei dari kaca mobil di atapnya(gak tahu nama kacanya nih saya.red).
'penyelamat?', pikir Yuri memandang keduanya dengan bingung.
"tidak. itu juga berkat usaha kalian juga. kalau saat itu kalian tak membantuku, mungkin saja.....", Kei tak melanjutkan kata-katanya karena Hikaru langsung memanggil namanya dengan sedikit lantang. seolah seperti Yuri menjadi orang ketiga di antara mereka berdua yang tak berhak mendengar pembicaraan keduanya.
Yuri mengerti posisinya saat ini, tetapi tentu saja rasa penasarannya menjadi bertambah. seperti ada yang disembunyikan dari dirinya.
"kita sudah sampai", ucap Hikaru.
"baiklah. kau tunggu di mobil saja", ucap Kei sambil keluar dari mobil diikuti Yuri. Hikaru hanya mengangguk sambil tersenyum pada mereka berdua.
mereka masuk ke dalam sebuah gedung bertingkat.
"eh? kantor polisi?", tanya Yuri bingung sembari melihat beberapa polisi berlalu lalang di sekitarnya.
"benar. ini kantor pusat", jawab Kei tersenyum padanya.
setelah melalui banyak lorong yang panjang, sampailah mereka berdua di sebuah ruangan kecil yang kosong. keduanya duduk pada dua buah kursi di dalamnya. Yuri yang tampak bingung hanya melihat-lihat ke seisi ruangan. ia terkejut ketika sang kakak memegang punggung tangannya sambil tersenyum.
tak lama kemudian, seseorang berjas hitam dengan dasi berwarna biru tua yang seperti terbuat dari sutra masuk ke ruangan itu. langkah kakinya terlihat penuh wibawa tapi tidak dengan pipi gembulnya yang justru membuat wajahnya terlihat 'tak sangar'. ia duduk di kursi depan mereka.
"Chinen Kei, lama tak bertemu. apa kabarmu?", sapanya sambil menjabat tangan Kei.
Kei tersenyum padanya, "aku baik-baik saja. lalu... dia yang namanya Chinen Yuri", katanya sambil memegang pundak Yuri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moment
Fanfictionsebuah keluarga kecil hidup bahagia dalam rumah kesayangan mereka, namun pada suatu malam datang sekelompok orang tak dikenal menghancurkan seisi rumah. adu cekcok terdengar antara Chinen Misaki sang ibu dengan seorang pria bersuara berat dan garang...