Cerpen

1.2K 133 10
                                    

Kau cintaku, percayalah.
- Ansel...

Ini gila. Tapi aku percaya.
- Yuki...

***


Angin berhembus lumayan kencang malam ini. Membuat malam gelap hari ini terasa lebih dingin dari malam biasanya. Yuki merapatkan mantel hitam yang memeluk tubuhnya, mencoba menghangatkan diri sendiri. Dia berjalan kembali ke rumahnya setelah seharian berkerja di Caffe, menjadi salah satu pelayan di sana.

Yuki menengok ke belakang ketika merasakan tatapan menusuk punggungnya. Tapi, hanya kegelapan yang ada di sana.

Entah kenapa jalanan ini berubah menjadi seperti kuburan, padahal pada jam seperti ini jalan ini biasanya masih dilalui oleh para pejalan kaki. Tapi sekerang lihat. Hanya ada yuki.

Yuki bergidik, lalu melanjutkan kembali jalannya. Kali ini lebih cepat.

Tapi ketika akan berbelok dan sampai diujung jalan rumahnya. Seseorang menghadangnya dan Pandangan yuki menggelap, dan di ingatannya hanya ada sepasang mata merah menyala.

"dapat kau. Cintaku..."

***

Sinar terang langsung menyinari wajah yuki, membuat gadis itu mengernyit. Tapi, kernyitan di keningnya hilang karena sebuah elusan ringan.

Yuki kembali merasa nyaman lalu kembali bergelung nyaman dalam dekapan hangat dan embuknya kasur.

Eh tunggu...???

Yuki membuka matanya dengan cepat. Ketika menyadari sesuatu. Dia dalam dekapan? Dan diatas kasur empuk? Bukankah dia semalam... Dan, apa ini Pemandangan dada bidang yang hangat terlihat di depan matanya.

"pagi putri tidur.."

Yuki terperanjat dari tidurnya, melotot ketika melihat seraut wajah tampan dengan setengah telanjang tengah tidur santai di ranjangnya.

Masih dengan wajah syok yuki bertanya dengan suara gagap.

"si.. si.. Siapa kau? Kenapa ada di kamarku!!!"

Bukan menjawab laki-laki itu malah tersenyum dengan lebarnya, menampakkan gigi putih yang berjajar rapih.

Dia ikut duduk bersama yuki, membuat yuki berjengit menjauh ketika laki-laki tak di kenal itu mendekatinya.

"sayang, jangan menjauhiku. Kemarilah aku ingin memelukmu."

"hei, jangan memanggil ku sayang! Siapa kau? Kenapa bisa disini?!"

Yuki menjerit jengkel ketika laki-laki itu bukan menjawab pertanyaannya malah berbicara melantur. Memanggilnya 'sayang' lagi, heh!

Laki-laki itu memberengut. Dia bersedekap. Mirip seperti bocah yang sedang merajuk.

"aku Ansel. Dan aku suami mu."

"APA!? SUAMI?!"

***

BUGH BUGH BUGH

"keluar! Dasar orang gila!"

"auw auw, sayang sakit! Berhenti, kau tidak boleh menganiaya suami mu!"

"YAK! KAU BUKAN SUAMIKU! AKU BELUM MENIKAH, DAN BAHKAN AKU TIDAK MENGENALMU!"

Yuki terus memukuli Ansel menggunakan bantalnya. Dia berhasil menyeret keluar Ansel dari kamarnya sampai keruang tamu, dengan sekuat tenaga dan perjuangan tentunya. Bayangkan, tubuh tinggi besar Ansel dan tubuh kecil kuntet yuki. Sangat jauh berbeda.

Crazy, Really. (Cerpen)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang