Setelah beberapa menit sebelum bel istirahat berbunyi, Rachel tersadar, mengerjapkan matanya beberapa kali, memerhatikan sekelilingnya.
Antiseptik.
Benda itu yang pertama kali terlintas di fikirannya. Jelas tercium aromanya, menelusup melewati kedua nostrilnya.
"Gua dimana? UKS? " tanya Rachel bingung.
"Iya, lo di UKS. Tadi pagi lo pingsan." jawab Ruri. Ia tersenyum tulus kepada Rachel. Dapat Rachel lihat dari pin yang dikenakannya, bahwa Ruri adalah siswa yang sedang bertugas menjaga UKS. Sehingga, ia tidak perlu khawatir akan hal itu.
"Oh." Ucapnya. Rachel terdiam sejenak, memikirkan posisinya terakhir kali. "Perasaan, bukannya tadi gua dikantin ya? Siapa yang bawa gua kesini? Dan..." Rachel menggantungkan perkataannya sambil mencari-cari sesuatu.
"Lo nyari apa?" Tanya Ruri yang terheran melihat tingkahnya.
"Minum sama roti gua mana? Lo liat gak?"
Ruri menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung harus menjawab apa. Pasalnya, ia baru saja datang menggantikan temannya yang sebelumnya sedang bertugas.
"Em, gua ga tau kalo hal itu, soalnya gua juga baru dateng. Apa lo mau gua beliin lagi?" Tanya Ruri. "Oh ya, diminum dulu nih tehnya." Ucap Ruri sambil memberikan teh hangat kepada Rachel.
Rachel tersenyum. "Makasih. Tapi ga usah repot-repot. Ntar istirahat gua beli lagi kok. Lagian 'kan, sekarang juga bentar lagi istirahat, jadi makasih atas tawarannya." Jawab Rachel yang sempat melirik jam tangannya.
"Ya elah, selo aja kali." ucapnya. "Oh ya, gua Ruri. Kalau butuh apa-apa bilang gua aja."
Rachel menyambut tangannya Ragu. "Rachel." ucapnya. "Makasih tawarannya. Tapi gua mau kekelas sekarang aja deh. Repotin banget kayaknya gua di sini." Ucap Rachel yang langsung bangun dari duduknya.
Namun keinginannya itu tergagalkan, tubuhnya masih lemah. Untungnya, Ruri dengan sigap membantunya yang hampir terhuyung ke belakang.
"Eh, eh.. Hati-hati. " Ucap Ruri. "Mending lo di sini dulu aja sampe keadaan lo pulih, ga apa-apa kok. Gratis ini, gak bayar."
Rachel terdiam memerhatikan tangan Ruri yang masih memegang bahunya. Ruri yang tersadarpun, langsung menjauhkan tangannya. "Eh, sorry. Gua gak bermaksud. "
Rachel tersenyum tipis. Ia tahu jika itu reflek Ruri lakukan, bukan karena modus atau unsur mencurigakan lainnya.
Setelah beberapa menit tidak ada yang berbicara diantara mereka, bel istirahat pun berbunyi.
"Gua kekelas ya. Thanks buat semuanya." Ucap Rachel sambil melukiskan senyum tipis kepada Ruri.
"Lo bener udah gak pusing?"
"Iya tenang, udah sehat kok." Rachelpun meninggalkan Ruri yang masih berada di UKS setelah say 'bye' dan 'Thanks' kepadanya.
Mungkin, tidak terlalu buruk.
Tak butuh waktu lama, Rachel akhirnya kembali kekelas karena bel masuk sudah berbunyi. Kali ini, istirahatnya terbuang karena kejadian pagi ini.
Ketika ia sampai di kelas, tasnya sudah berpindah posisi di temani seorang wanita yang terduduk sambil membaca novelnya.
Rachel merebahkan dirinya.
Sementara sang wanita yang ada disampingnya mengalihkan pandangannya. "Hel, lo kemana aja sih? Gue khawatir tau.."
"Lebay lo, ah. Gua kan udah bilang ke kantin tadi."
"Masa iya lo sampe bolos pelajaran. Biasanya kan lo paling anti begituan. Untung gak ada guru tadi pagi, kalo ada? Bisa kena kasus lo." Omelnya. Sementara Rachel, ia hanya terdiam sambil mengikuti ucapan Wina tanpa bersuara. Wina yang menyadarinyapun langsung meninju lengannya. "Ih, Rachel. Betein lo, ah."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rachel Dan Julian
Novela Juvenil"Dingin. Gua tau lo kedinginan. Gua gak bisa hapus setiap kesedihan yang ada di ingatan lo, tapi setidaknya, gua bisa ngelindungin lo dan hapus air mata lo." -Julian. Hanya kalimat itu yang mampu diucapkannya. Tak banyak, namun mampu membuat Rachel...