"Euphy!"
Euphy menoleh dan melihat Nova di sana. Wajahnya yang sudah masam jadi tambah kecut. Sambil membuang muka ia melanjutkan perjalanannya ke kelas.
"Hei, Euphy! Tunggu!" Seru Nova sambil mengejarnya. "Euphy!"
"Berisik!" Euphy menjerit. "Jangan ganggu aku lagi!"
"Ayolah, mainkan piano itu." Bujuk Nova.
"Berarti kau sudah dapat alatnya?" Sahut Euphy ketus.
"Eh? Belum sih."
"Kalau begitu jangan minta-minta." Dengan cepat Euphy masuk ke kelas dan duduk di tempatnya.
Nova menatapnya dari tempat duduknya. "Apa memang mustahil ya?"
"Bukan mustahil, caramu yang salah." Tiba-tiba Beth muncul dari belakang Nova.
"Apa maksudmu?"
"Kau takkan sukses memintanya kalau memaksa. Dari awal kau bahkan tidak pernah mengenalnya, hanya fans, bagaimana ia mau mendengarkan permintaanmu?" Jelas Beth.
"Lalu apa yang harus kulakukan?" Balas Nova.
"Bukankah sudah jelas?" Beth tersenyum dan berlalu ke mejanya di sebelah Euphy.
"Maksudmu 'berteman' dengannya?" Gumam Nova.
* * *
"Euphy." Sapa Nova.
Euphy melirik Nova heran. Nada suaranya beda dari biasanya. Lebih serius. "Ada apa?"
"Aku mau bicara. Bisa keluar sebentar?" Tanya Nova.
"Tidak bisa di sini saja?"
"Kau sendiri yang memintaku untuk tidak bicara tentang itu di depan umum." Balas Nova.
Euphy menghela napas dan berdiri mengikuti Nova. Setelah tiba di tempat yang agak sepi, Nova berhenti.
"Aku mau minta maaf soal kemarin dan pagi ini. Ucapanku keterlaluan dan aku terlalu memaksamu." Ujar Nova.
Euphy menatap Nova, berusaha mencari kebohongan di matanya, tetapi ia tidak menemukan sedikit pun. "Jadi kau baru sadar?"
"Aku takkan memaksamu bermain lagi. Karena itu, maukah kamu jadi temanku?" Tanya Nova.
Euphy berkedip. Ia tertawa mendengarnya. "Apa-apaan itu?" Ujarnya di sela tawanya.
"Apa yang lucu?" Wajah Nova memerah ditertawakan seperti itu.
"Mana ada orang yang mau berteman pakai bertanya seperti itu?" Sahut Euphy.
"Karena aku yakin kalau aku pakai cara biasa, kemungkinanku diterima makin kecil." Jawab Nova.
"Setidaknya kau sadar diri." Balas Euphy. Setelah berhasil menghentikan tawanya, Euphy mengangguk. "Baiklah. Dengan satu syarat."
Nova menunggu kelanjutannya dengan sabar. "Tidak ada kata 'piano' atau 'musik' dalam percakapan kita."
"Baiklah." Sahut Nova. "Tapi jujur aku sangat penasaran kenapa."
"Tidak ada gunanya kau tahu." Balas Euphy sambil berjalan pergi.
"Oh ya?" Nova mengekor di belakang Euphy dengan penuh senyum. Ia puas sudah bisa memulai hubungan walau hanya sebagai teman dengan Euphy.
* * *
Sepanjang pelajaran hari itu Euphy sama sekali tidak fokus. Ia ragu apa berteman dengan orang yang baru saja bertobat memaksanya bermain piano takkan membangkitkan kenangan buruknya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts' Resonance
Teen FictionBagai bumi dan langit, seperti Kutub Utara dan Selatan, laksana Merkurius dan Neptunus. Begitulah hubungan Euphonia dan Valent. Hanya karena Valent meminta Euphonia bermain piano dalam pentas kelas, gadis itu jadi membencinya dan bahkan untuk menyeb...