XXXV

31 1 0
                                    

"Kau bodoh sekali Lyz, Yre. Kenapa menunjukan itu pada An. Astaga kepala ibu pusing" ucap ibu, aku mendengarkan obrolan mereka dari luar rumah, aku pulang dengan Arrene, Mr. Huston tahu kami terluka dan mengijinkan Arrene membawaku pulang
"Maaf jika aku membuatmu mendengarkan ini" ucapku menghela nafas dengan ragu menatap orang yang mengaku bahwa kami mate
"Aku tahu, mereka Kyuubi,kan?" tanya Arrene, membuatku sedikit terbelalak
"Bagaimana kau tahu?" tanyaku
"Kau lupa bahwa matemu ini makhluk fiksi?" goda Arrene membuatku melihat matanya malas
"Sejak kapan kalian disana?" tanya Lyz mematap kearah kami,padangannya dingin tapi Arrene berani menatap matanya,
"Arrene terluka Lyz, dan aku harus mengobatinya" ucapku, lalu Lyz mengangguk dan memperbolehkan kami berdua masuk,
"Obati kakimu dulu, An" ucap ibu dia mengambil minyak berwarna bening dengan aroma tumbuhan yang menyeruak
"Minyak itu langka, ibu" ucap Yre
"Iya, minyak dari rambut dewi Dementri yang dapat menyembuhkan luka luar tanpa bekas" ucap ibu
"Apa ini bisa juga mengobati lukamu, nak?" tanya ibu pada Arrene, Arrene memberikan ibu senyum
"Berikan sedikit saja, aku akan mengobati diriku dirumah nanti"
"Apa kau harus berubah jadi serigala?" tanya Yre membuatku sedikit kecewa, jadi hanya aku yang baru tahu semua hal hebat ini?
"Wajah apa itu?" tanya ibu, aku sadar dan mengernyitkan alisku
"Kau cemburu?" tanya ibu, lalu aku menatap Arrene yang menatapku datar
"bukankah kau harus telanjang jika ingin berubah?" tanya Yre membuat pipiku memanas, a-apa? T-telanjang?
"Astaga An apa yang kau fikirkan?!"ucap Lyz sibuk menutupi wajahku
"Arrene bisa terangsang dan bergairah jika melihat wajahmu seperti itu!" pekik Lyz protective
"Jawab aku adik" tanya Yre
"Iya, tapi tak apa jika An yang melihatnya" ucap Arrene santai
"Astaga An! Kupingmu merah!" pekik Lyz
"Astaga Lyz, kau seperti gadis yang diperkosa, berhentilah berteriak seperti itu" ucap Yre, membuat kekehan yang keluar dari ibu dan dengusan yang keluar dari Lyz
"Jadi kapan aku diobati?" tanya Arrene membuat kami semua disini tersadar dan langsung menyuruhku berdiri mengambil sprei putih
"Untuk apa ini?!" tanyaku kesal karena mereka mulai menyukai Arrene
"Eh?! Kau ingin melihat Arrene yang polos? Yang benar saja An, gunakan itu untuk menutupi Arrene saat dia kembali jadi manusia" ucap Yre
Aku mengangguk dan berjalan kehalaman belakang yang langsung menghadap hutan, lalu mulai melebarkan kain putih pada Arrene yang memintanya, "Mendekatlah kearahku saat aku sudah berubah mengerti?" aku mengangguk
"Panggil namaku dan Veequien, maka serigala itu tak akan mengeram padamu" arah Arrene
"Veequien?"
"Serigala itu" ucapnya lalu berjalan agak ketengah lalu kain itu jatuh dan terinjak oleh serigala menawan tadi, jantungku berpacu cepat, sial aku lebih menyukai serigala ini, tapi tidak kupungkiri bahwa Arrene yang shirtless membuatku merona. Dia mengeram kearahku menatapku dengan tajam, lalu dengan perlahan aku mendekatinya dan mengelus bulunya, sensasi menggelitik yang membuatku merona
"Arrene, Veequien" telinga serigala itu mengerut menunduk lalu menelusupkan kepalanya yang besar kebahuku, membuat bulunya yang halus itu mengenai telinga dan leherku
"Angkat kakimu aku ingin mengambil kainnya Vee" ucapku lalu ia minggir dan kembali lagi setelah kain itu sudah kupinggirkan.
aku duduk bersila, dan menepuk tanah didepanku, "tidur disini, biar aku lihat mana yang terluka" ucapku pelan, dia menurut, sesekali mengeram dan mendengking saat aku mengoleskan minyak kepunyaan ibu tadi.
"Sudah" ucapku. Veequien bangun dan mengedikan bulunya, menghilangkan kotoran yang menempel dibulunya, lucu seperti seekor anjing besar.
"Hihihi" kekehku
"Kainnya An" Suara Arrene memenuhi gendang telingaku, Tubuhnya mulus tanpa cacat, hanya luka tadi yang masih belum kering, tubuh sixpacknya yang sempurna, otot lengannya yang bagus tapi ramping, jarinya yang panjang dan kakinya yang panjang, aku tidak ingin lihat yang lain lalu memberikan kain putih tadi
"Apa yang tadi kau lihat?" tanya Arrene, setelah melilitkan kain putih tadi
"Tidak ada" jawabku singkat
"Tidak ada yang menarik dari pemandangan tadi?" tanya Arrene lalu menyentuh daguku, memaksaku untuk menatap manik matanya yang sekarang berkilat kuning
"You turns me on" ucapnya dengan suara yang terdengar sexy ditelingaku. Ia menjilat daun telingaku, lalu turun keleher dan mulai menciumnya ia memegang pinggangku dengan posesif lalu naik ke mulutku, menciumnya lembut dan melumatnya sekarang bibirku bengkak, matanya menatapku dengan penuh godaan. Aku merasakan sesuatu disana, aku pusing...
Dengan cepat Arrene membalikan tubuhku mencium tengkukku dengan lembut dan itu membuatku harus menahan erangan, aku tidak ingin Lyz melihatku dengan keadaan seperti ini, Menciumnya dalam seakan-akan akan mengambil seluruh tubuhku.

Dia kembali keleherku mengecupnya lalu mengigitnya, gigitan kecil itu berubah menjadi sebuah tusukan, gigi itu menancap dipermukaan leherku membuatku meracau dan menggila, gigitan itu memberikan efek rasa sakit tapi membuatku ingin menyentuhnya lebih dalam.
"Aku ingin menandaimu, menjadi milikku, bolehkah?" tanya Arrene dengan nafas yang berat,
"B-bagaimana c-caranyah?" tanyaku ia tersenyum dengan bibir yang masih menempel permukaan leherku
"Berikan dirimu padaku" pinta Arrene, membuatku mengangguk otomatis, Arrene mencium bekas gigitan tadi lalu mengendongku layaknya pencuri kedalam kamarku, ada teriakan gembira dan kaget dari Lyz,Yre dan Ibu tapi aku menghiraukannya, kami sedang terfokus pada masing-masing dari kami. Arrene menghempaskan aku keranjang usang milikku
"I love you" ucapnya, lalu membuka kain putihnya, "I love you, too" balasku

.
.
.
.

Aku tidak akan menceritakan yang selanjutnya pada kalian, kebahagiaan ini hanya milikku dan Arrene.

***
...
Hope you give me some vote and comment...
Kamsahab! Bow~
Kalau menurut kalian mulmed yang diatas (Arrene Pyvônex & Annalea Prayich) kurang cocok kasih recomended yah, Kamsahab!

War Of The Secret World Fiction // Nash Grier■Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang